Lihat lebih banyak

Pemerintah Iran Tingkatkan Hukuman bagi Pelaku Mining Kripto Ilegal

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Pejabat Iran menginformasikan adanya peningkatan hukuman bagi miner kripto ilegal di negaranya.
  • Aktivitas penambangan kripto dianggap telah menimbulkan berbagai masalah di Iran.
  • Di samping itu, Iran juga memiliki ambisi untuk menjadi "negara hijau".
  • promo

Seorang pejabat dari Perusahaan Pembangkit Listrik, Distribusi, dan Transmisi Iran —Tavanir—mengumumkan bahwa pemerintah setempat akan meloloskan regulasi baru untuk menghukum dengan keras para pelaku mining kripto ilegal yang masih nekat menggunakan listrik subsidi.

“Segala penggunaan listrik subsidi, yang diperuntukkan bagi rumah tangga, pelanggan industri, agrikultura, dan komersil, untuk mining aset kripto sangat dilarang,” tegas Mohammad Khodadadi Bohlouli.

Ia menambahkan pula, jika aktivitas penambangan kripto ilegal mengakibatkan kekurangan daya listrik dan menurunkan kualitas suplai listrik pada jaringan listrik Iran.

Para penambang Bitcoin dan aset kripto lainnya menggunakan rangkaian komputer untuk menemukan atau “menambang” angka-angka yang mereka butuhkan untuk membuat blok data baru. Sayangnya, perangkat tersebut mengonsumsi listrik sangat besar.

Banyak perusahaan mining kripto mulai melaksanakan aktivitasnya di Iran, setelah pemerintah setempat menyetujui mining kripto sebagai aktivitas industrial, pada tahun 2019 lalu. Keputusan tersebut dapat terjadi berkat tarif listrik yang rendah di sana. Namun, kini pembangkit listrik Iran melihat mining kripto sebagai sebuah peluang untuk meningkatkan pendapatannya.

Di bulan Januari 2020, Kementerian Industri, Tambang, dan Perdagangan Iran mendaftarkan lebih dari 1.000 perusahaan mining kripto di negaranya. Akan tetapi, sejumlah miner kripto “nakal”—baik yang terdaftar maupun ilegal—mulai menggunakan listrik rumah tangga untuk aktivitas penambangannya. Tindakan mereka pun menimbulkan masalah besar bagi sektor sumber daya listrik di negara itu, sebab mereka mengonsumsi listrik lebih dari 600 MW. Ditambah pula dengan kondisi Iran yang kering dan minim curah hujan, tak heran jika akhirnya pemerintah Iran pun meradang.

Berlakukan Denda bagi Miner Kripto “Nakal” di Iran

Saat Mei 2021, Juru Bicara Kementerian Energi Iran untuk sektor listrik, Mostafa Rajabi Mashhadi, menyatakan bahwa miner kripto yang tertangkap tangan menggunakan listrik subsidi akan dikenakan denda besar.

Rajabi Mashhadi juga menambahkan bahwa selain membayar denda, miner tersebut juga harus membayarkan ganti rugi atas kerusakan pada jaringan listrik.

Ia menjelaskan bahwa mining kripto ilegal menyebabkan kerusakan pada trafo dan jaringan listrik setempat. Jika para penambang kripto masih terus melanjutkan kegiatan penambangannya, maka akan semakin sulit untuk mendapatkan listrik dan meningkatkan kemungkinan pemadaman listrik.

Meski demikian, menurut sebuah artikel yang dilansir Forbes pada Desember 2021, sanksi ekonomi menahun dari AS terhadap Iran telah menghambat peremajaan pada infrastruktur negara yang mulai menua, sehingga peralatan-peralatan tersebut pun jadi lebih rentan terhadap degradasi dan kerusakan—terlepas apakah miner kripto menggunakannya atau tidak.

Apakah masalah ini dapat terselesaikan dengan cara yang menguntungkan, baik bagi infrastruktur maupun orang-orangnya? Bisakah mengizinkan mining Bitcoin memberi manfaat kepada jaringan listrik?

Upaya Ingin Jadi “Negara Hijau” Terhambat Kendala

Iran tidak menyembunyikan niatannya untuk jadi “negara hijau”.

Berdasarkan data dari International Energy Agency (IEA), negara ini sudah memproduksi 98% gas alam dan energi minyaknya sendiri, di tahun 2019.

Kementerian Energi, Energi Terbarukan, dan Organisasi Efisiensi Energi (SATBA) berusaha untuk menurukan ketergantungannya kepada bahan bakar fosil di bulan Oktober 2021. Mereka mengundang sektor swasta untuk membantu mengembangkan dan menyusun pembangkit tenaga listrik terbarukan, dengan kapasitas harian 10.000 megawatt.

Masalahnya, untuk mencapai tujuan menjadi “negara hijau”, Iran membutuhkan tenaga ahli asing dan perlu mengeluarkan modal besar.

Membangun pembangkit tenaga listrik terbarukan memang sebuah solusi yang baik. Namun, tantangan yang lebih besar terletak pada cara transmisi listriknya ke seluruh kota maupun desa yang ada di sana, mengingat sumber energi ini berasal dari daerah terpencil.

Sebetulnya, Iran dapat menghindari rintangan logistik dan keuangan terkait “revolusi hijau”, hanya dengan membeli mesin penambangan kripto dan menyalakannya ketika pembangkit listrik baru mereka memiliki kelebihan energi.

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

482684f67f7c6a6c68bb22d21073cef7?s=120&d=wp_user_avatar&r=g
David Thomas
David Thomas lulus dari Universitas Kwa-Zulu Natal di Durban, Afrika Selatan, dengan gelar kehormatan di bidang teknik elektronik. Dia bekerja sebagai insinyur selama delapan tahun, mengembangkan perangkat lunak untuk proses industri di perusahaan spesialis otomasi Afrika Selatan, Autotronix (Pty) Ltd, sistem kontrol pertambangan untuk AngloGold Ashanti, dan produk konsumen di Inhep Digital Security, sebuah perusahaan keamanan dalam negeri yang sepenuhnya dimiliki oleh konglomerat Swedia,...
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori