Trusted

Pertama Kali dalam Sejarah, Bitcoin (BTC) Tunjukkan Sinyal Death Cross pada Indikator MA 200W, Peluang Beli Terbaik?

4 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Secara historis, setiap kali harga Bitcoin berada di bawah zona 200-week moving average, hal ini merupakan indikator peluang beli yang sangat baik.
  • Namun saat ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah, indikator MA 20W telah turun di bawah MA 200W.
  • PlanB mengatakan bahwa terlepas dari korelasi yang ada, faktanya Bitcoin masih unggul dari S&P 500.
  • promo

Sinyal ini muncul untuk pertama kalinya dalam sejarah Bitcoin (BTC). Akhir-akhir ini, 20-week moving average (20W MA) BTC baru saja melintas di bawah zona 200-week moving average (200W MA). Meskipun harga BTC belum pernah mengalami situasi seperti itu sebelumnya, ada kemungkinan bahwa korelasinya dengan pasar saham tradisional (SPX) bisa memberi kita petunjuk yang berguna.

Dalam artikel ini, BeInCrypto mengamati sinyal pertama yang baru saja terbentuk dalam grafik mingguan Bitcoin. Indikator MA 20W BTC telah berhasil membentuk pola death cross dengan MA 200W, namun belum terkonfirmasi. Sedangkan, di pasar tradisional sendiri, peristiwa ini umumnya ditafsirkan sebagai konfirmasi dari pasar bearish jangka panjang. Akan tetapi, dalam hal ini, korelasinya dengan S&P 500 (SPX) akan sangat membantu kita dalam menafsirkan sinyal ini menjadi lebih bullish.

Aksi Beli di Area 200W MA

Pada grafik logaritmik jangka panjangnya, kita dapat melihat bahwa harga BTC jarang mencapai area MA 200W (garis biru). Nyatanya, peristiwa ini terjadi hanya beberapa kali dalam sejarah, yaitu selama proses BTC menghasilkan titik terendah mutlak (absolute bottom) dari bear market sebelumnya (lingkaran hijau). Selain itu, penurunan historis biasanya tidak menyebabkan penutupan candle mingguan yang lebih rendah dari MA 200W. Meskipun faktanya, ada beberapa pengecualian tersendiri di mana hal ini bisa terjadi.

Oleh karena itu, hingga saat ini, level MA 200W dianggap sebagai indikator yang kuat dari titik terendah BTC. Selain itu, sinyal itu juga dapat memberikan indikasi yang lebih kuat sebagai peluang beli terbaik. Sebab, secara historis, peningkatan harga yang terjadi setelah mencapai area ini tercatat sangat mengesankan:

  • 2015: naik 8.313% dari pantulan terakhirnya di level US$230,
  • 2019: naik 313% dari pantulan terakhirnya di level US$3.351,
  • Krisis COVID 2020: naik 1.047% dari pantulannya di level US$5.620.
Grafik BTC oleh Tradingview

Narasi yang menunjukkan bahwa Bitcoin mencapai titik terendah di dekat MA 200W juga didukung oleh “rainbow chart” Bitcoin yang terkenal. Grafik tersebut mampu menggambarkan bidang regresi logaritmik. Selain itu, grafik ini juga menampilkan kode warna berdasarkan spektrum pelangi. Kode warna tersebut berguna untuk memberikan informasi kepada investor mengenai titik terbaik untuk membeli, hold, ataupun menjual Bitcoin.

Selama periode bear market sebelumnya, BTC secara konsisten mencapai zona biru dan ungu dari peluang penjualan dan pembelian maksimumnya. Kemudian, hal itu tidak ada bedanya dengan kondisi saat ini. BTC berada di zona “fire sale” ungu terakhir sejak mengalami penurunan di bulan Juni lalu.

Grafik Harga Bitcoin Rainbow | Sumber: www.blockchaincenter.net

Indikator Cross Pertama yang Pernah Terbentuk dalam Sejarah

Namun, situasi pada grafik Bitcoin saat ini sedikit berbeda. Sebab, Bitcoin telah gagal mempertahankan level MA 200W dan telah menutup lebih dari 10 candle mingguan di bawahnya (lingkaran biru di atas). Selain itu, upaya untuk bisa kembali ke posisi di atas moving average ini pada pertengahan Agustus lalu juga terbukti tidak berhasil. Alhasil, kondisi itu menyebabkan Bitcoin harus kembali melakukan uji coba (retest) dan diikuti oleh penolakan. Kondisi itu akhirnya turut memperkuat sinyal bearish yang ada.

Akan tetapi, sinyal yang paling mengkhawatirkan yang muncul untuk pertama kalinya justru berasal dari MA 20W. Moving average jangka menengah ini telah sukses melintas di bawah area MA 200W (panah merah). Penurunan di bawah zona ini memang belum mendapat konfirmasi, karena candle mingguannya belum ditutup. Namun, tampaknya aksi harga tersebut tidak terbantahkan lagi. Sehingga, kemungkinan besar prediksi tren penurunan itu akan terjadi pada minggu ini atau minggu depan.

Dalam analisis historis, kita bisa melihat bahwa baik pada tahun 2015 maupun tahun 2019, tidak pernah terbentuk pola berupa death cross antara MA 20W dan MA 200W (panah hijau). Satu-satunya hal yang dapat kita amati adalah bahwa setelah pendekatan maksimum dari dua garis ini, terjadi peningkatan harga BTC yang signifikan. Tentunya, hal ini bisa terjadi karena fakta bahwa kedua moving average tersebut adalah indikator lagging. Itu artinya, indikator tersebut hanya mengacu pada aksi harga di masa lalu, dan tidak layak untuk menjadi acuan untuk memprediksi masa depan.

Grafik BTC oleh Tradingview

Indikator MA 200W BTC dan Korelasinya dengan S&P 500

Di sisi lain, seorang analis kripto yang menggunakan akun Twitter @el_crypto_prof telah membagikan grafik Bitcoin di mana ia juga menyoroti pola death cross MA 200W. Namun, pada grafiknya itu, MA 20W sudah melintasi MA 200W untuk kedua kalinya dalam sejarah. Hal itu bisa terjadi karena dia menggambar MA untuk rasio antara harga Bitcoin dan indeks S&P 500.

BTC/SPX MA Cross 20/200
Sumber: Twitter

Dalam sebuah komentar yang ia tulis untuk grafik tersebut, dia menunjukkan bahwa pola death cross sebelumnya sempat terbentuk pada tahun 2015 silam. Itu terjadi setelah BTC berhasil mencapai titik absolute bottom. Selanjutnya, ia menambahkan bahwa, “hanya beberapa bulan kemudian, salah satu bullrun terbesar $BTC dimulai.”

Grafik di atas tidak hanya memberikan interpretasi tambahan pada death cross yang kami analisis, tetapi juga menunjukkan dominasi jangka panjang BTC atas pasar saham tradisional. Di sisi lain, @100trillionUSD, yaitu kreator dari model Stock-to-Flow untuk Bitcoin yang terkenal, hari ini (21/9) juga turut membahas aspek yang sama.

Dalam cuitannya, PlanB mengakui bahwa korelasi BTC dengan SPX hari ini memang terbilang kuat, tetapi besarnya peningkatan historis masih tidak tertandingi. Menurut perhitungannya, selama periode yang sama, SPX naik 4x lipat, sedangkan BTC naik sebanyak 2000x lipat. Oleh karena itulah, ia menyebut keduanya adalah “dunia yang benar-benar berbeda.”

Sumber: Twitter

Tentu saja, mengingat kapitalisasi pasar sektor kripto dan Bitcoin yang jauh lebih besar, perbedaan urutan besaran skalanya tidak dapat dipastikan. Namun, kesimpulannya adalah bahwa BTC tetap menjadi investasi jangka panjang yang lebih menguntungkan daripada SPX. Apalagi, area MA 200W merupakan titik yang sangat baik untuk kita manfaatkan momentumnya, salah satunya dengan menjadikannya sebagai titik entry terbaik untuk beli.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan Web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori