Lihat lebih banyak

PHK dan Penutupan Platform Kian Marak, Benarkah Pengembangan Metaverse di Korea Selatan Melambat?

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Perkembangan metaverse di Korea Selatan kabarnya mulai melambat. Dua pengembang dikabarkan melakukan perampingan jumlah pegawainya.
  • Petinggi SK Telecom mengatakan bahwa meskipun antusiasme meredup, metaverse masih menjadi area layanan yang tidak bisa mundur dalam tren besar transformasi digital.
  • Kendati pemerintah Korea Selatan memberikan dukungan besar bagi industri metaverse, data dari Kisdi justru mengungkapkan bahwa laju adopsinya di Korea Selatan masih tergolong lesu.
  • promo

Sejumlah platform metaverse di Korea Selatan dilaporkan mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap para karyawannya. Kuat dugaan, hal ini disebabkan oleh perkembangan sektor metaverse yang melambat di Negeri Ginseng.

Perkembangan ruang virtual di Korea Selatan kabarnya mulai melambat. Tingginya nilai investasi yang harus digelontorkan dan sepinya minat akan metaverse diduga menjadi salah satu alasan beberapa perusahaan untuk sedikit menahan ekspansinya.

Dalam sebuah laporan, disebutkan bahwa ada beberapa entitas pengembang metaverse yang mulai merampingkan struktur timnya agar bisa menekan efisiensi.

Entitas pertama yang disebut mulai melakukan penyesuaian adalah Com2uS, sebuah pengembang game kenamaan asal Korea Selatan. Com2uS sendiri menjalankan bisnis metaverse melalui entitas usahanya, yaitu Com2Verse. Dalam perjalanannya, perusahaan terpaksa melakukan perampingan struktur tenaga kerja agar bisa mengurangi biaya dan investasi yang tergolong mahal.

Com2uS sebenarnya sudah mulai memperlihatkan hal tersebut pada awal tahun ini. Ketika itu, Com2uS sudah mengakui bahwa laba konsolidasi perusahaan di tahun lalu turun, karena adanya peningkatan biaya dalam ekspansi investasi aktif di metaverse dan konten media.

Menurut keterangan dari salah seorang sumber, rencana reorganisasi merupakan keputusan yang sengaja dibuat untuk meningkatkan efisiensi di seluruh lini perusahaan. Kebijakan itu juga termasuk program redudansi sukarela yang terbuka untuk 100 karyawannya.

Cytown Pamit Mundur

Entitas pengembang metaverse lainnya, Colorverse bahkan disebut sudah melakukan program pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawannya. Platform yang didirikan oleh anak usaha Kakao, Kakao Games dan Neptune itu disebut sudah melancarkannya lebih dulu di awal tahun ini.

Alasan yang digunakan juga sama. Colorverse menderita rugi akibat pengembangan segmen metaverse yang dilakukannya. Colorverse diketahui pada tahun lalu membukukan kerugian senilai US$8,6 juta sepanjang tahun 2022.

Selanjutnya, entitas metaverse lainnya, yaitu Cytown, bahkan terpaksa harus menutup platform metaverse miliknya. Pada Juli kemarin, perusahaan yang merupakan bagian dari Cyworld itu memutuskan untuk mengakhiri layanan metaverse mereka, karena pasar tersebut dinilai telah menyusut imbas dari pandemi Covid-19.

Padahal, saat memulainya pertama kali, Cytown sempat digadang-gadang akan menjadi pemain utama dalam pengembangan ruang maya di Korea Selatan. Namun nyatanya, jumlah orang yang menggunakan aplikasi tersebut di Google Play hanya mencapai 10 ribu secara kumulatif. Hal itu mengindikasikan bahwa bisnis Cytown sepi peminat.

Seorang pejabat dari Cyworld Jet, induk usaha dari Cytown, menyebut bahwa pihaknya sudah mendengar bahwa layanan tersebut akan dihentikan dan tidak akan tersedia.

“Telah dipastikan bahwa tidak ada tambahan pembukaan setelah ini,” ungkapnya.

Menariknya, Ifland, metaverse yang dikembangkan oleh SK Telecom, justru dilaporkan mengalami pertumbuhan pengguna. Petinggi perusahaan mengatakan bahwa meskipun antusiasme meredup, metaverse masih menjadi area layanan yang tidak bisa mundur dalam tren besar transformasi digital.

Pengguna Metaverse di Korea Selatan Lesu

Masifnya pengembangan metaverse di Korea Selatan sejalan dengan dorongan dari pemerintah setempat yang memang berambisi untuk membangun metaverse dengan konsep negara. Untuk memuluskannya, otoritas terkait rela merogoh dana yang berasal dari kas internal pemerintah sebesar 223,7 miliar won.

Akan tetapi, jumlah masyarakat yang memanfaatkan ruang maya masih jauh dari harapan. Data yang dihimpun oleh Korea Information Society Development Institute (Kisdi) mengungkap bahwa hanya 4,2% masyarakat yang mengaku sudah menggunakan layanan metaverse secara teratur.

Survei yang digelar pada 9.941 orang di tahun lalu itu juga memperlihatkan bahwa golongan anak-anak dan remaja di bawah usia 20 tahun yang menjadi pengguna metaverse secara dominan. Adapun persentase pengguna dari golongan tersebut mencapai 39,2%.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori