Lihat lebih banyak

Pembelian E-Residency dengan Sango Coin Disebut Inkonstitusional

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Mahkamah Konstitusi Republik Afrika Tengah mengatakan pembelian e-residency dan tanah virtual menggunakan Sango Coin bertentangan dengan konstitusi.
  • Dalam dokumen resmi Sango disebutkan bahwa investor bisa membeli kewarganegaraan dengan mata uang Sango seharga US$60 ribu.
  • Pengadilan Tinggi Republik Afrika Tengah tidak sepakat dengan hal tersebut. Menurut mereka, kewarganegaraan tidak memiliki nilai pasar.
  • promo

Adopsi Sango Coin sebagai mata uang kripto di Afrika Tengah tampaknya bakal berjalan sangat lambat. Pasalnya, Mahkamah Konstitusi Republik Afrika Tengah baru saja mengumumkan bahwa transaksi pembelian e-residency dan tanah virtual menggunakan Sango Coin bertentangan dengan konstitusi. Padahal, dua hal tersebut merupakan salah satu benefit yang ditawarkan oleh mata uang kripto resmi milik pemerintah setempat.

Sejak awal peluncurannya di Juli lalu, Sango Coin sudah menuai banyak kontra. Presiden Republik Afrika Tengah, Faustin-Archange Touadera, yang mendukung penuh peluncuran mata uang kripto tersebut, juga sudah mendapatkan peringatan dari Bank Dunia terkait proyek tersebut. Bank Dunia secara tegas menolak rencana Republik Afrika Tengah untuk mengadopsi Bitcoin dan menyatakan keberatan dimulainya proyek Sango.

Pasalnya, bantuan dana hibah senilai US$35 juta yang diberikan Bank Dunia pada Republik Afrika Tengah tidak dimaksudkan untuk mendanai proyek ambisius tersebut ataupun untuk menjadikan aset kripto sebagai legal tender.  

Namun, dalam dokumen resmi proyek Sango, disebutkan bahwa salah satu timeline dimulainya proyek ini adalah lantaran Republik Afrika Tengah sudah menerima dana hibah untuk mengembangkan ekonomi digital.

Peringatan keras juga datang dari Bank of Central African States (BEAC). Gubernur BEAC, Abbas Mahamat Tolli, dalam surat yang dikirimkan ke Menteri Keuangan Afrika Tengah menyebutkan bahwa kebijakan untuk mengadopsi mata uang kripto mengindikasikan bahwa Afrika ingin membentuk mata uang yang dapat bersaing atau menggantikan mata uang utama, yakni CFA.

Tolli bahkan mendesak agar pemerintah setempat membatalkan aturan tersebut lantaran dapat memengaruhi stabilitas keuangan. Namun, FA Touadera tetap tancap gas untuk mengadopsi Bitcoin dan merilis proyek Sango.

Kewarganegaraan Tidak Memiliki Nilai Pasar

Dalam dokumen resmi Sango disebutkan bahwa investor bisa membeli kewarganegaraan dengan mata uang Sango seharga US$60 ribu. Dana tersebut memiliki lock period selama 5 tahun. Sedangkan, untuk e-residency, harga yang dipatok berada di level US$6.000 dengan lock period selama 3 tahun.

Tidak hanya itu, investor juga bisa membeli tanah yang kemudian ditokenisasi seharga US$10.000 dengan lock period selama 1 dekade. Hal itulah yang membuat Pengadilan Tinggi Republik Afrika Tengah tidak sepakat. Menurut mereka, kewarganegaraan tidak memiliki nilai pasar. Selain itu, tempat tinggal, dalam aturan yang berlaku di Afrika Tengah, merupakan bangunan fisik, bukan lahan virtual.

“Pembelian tersebut tidak konstitusional,” katanya.

Menilik ke belakang, sejak awal peluncuran Sango Coin di 21 Juli 2022, respon pasar terhadap rencana Republik Afrika Tengah terlihat tidak begitu baik. Dari total 200 juta koin yang dipasok, Sango Coin hanya laku terserap sebanyak 5%.

Penjualan Sango Coin Tidak Sesuai Ekspektasi

Sekarang, berdasarkan laman resmi perusahaan, angka jumlah penjualan Sango Coin juga tidak banyak bergerak. Dari total pasokan yang ada, tersisa 194.201.118 koin yang belum terserap.

Penjualan Sango Coin | Sumber: Situs resmi Sango Coin

Artinya, dalam waktu 1 bulan, penjualan Sango Coin masih belum bergerak terlalu jauh. Kepala Strategi Keuangan Perusahaan Investasi Kripto yang ada di Solrise, Joseph Edwards, pernah mengungkapkan bahwa proyek kripto yang tidak habis terjual saat peluncuran perdananya menjadi sinyal negatif.

“Sulit untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang berbagai hal terkait pengembangan koin tersebut dan struktur proyeknya. Hal itu karena tidak ada kejelasan informasi,” katanya.

Lebih lanjut, dirinya mengatakan bahwa ketidakjelasan yang dimaksud termasuk di antaranya perihal bursa apa yang akan didaftarkan setelah penjualan koin selesaai, serta peruntukan dana hasil penjualan.

Kemudian, ada pandangan lain yang mengatakan bahwa Sango Coin merupakan aset kripto berbasis blockchain yang dikendalikan oleh pemerintah secara penuh. Maka dari itu, kehadirannya berseberangan dengan prinsip aset kripto sendiri yang bebas intervensi.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram Be[In]Crypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori