Data dari mevboost.org menunjukkan sebuah temuan baru bahwa Flashbots sudah membangun lebih dari 80% relay block Ethereum. Alhasil, kondisi ini cukup memperparah kekhawatiran yang melanda kalangan komunitas terkait isu sentralisasi.
Sebagaimana kita ketahui, agenda transisi Ethereum ke proof-of-stake beberapa waktu yang lalu telah berjalan mulus, dan nyaris tanpa ada masalah apapun yang menyertainya. Namun, terlepas dari keberhasilan tersebut, segenap komunitas justru menjadi semakin khawatir terkait isu sentralisasi pasca The Merge. Pasalnya, terdapat fenomena aksi dominasi jaringan oleh para aktor besar yang terlibat dalam pembangunan block untuk jaringan blockchain Ethereum itu sendiri.
Menurut data dari mevboost.org, enam relayer yang aktif telah mengirimkan setidaknya satu block. Relayer ini didominasi oleh Flashbots, yang telah mengirimkan 82,45% dari keseluruhan block. Relay aktif lainnya; yaitu BloXroute Max Profit, BloXroute Ethical, BloXroute Regulated, Blocknative, dan Eden.
Dalam blog mereka, BitMEX menulis bahwa Flashbots adalah entitas terpusat yang dapat menjadi hambatan bagi migrasi PoS Ethereum. Menurut perusahaan tersebut, bangunan infrastruktur block yang sudah ada harus mereka bangun kembali untuk melindunginya dari berbagai masalah yang kemungkinan muncul di masa depan. Sementara itu, pendukung Flashbots sendiri berpendapat bahwa sistem ini adalah bentuk dari DAO dan pada akhirnya juga akan bersifat terdesentralisasi.
- Baca juga: The Merge & Migrasi Jaringan Ethereum ke Proof-of-Stake: Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Data dari Santiment Beri Sinyal Meningkatnya Sentralisasi Ethereum
Data Santiment per tanggal 15 September menunjukkan bahwa dua wallet telah memproses 46,15% dari transaksi keseluruhan Ethereum. Sehubungan dengan temuan tersebut, co-founder Gnosis, Martin Köppelmann, mengungkapkan bahwa kedua wallet itu adalah milik Lido dan Coinbase.
Terkait hal ini, Köppelmann kemudian menjelaskan bahwa terdapat tujuh entitas teratas yang saat ini mengendalikan dua pertiga dari verifikasi block Ethereum. Mengetahui hal itu, ia pun menggambarkan bahwa situasi seperti itu sesungguhnya “sangatlah mengecewakan.”
Bahkan sebelumnya, topik perdebatan seputar isu sentralisasi yang mengancam jaringan Ethereum pasca The Merge memang sudah hangat. Tampaknya, seusai The Merge sukses tayang, topik tersebut semakin memanas. Sehubungan dengan itu, kini komunitas kripto juga mulai mempertanyakan terkait seperti apakah nasib “desentralisasi” ekosistem jika terjadi dominasi staking Ethereum oleh entitas terpusat.
Setelah itu, perdebatan tersebut kian memuncak ketika otoritas AS memberikan sanksi kepada Tornado Cash. Dalam hal ini, sebagian anggota komunitas meyakini bahwa tekanan regulasi dapat memaksa beberapa validator untuk menyensor transaksi di jaringan.
Menanggapi keputusan otoritas AS tersebut, Brian Armstrong, pendiri bursa kripto ternama Coinbase, menyatakan bahwa bursanya akan menutup layanan staking Ethereum ketimbang harus memenuhi permintaan tersebut.
Sementara itu, menurut laporan BeInCrypto, jika perlu, Coinbase juga memiliki wewenang untuk memasukkan staked Ethereum milik penggunanya ke dalam daftar hitam. Wrapped Staked ETH (cbETH) bursa yang berbasis di AS tersebut memang mempunyai fitur daftar hitam dalam smart contract-nya.
Bagaimana pendapat Anda tentang kekhawatiran terkait isu sentralisasi Ethereum yang semakin memanas ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.