Ethereum (ETH), aset kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, merosot tajam, mencatatkan salah satu kuartal terburuk dalam sejarahnya.
Meski pasar kripto secara keseluruhan tengah lesu, situasi Ethereum lebih mengkhawatirkan lantaran altcoin terbesar ini terus tertinggal dalam performa harga dibanding aset lain di kelasnya.
Analis Selidiki Performa Harga Ethereum
Ethereum kehilangan lebih dari 44% nilainya di kuartal pertama (Q1), dengan tingkat tekanan jual mencapai rekor tertinggi dalam tiga bulan terakhir. CEO CryptoQuant Ki Young Ju mengaitkan fenomena ini dengan gelombang likuidasi besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dominasi pasar Ethereum pun anjlok, kini hanya 8,5% menurut data CoinMarketCap—posisi terendah sejak 2020. Hal ini lantas memicu diskusi luas di X (Twitter), di mana para analis mencoba mengurai penyebab kejatuhan ETH.
“Apa yang sebenarnya terjadi pada Ethereum?” tanya pendiri Tron sekaligus penasihat Huobi Global, Justin Sun.
Dampak Layer-2 pada Kemerosotan Ethereum
Menurut analis Camila Russo, meningkatnya adopsi jaringan layer-2 (L2) menjadi faktor utama di balik anjloknya harga Ethereum. Meski solusi ini berhasil meningkatkan skalabilitas serta mengurai kemacetan di mainnet Ethereum, dampaknya tidak serta-merta tecermin dalam performa harga ETH.
“Ada celah untuk memperbaiki fragmentasi ekosistem L2 Ethereum dan pengalaman pengguna yang masih jauh dari ideal. Namun, saya belum melihat bagaimana lonjakan aktivitas L2 ini benar-benar memberi manfaat langsung bagi mainnet Ethereum. Saat ini, layer-2 mendapatkan keamanan Ethereum secara cuma-cuma, hanya membayar untuk ruang blok—dan bahkan biaya itu akan berkurang dengan diperbesarnya kapasitas blob,” terang Russo.
Pandangan ini mengindikasikan bahwa meskipun Ethereum tetap menjadi poros utama bagi berbagai aplikasi blockchain, mekanisme penyerapan nilainya masih bermasalah. Sebagai akibatnya, harga ETH pun terus melemah, padahal adopsi dan inovasi di ekosistemnya terus berkembang.
Fondasi Teknis Ethereum
Di luar tantangan struktural terkait skala L2, sejumlah pengembang Ethereum mengungkapkan kegelisahan mereka pada fondasi teknis blockchain ini. Ini pun menimbulkan tanda tanya besar tentang daya tahannya dalam jangka panjang.
Salah satu pengembang, Uncle Rockstar Developer, secara blak-blakan menyebut Ethereum sebagai “kekacauan total yang tak tertolong”. Menurutnya, jaringan ini telah melenceng jauh dari visi awalnya sebagai komputer dunia yang terdesentralisasi.
“Alih-alih membenahi akar masalahnya, lapisan kompleksitas yang sia-sia terus ditumpuk di atasnya… yang sesekali meledak dalam bentuk peretasan, seperti kasus Bybit yang kehilangan 400.000 ETH (~US$1,5 miliar),” cetusnya.
Selain itu, ia turut mengkritik aspek tata kelola Ethereum, menuduhnya telah menjelma menjadi startup yang semakin tersentralisasi, di mana keuntungan utama mengalir ke co-founder-nya, Vitalik Buterin.
Minimnya Narasi yang Menarik
Penasihat Blockstream Tuur Demeester menuturkan bahwa salah satu faktor krusial di balik kemerosotan Ethereum adalah merosotnya daya tarik narasi yang menyertainya.
“Itu [Ethereum] sudah kehabisan narasi,” candanya.
Demeester merujuk pada cuitannya di tahun 2017, di mana ia mewanti-wanti bahwa aset kripto yang lebih bergantung pada sensasi ketimbang utilitas nyata akan menghadapi kesulitan. Pandangan ini berangkat dari asumsi bahwa pasar terus melahirkan narasi baru dengan ritme yang lebih cepat dibandingkan kemampuan Ethereum untuk mempertahankannya.
Ketidakpastian Regulasi dan Keraguan Institusi
Bayang-bayang regulasi masih menghantui prospek Ethereum. Tak seperti Bitcoin yang telah banyak diakui sebagai komoditas, fitur staking dan mekanisme imbal hasil Ethereum justru membuatnya rentan dikategorikan sebagai sekuritas.
Francisco Quartin de Macedo, Fund Manager, mencatat bahwa sejak The Merge, kebijakan moneter ETH semakin kabur. Alih-alih memicu lonjakan aktivitas jaringan, upgrade ini justru berujung pada penurunan aktivitas, yang berimbas pada tekanan inflasi alih-alih tren deflasi yang sempat diantisipasi.
Macedo juga menyoroti kurangnya dukungan institusional yang bisa menjadi penopang Ethereum—berbeda dengan Bitcoin yang mendapat suntikan legitimasi lewat persetujuan exchange-traded fund (ETF). Di sisi lain, citra Bitcoin sebagai emas digital semakin memperkuat posisinya sebagai aset yang lebih dipercaya.
“TBH [to be honest / sejujurnya], masih terasa seperti aset yang dilirik institusi, tapi dampaknya ke harga masih samar,” ungkap Macedo.
Ia menambahkan bahwa ekosistem L2 Ethereum yang masih terpecah-pecah serta ketidakjelasan regulasi membuat banyak investor ragu untuk bertaruh pada pertumbuhan jangka panjang ETH.
Serangkaian tantangan terbaru Ethereum berasal dari banyak faktor, termasuk dampak tak terduga dari solusi scaling L2. Meski tetap menjadi pemain utama dalam lanskap blockchain, pergerakan harga belakangan ini mengindikasikan meningkatnya kekhawatiran investor dan pengembang mengenai masa depan Ethereum.
Namun, beberapa analis mencatat bahwa meskipun harga Ethereum tertinggal, jumlah ETH yang ada dalam staking justru meningkat. Ini bisa menjadi indikasi bahwa sebagian investor masih memegang optimisme jangka panjang. Kendati demikian, tanpa adanya pemicu yang jelas atau perubahan struktural yang signifikan, ETH berisiko terus tertinggal dibandingkan aset kripto papan atas lainnya.

Data BeInCrypto mencatat ETH diperdagangkan seharga US$1.890 pada waktu publikasi, atau naik 1,34% dalam 24 jam terakhir.
Bagaimana pendapat Anda tentang prospek Ethereum (ETH) ke depan merujuk analisis di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
