Lihat lebih banyak

Penipuan Kripto di Australia Meningkat 162,4%, Rp2,21 Triliun Lenyap

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Data dari ACCC mengungkapkan bahwa sebanyak AU$221,3 juta atau sekitar Rp2,21 triliun penipuan di Australia rupanya melibatkan aset kripto.
  • Di Australia, jumlah penipuan yang menggunakan kripto sebagai media pembayaran meningkat 162,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
  • Wakil Ketua ACCC, Catriona Lowe, mengungkapkan saat scammers menjadi semakin canggih, maka respon yang terkoordinasi antara pemerintah, penegak hukum, dan sektor swasta menjadi sangat penting untuk memerangi aktivitas jahat tersebut.
  • promo

Australian Competition & Consumer Commision (ACCC) baru saja merilis data penipuan di Australia. Sepanjang tahun 2022 kemarin, total penipuan yang dilaporkan dari seluruh aktivitas mencapai AU$3,1 miliar atau sekitar Rp30,94 triliun, meningkat 80% dari posisi 2021 lalu. Dari jumlah tersebut, sebanyak AU$221,3 juta atau sekitar Rp2,21 triliun penipuan di Australia rupanya melibatkan aset kripto.

Data Finder menyebutkan bahwa indeks adopsi mata uang kripto di Australia lebih tinggi dari kepemilikan kripto global. Menurut data tersebut, tingkat kepemilikan kripto di Australia mencapai  17%. Sementara itu, secara rerata kepemilikan kripto global hanya berada di level 15%. Rasio itu mewakili 3,3 juta orang yang sudah memiliki kripto di Australia. Sebanyak 59% di antaranya menggenggam Bitcoin (BTC).

Tingginya popularitas kripto di Negeri Kanguru sepertinya dimanfaatkan betul oleh para pelaku kejahatan untuk mencuri aset digital. Pasalnya, jumlah penipuan yang menggunakan kripto sebagai media pembayaran meningkat 162,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Seperti kebanyakan modus penipuan yang dilakukan di banyak platform, aktor jahat yang beroperasi di Australia juga menggunakan media sosial ataupun aplikasi seluler untuk melancarkan aksinya.

“Orang yang kehilangan uang lewat kripto lebih mungkin dihubungi melalui jejaring sosial ataupun aplikasi ponsel. Jumlahnya mencapai 3.910 orang,” jelas ACCC.

Meskipun proporsi terbanyak dalam akltivitas penipuan masih berasal dari metode transfer bank, yakni mencapai AU$210,4 juta dari 13.098 laporan, namun pertumbuhan aktivitasnya masih lebih rendah daripada metode kripto. Pertumbuhan aktivitas penipuan yang dilakukan lewat transfer bank hanya mencapai 62,9%.

Penipuan Investasi Mendominasi

Aktor jahat masih menggunakan iming-iming imbal hasil yang menawan untuk menarik minat korbannya. Terlihat dari besarnya nilai kerugian dari penipuan berkedok investasi di tahun lalu yang mencapai AU$1,5 miliar atau sekitar Rp14,97 triliun.

Scamwatch melaporkan terdapat 9.360 laporan yang menyebutkan dengan peningkatan nilai kerugian sebesar 112,9% dari tahun 2021 yang sebesar AU$377 juta. Menariknya, mayoritas modus penipuan ini menggunakan kripto sebagai metode pembayarannya.

Artinya, para pelaku kejahatan memang sengaja mengincar kripto masyarakat untuk dicuri, yang mana AU$137,6 juta dalam bentuk kripto menjadi metode pembayaran yang dipilih oleh penipu. Sedangkan, aktor jahat yang memilih transfer bank sebagai metode pembayarannya mencapai AU$99 juta.

Untuk dipahami, data ACCC merupakan data gabungan dari berbagai macam entitas; mulai dari AFCX, ReportCyber, ATO, ASIC, ACMA, Services Australia, dan IDCare.

Bangun Pusat Anti Penipuan Nasional di Australia

Melihat tingginya angka penipuan di Australia, Wakil Ketua ACCC, Catriona Lowe, mengungkapkan saat scammers menjadi semakin canggih, maka respon yang terkoordinasi antara pemerintah, penegak hukum, dan sektor swasta menjadi sangat penting untuk memerangi aktivitas jahat tersebut.

“Kerugian yang dialami masing-masing korban berdasarkan laporan ke Scamwatch meningkat 50% menjadi AUD$20 ribu secara rata-rata per korban,” ungkap Lowe.

Menurutnya, beberapa modus baru yang digunakan oleh para penjahat adalah dengan membuat modusnya semakin sulit dideteksi. Misalnya meniru nomor telepon resmi, alamat email, dan laman resmi dari organisasi.

Lowe menambahkan bahwa kebocoran data yang terjadi pada tahun lalu juga membuat masyarakat menjadi semakin rentan terhadap penipuan. Semakin banyak informasi yang dimiliki oleh penipu, maka semakin mudah mereka untuk melakukan rekayasa sosial.

Seperti diketahui, pada paruh kedua tahun lalu, data Medibank dan Optus bocor karena serangan siber dan memengaruhi informasi pribadi jutaan warga Australia.

Bagaimana pendapat Anda tentang angka penipuan yang melibatkan aset kripto di Australia? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori