Pasar kripto sedang menampilkan sinyal yang saling bertolak belakang soal partisipasi investor ritel. Terutama setelah Bitcoin berhasil menembus US$100.000 dan altcoin termasuk Ethereum kembali jadi sorotan publik.
Sebagian pihak yakin investor ritel mulai berdatangan lagi. Namun, ada juga yang memilih tetap berhati-hati. Mari kita kupas data terbaru serta pandangan para pakar untuk memperjelas gambaran besarnya.
Sinyal Campur Aduk soal Kehadiran Investor Ritel
S4mmyEth dari Decentralized AI Research menyoroti satu indikator menarik: lonjakan tajam dalam minat pencarian Google untuk “Etherium” (salah eja umum dari Ethereum) di Australia dalam 30 hari terakhir.

“Ritel sedang datang. Ada lonjakan tren pencarian Google untuk ‘Etherium’, bukan Ethereum,” prediksi S4mmy.
Data Google Trends memperlihatkan lonjakan signifikan pada akhir April dan awal Mei, dengan puncak minat di titik tersebut. S4mmy juga mencatat lonjakan serupa pada kata kunci salah eja lainnya seperti “Etherum,” “Eferium,” dan “Ifirium”. Pola ini mengisyaratkan gelombang ketertarikan dari pengguna yang belum familier dengan terminologi yang benar—sebuah pertanda umum dari aktivitas investor ritel.
Namun, tidak semua pihak sependapat dengan sudut pandang S4mmy. Nic, selaku co-founder Coin Bureau, menyampaikan pandangan yang berseberangan.
Menurut Nic, lonjakan harga altcoin belakangan ini—termasuk Ethereum—bisa jadi datang dari dari investor institusional atau crypto whale, yakni holder dengan kepemilikan kripto dalam jumlah fantastis. Selain itu, investor yang mengalokasikan modal secara strategis mulai menunjukkan pergeseran sentimen, dengan ekspektasi yang kian meningkat akan potensi datangnya altcoin season (altseason).
“Ritel belum hadir. Ini bukan pump altcoin yang didorong oleh ritel. Ini murni pergerakan para crypto native yang mengejar harga & kembali ke pasar demi satu putaran lagi di altseason,” tutur Nic.
Laporan terkini dari BeInCrypto turut menyoroti perubahan sentimen investor ini. Salah satu faktor pemicunya adalah membaiknya kondisi ekonomi makro, termasuk meredanya ketegangan tarif.
Bukan hanya Ethereum yang mengalami ini. Bitcoin pun menunjukkan minimnya transaksi berskala kecil—biasanya dikaitkan dengan investor ritel. Data dari CryptoQuant mengungkap, transaksi dalam rentang US$0 hingga US$10.000 tidak mengalami kenaikan, meskipun Bitcoin telah menembus level US$100.000.

Argumen Nic semakin diperkuat oleh data dari Wu Blockchain. Laporan terbaru mereka menunjukkan tidak adanya tanda-tanda pemulihan dalam hal volume perdagangan maupun lalu lintas di crypto exchange sepanjang bulan lalu.
Secara spesifik, volume perdagangan spot di berbagai platform turun rata-rata 12,3%. Sementara itu, volume spot milik Binance anjlok hingga 16,8%. Selain itu, lalu lintas ke exchange pun turut menukik rata-rata sebesar 8%, di mana Binance merosot 16% dan Coinbase terkoreksi 14%.
Angka-angka ini memberi sinyal bahwa, meski harga sempat melonjak, absennya investor ritel bisa membuat tren naik ini sulit untuk bertahan.
Sebagai alternatif, bisa jadi minat investor ritel masih sebatas pada pencarian daring dan belum bertransformasi menjadi aksi jual beli yang nyata di pasar.
Bagaimana pendapat Anda tentang tanda-tanda kembalinya investor ritel di tengah lonjakan harga Bitcoin dan Ethereum ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
