Lihat lebih banyak

LSE Group Berniat Sediakan Tempat Perdagangan Bertenaga Blockchain untuk Aset TradFi

3 mins
Diperbarui oleh Ahmad Rifai
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • London Stock Exchange (LSE) Group berniat menawarkan perdagangan ekstensif aset TradFi yang mengandalkan teknologi blockchain.
  • Mereka mengaku telah memeriksa potensi tempat perdagangan bertenaga blockchain selama sekitar 1 tahun.
  • LSE Group berharap inisiatif itu dapat beroperasi pada tahun depan, tergantung pada persetujuan peraturan.
  • promo

London Stock Exchange (LSE) Group pada hari Senin (4/9) dilaporkan telah menyusun rencana untuk bisnis pasar digital baru.

Mereka mengklaim bahwa itu akan menjadikan LSE Group sebagai bursa besar pertama yang menawarkan perdagangan ekstensif aset keuangan tradisional (TradFi) mengandalkan teknologi blockchain.

Murray Roos, Head of Capital Markets di LSE Group, mengatakan kepada FT bahwa mereka telah memeriksa potensi tempat perdagangan bertenaga blockchain selama sekitar 1 tahun.

Dia menyebut LSE Group telah mencapai titik perubahan dengan memutuskan untuk meneruskan rencana tersebut. Sebagai tindak lanjut, Julia Hoggett, CEO LSE, ditunjuk untuk mempelopori proyek yang mengandalkan blockchain.

Blockchain Menawarkan Efisiensi

Murray Roos menekankan bahwa LSE Group jelas tidak membangun apa pun di sekitar aset kripto. Namun, LSE Group ingin menggunakan teknologi yang mendasari aset kripto seperti Bitcoin dan token-token lainnya.

Tujuan LSE Group menggunakan teknologi blockchain untuk meningkatkan efisiensi pembelian, penjualan, dan penyimpanan aset digital.

“Idenya adalah menggunakan teknologi digital untuk membuat proses lebih lancar, lebih murah, dan transparan, serta mengaturnya,” kata perwakilan dari LSE Group itu.

Dia menambahkan bahwa LSE Group telah menunggu untuk melanjutkan inisiatif itu sampai mereka yakin bahwa teknologi blockchain publik cukup baik dan para investor siap.

Kabar ini datang saat sejumlah lembaga TradFi lainnya turut membicarakan potensi blockchain untuk menyederhanakan proses penerbitan dan perdagangan aset keuangan. Pada umumnya, prose itu seringkali bergantung pada proses yang rumit dan seringkali masih dilakukan dengan cara-cara manual.

Dengan menggunakan blockchain, aset di dunia nyata dapat di-tokenisasi. Itu adalah proses menciptakan representasi digital dari saham hingga obligasi yang kepemilikannya dapat dilacak melalui blockchain.

Larry Fink, CEO BlackRock, pada awal tahun ini sudah sempat mengatakan bahwa generasi pasar berikutnya terletak pada tokenisasi aset.

Jika rencana mereka berhasil, LSE Group akan menjadi bursa saham global besar pertama yang menawarkan ekosistem bertenaga blockchain end-to-end (E2E) kepada para investor.

Ide ini cukup menarik, karena banyak proyek lain yang didukung oleh blockchain hanya mencakup sebagian dari siklus aset keuangan, bukan semuanya mulai dari penerbitan hingga perdagangan, rekonsiliasi, dan penyelesaian.

Berpotensi Diluncurkan pada Tahun Depan

Murray Roos menambahkan bahwa usaha pasar digital tidak akan menjadi pesaing bisnis tradisional LSE.

Selain itu, mereka mengklaim bahwa pengembangan inisiatif ini bukanlah upaya untuk menopang bisnis pasar ekuitas LSE, yang telah menderita dalam beberapa tahun terakhir karena berkurangnya aktivitas penawaran umum perdana (IPO) dari sejumlah perusahaan.

“Kami sangat berkomitmen terhadap pasar ekuitas London. Apa yang ingin kami lakukan adalah terus melakukan apa yang selalu dilakukan LSE dan terus berinovasi,” terang Murray Roos.

LSE Group sedang mempertimbangkan untuk menggunakan badan hukum terpisah terkait bisnis pasar digital mereka. Mereka berharap inisiatif ini dapat beroperasi pada tahun depan, tergantung pada persetujuan peraturan.

Incar Potensi Market Tokenisasi Aset

Terkait bisnis bertenaga blockchain ini, LSE Group disebut sudah melakukan pembicaran dengan regulator di berbagai yurisdiksi, serta pemerintah dan Departemen Keuangan di Inggris.

“Tujuan utamanya adalah sebuah platform global yang memungkinkan peserta di semua yurisdiksi dapat berinteraksi dengan orang-orang di yurisdiksi lain dengan sepenuhnya mematuhi aturan, undang-undang (UU), dan regulasi, yang mungkin terjadi di beberapa yurisdiksi secara bersamaan, yang merupakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi di dunia analog,” jelas perwakilan dari LSE Group itu.

Dia mencontohkan transaksi yang melibatkan pembeli dari Swiss, sebuah aset di yurisdiksi Jepang, dan penjual dari Amerika Serikat (AS) yang akan sangat sulit dilakukan dengan teknologi lama, tetapi dapat dengan mudah diselesaikan di dunia digital jika LSE dapat memperoleh dukungan dari berbagai regulator.

Murray Roos mengatakan bahwa pada awalnya, bisnis digital mereka kemungkinan besar akan foksus pada market swasta karena aktivitas di sana sangat rumit dan tidak jelas. Setelah membuktikan model yang mereka garap, LSE Group akan memperluasnya ke aset-aset lain.

“Peluang teknis untuk mendigitalkan sejumlah kelas aset yang diperdagangkan sangatlah tinggi,” jelas Murray Roos.

Sejauh ini, data dari regulator sekuritas (efek) Eropa, ESMA, menunjukkan bahwa hanya sekitar US$800 juta aset tradisional yang telah di-tokenisasi ke dalam blockchain.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori