Moody’s Analytics pada hari Senin (6/11) mengumumkan bahwa mereka meluncurkan layanan stablecoin baru bernama Digital Asset Monitor (DAM). Alat itu mengandalkan artificial intelligence (AI) untuk memprediksi kemungkinan depeg stablecoin.
Sebagai informasi, depeg stablecoin adalah momen ketika jenis aset kripto yang seharusnya tetap 1:1 dengan aset rujukannya, kehilangan patokan baik itu nilainya kurang atau nilainya lebih dari aset yang mendasarinya.
Alat baru dari Moody’s diklaim dapat memberikan wawasan real-time tentang likuiditas dan stabilitas penerbit stablecoin.
“Digital Asset Monitor adalah model machine learning yang menggabungkan data on-chain dan off-chain, laporan keuangan, serta indikator ekonomi,” jelas pihak Moody’s.
Pada awal tahun ini, Moody’s telah dilaporkan sedang mengerjakan sistem penilaian untuk stablecoin.
Moody’s Melacak 25 Stablecoin
Adapun Moody’s DAM akan melacak 25 stablecoin yang didukung oleh fiat, yang mewakili lebih dari 92% total kapitalisasi pasar stablecoin. Para stablecoin yang dilacak termasuk Tether USD (USDT), USD Coin (USDC), dan PayPal USD (PYUSD).
Selain mengidentifikasi risiko depeg stablecoin, layanan terbaru Moody’s ini juga akan menunjukkan dinamika market dan likuiditas stablecoin, stabilitas penerbit stablecoin, kustodian yang memegang aset stablecoin, serta kualitas cadangan yang mendukung stablecoin itu.
Selain itu, Moody’s DAM juga akan memberikan indeks transparansi yang akan menyoroti kualitas pengungkapan yang dilakukan oleh entitas di balik stablecoin yang didukung fiat.
Terkait hal ini, Direktur Senior Inovasi Produk di Moody’s Analytics, Yiannis Giokas, mengatakan bahwa pihaknya telah melihat market stablecoin tumbuh menjadi kelas aset bernilai miliaran dolar AS (USD) yang menguasai sekitar 10% market kripto dan sebagian besar aktivitas on-chain.
“Namun, mengingat volatilitas yang sedang berlangsung di kelas aset ini, kami melihat permintaan besar dari pelanggan untuk mengisi kesenjangan ini dengan alat penilaian risiko yang komprehensif untuk aset digital,” terang perwakilan Moody’s itu.
Moody’s mengaku berkomitmen menghasilkan penelitian dan wawasan terbaik di kelasnya agar para pelanggan dapat mengidentifikasi, mengukur, memantau, serta mengelola risiko dengan memanfaatkan data dan analisis yang ada.
Perbandingan Depeg Stablecoin pada 2023 dan 2022
Sejauh ini pada tahun 2023, sudah terdapat 1.914 depeg stablecoin. Secara lebih rinci, 609 depeg di antaranya terjadi pada stablecoin dengan market cap atau kapitalisasi besar yang didukung oleh mata uang fiat.
Sebagai perbandingan, terdapat 2.847 depeg stablecoin pada tahun 2022. Adapun 707 depeg di antaranya terjadi pada perusahaan stablecoin berkapitalisasi pasar besar.
Meski beberapa korelasi terhadap kenaikan suku bunga dapat diamati, Moody’s mengeklaim bahwa sejumlah penyebab spesifik depeg stablecoin juga dapat dideteksi.
Pandangan Moody’s Terkait Regulasi Aset Digital di AS
Dikenal sebagai lembaga pemeringkat kredit, Moody’s mulai turut memperhatikan industri kripto.
Pada 20 Juni lalu, Moody’s menilai bahwa jika Partai Demokrat dan Partai Republik di Amerika Serikat (AS) tidak mencapai konsensus tentang bagaimana mengatur industri kripto, maka Negeri Paman Sam dinilai akan menjadi kurang menarik bagi para perusahaan dan investor.
“Kegagalan untuk mencapai kesepakatan bipartisan dan untuk memajukan undang-undang (UU) khusus aset digital, dapat membuat AS relatif kurang menarik bagi perusahaan dan investor. Hal itu terutama dalam konteks ketika banyak yurisdiksi lain bergerak maju dengan aturan yang komprehensif [terkait industri kripto],” ungkap analis Moody’s.
Kemudian, Moody’s mencatat bahwa kerangka RUU stablecoin terbaru tidak akan membuat bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) sebagai pengawas utama penerbit stablecoin, dan regulator negara bagian akan mengawasi para penerbit stablecoin.
“Dengan membedakan antara penerbit stablecoin bank dan non-bank di tingkat negara bagian dan federal AS, serta dengan mengizinkan setiap kategori penerbit diawasi oleh badan yang berbeda, kerangka kerja yang diusulkan ini dapat menyebabkan fragmentasi peraturan dan menciptakan asimetris risiko antara penerbit,” ungkap pihak Moody’s.
Moody’s berargumen, semua penerbit stablecoin tidak akan tunduk pada seperangkat aturan yang sama. Hal inilah yang pada gilirannya dinilai dapat meningkatkan arbitrase peraturan dan membahayakan perlindungan konsumen.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.