Pergerakan pasar kripto, utamanya Bitcoin mengalami turbulensi hebat pada perdagangan Senin kemarin (7/4). Harga Bitcoin untuk pertama kalinya di tahun ini turun ke bawah US$75.000. Kondisi itu ikut menyeret turun sejumlah altcoin populer sehingga membuat kapitalisasi pasar aset kripto mengalami penurunan signifikan. Meskipun pada perdagangan hari ini harga BTC sudah mulai kembali naik, namun pengamat melihat kondisi itu hanyalah bersifat sementara.
Pengamat kripto, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, popularitas aset kripto sudah tidak begitu bersinar pasca Donald Trump dan juga Elon Musk masuk ke dalam pemerintahan. Kondisi itu membuat pasar menjadi tidak bisa ditebak.
Karena menurut Ibrahim, aset kripto merupakan instrumen investasi, dan produk tersebut seharusnya mengikuti mekanisme pasar. Sementara baik Trump maupun Musk yang selama ini terkenal sebagai penggagas dalam pasar kripto sekarang sudah bergabung sebagai pembuat kebijakan.
“Di tengah perang dagang yang begitu masif, data tenaga kerja yang di luar ekspektasi dan kebijakan The Fed untuk mempertahankan suku bunga tingginya secara jangka panjang, membuat fundamental kripto menjadi tidak menarik lagi,” jelasnya kepada BeinCrypto.
Selain itu, demonstrasi besar-besaran di Amerika Serikat yang menolak kebijakan Trump disebut ikut menambah berat pergerakan pasar aset digital.
Harga Bitcoin Berisiko Terjun ke US$55.000 di Q2 Tahun Ini
Dalam analisisnya, setelah kemarin level US$75.000 jebol, titik support penting berikutnya yang harus di waspadai adalah di kisaran US$55.000. Menurut Ibrahim, level itu bukan tidak mungkin bisa tercapai di Q2 tahun ini jika sentimen makro ekonomi masih bersifat negatif terhadap pasar.
“Level US$55.000 merupakan titik support penting. Jika jebol akan menimbulkan kerugian besar,” tambahnya.
Sementara itu terkait dengan perkembangan aset kripto di dalam negeri, menurut Ibrahim Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator baru yang mengatur dan mengawasi aset keuangan digital dan aset kripto masih mencari skema baru yang mampu mengembangkan industri dan juga kelas aset baru tersebut.
“Tidak mudah untuk mengembangkan aset kripto di Indonesia. Pengawasan perlu di perketat lagi, dan sampai saat ini belum ada perubahan signifikan baik dari regulator, bursa kripto maupun asosiasi,” tambahnya.
Sebagai catatan, efek dari kebijakan tarif dagang AS tidak hanya terdampak pada pasar kripto. Perdagangan saham di Indonesia juga mengalami gangguan. Tidak lama pasca pembukaan perdagangan hari ini (8/4), Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku self regulatory organization (SRO) melakukan trading halt (pembekuan sementara perdagangan) selama 30 menit, lantaran Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot 8% saat awal perdagangan.
Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi harga Bitcoin di Q2 tahun ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
