Dalam kondisi pasar kripto yang sekarat, pertumbuhan pasar Web3 diproyeksikan akan bernasib lain. Salah satu lembaga riset asal India bernama Straitsresearch memprediksi bahwa nilai pasar Web3 dalam waktu kurang dari 10 tahun akan mencapai lebih dari Rp824,45 triliun atau sekitar US$52,89 miliar. Proyeksi tersebut akan banyak didorong oleh adanya pengalihan kepemilikan data ke pengguna, transparansi yang berjalan lebih baik dan juga keamanan data yang terjamin.
Web3 sendiri merupakan internet terdesentralisasi yang memungkinkan penggunanya menjadi bagian dari pengembangan industri itu sendiri. Hal yang selama ini tidak mungkin dalam pengembangan konsep Web2. Dalam pengembangannya, wilayah Asia Pasifik akan menjadi salah satu pasar yang memiliki tingkat perkembangan tercepat. Lalu, Amerika Utara yang diprediksi akan menjadi pasar terbesar untuk Web3 di tahun 2030 mendatang.
“Revolusi Web3 akan didorong oleh peningkatan dan perluasan kemampuan kecerdasan buatan, machine learning dan kemajuan meteorik dalam teknologi blockchain,” tulis riset tersebut.
Melalui pengembangan ketiga pilar tersebut, revolusi di dunia internet bisa berjalan sempurna. Setiap pengguna bisa melakukan penyimpanan data secara terdesentralisasi, proses transfer kepemilikan berjalan tanpa batas, dan pembayaran yang berbasis kripto.
Lewat teknologi tersebut pula, pengguna bisa memilih dan memutuskan data mana saja yang akan dibagikan. Maka dari itu, dalam Web3, kedaulatan data menjadi mutlak menjadi milik pengguna, bukan lagi pihak ketiga. Hal itu memberikan rasa keamanan tersendiri yang pada akhirnya akan mendorong adopsi menjadi lebih kencang.
Selain itu, karena basis dari teknologi Web3 adalah blockchain, setiap transaksi yang berjalan akan bisa dipantau oleh penggunanya secara langsung. Sebagai contoh, jika pemerintah memanfaatkan data di luar pengetahuan penggunanya, akan bisa terlihat, karena siapa saja yang masuk, serta menggunakan data yang ada di dalamnya sudah tercatat dan tidak bisa dimodifikasi.
“Dengan meningkatkan akuntabilitas, teknologi ini akan sangat berkontribusi dalam mengembangkan ekonomi digital yang transparan dan bertanggung jawab,” tambahnya.
Crypto Winter Lebih Bermanfaat untuk Web3
Perlu dipahami bahwa terdapat perbedaan antara sektor kripto dengan Web3. Beberapa pihak menyebutkan bahwa konsep kripto didasarkan pada spekulasi, hype, dan pemasaran. Sementara itu, Web3 adalah konsep atau nilai dalam membangun aplikasi dan mengimplementasikannya untuk berbagai kasus.
Hal itu membuat pelaku usaha yang ada di dalamnya lebih percaya diri terhadap perkembangan Web3, terlepas dari badai musim dingin masih menderu di industri kripto. Pakar blockchain dan mata uang kripto, Merav Ozair, dalam sebuah unggahan blog mengungkapkan, kesehatan industri akan menjadi lebih baik saat crypto winter.
Menurutnya, banyak proyek yang sebenarnya hanya “merampok” uang dan didukung dengan hype bakal jatuh. Momentum seperti itu merupakan saat yang tepat untuk menciptakan infrastruktur yang lebih baik.
“2023 dapat membawa adopsi Web3 yang lebih besar karena banyak orang yang mulai sadar bahwa teknologi Web3 lebih bermanfaat ketimbang sistem tradisional,” ungkap Ozair.
Pengetatan Aturan Berdampak Positif
Pasca kejatuhan FTX, lembaga keuangan dunia mulai menaruh fokusnya pada aset kripto. Seperti Financial Stability Board (FSB), misalnya. Lembaga ini sudah berniat akan membuat aturan standar terkait kripto yang bisa dijadikan rujukan bagi banyak negara.
Melihat fakta itu, Ozair menambahkan bahwa legislator perlu lebih berhati-hati dalam menetapkan aturan. Jangan sampai terdapat kesamaan cara pandang dalam menetapkan aturan untuk aset kripto dan Web3.
“Pemangku kebijakan harus bisa memahami bahwa terdapat perbedaaan antara mata uang kripto sebagai kelas aset yang diperdagangkan dan inovasi yang memanfaatkan teknologi Web3,” tuturnya.
Beberapa negara bagian di Amerika Serikat (AS); seperti Wyoming, California, Florida, Texas, dan Colorado, terbukti mampu mengembangkan dan mengesahkan aturan di lingkup internal sembari memposisikan diri sebagai zona ramah Web3.
Pada tahun ini juga, non-fungible token (NFT), yang selama ini menjadi barang koleksi atau menjadi perantara seni digital, akan lebih banyak digunakan sebagai token utilitas untuk kepentingan bisnis.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.