Trusted

Eksklusif Rahul Advani, Policy Director Ripple APAC: Ripple Sangat Tertarik dengan Market Indonesia, tapi Ada Masalah

5 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Di tempat yang tidak jauh dari gelaran Coinfest Asia 2022, tim Be[In]Crypto pada hari Jumat (26/8) berkesempatan duduk bersama dengan Rahul Advani, Policy Director Ripple APAC (Asia Pasifik), untuk mendiskusikan berbagai hal. Saat kesempatan itu, dia menguraikan strategi Ripple adalah bekerja sama dengan regulator yang turut mempengaruhi progres ekspansi mereka di Indonesia.

Dalam hal menjalankan operasi bisnis, pandangan umum Ripple adalah bahwa mereka ingin melakukan hal-hal dengan benar. Kebijakan Ripple adalah bekerja sama dengan regulator.

“Kami bekerja sama dengan regulator untuk mengembangkan peraturan yang sesuai untuk industri ini [kripto]. Jadi, ada banyak edukasi yang masuk ke dalamnya juga. Kami mendidik regulator tentang kasus penggunaan yang berbeda. Apa manfaatnya pada akhirnya; apa manfaatnya bagi perekonomian Anda; apa efisiensi yang bisa Anda dapatkan dari ekonomi Anda,” kata Rahul Advani.

Secara keseluruhan, Ripple berkomitmen untuk bekerja dengan regulator dan bekerja sama dengan lebih dari 50 regulator di bank sentral secara global.

Dia mengatakan, “Ini adalah DNA kita untuk melakukan sesuatu dengan benar. Jika kami ragu apakah kami dapat melakukan sesuatu, kami akan berbicara dengan regulator terlebih dahulu.”

Ada Banyak Minat dari Regulator dalam Aset Digital

Interview Be[In]Crypto Indonesia dengan Rahul Advani dari Ripple APAC
Sesi wawancara Be[In]Crypto Indonesia dengan Rahul Advani (Policy Director Ripple APAC) | Sumber: Dokumentasi Be[In]Crypto

Sekarang, selama 1 atau 2 tahun terakhir, Ripple melihat banyak hal dengan jelas bahwa ada banyak minat dalam aset digital. Ada juga banyak minat dari regulator dalam aset digital, termasuk dalam mengatur aset digital.

Secara global, Advani melihat bahwa ini sebenarnya cukup terfragmentasi. Ada pendekatan berbeda yang dilihat oleh Ripple. Jika bisa mempersempit di Asia, Advani menilai ada beberapa contoh bagus dari regulasi yang mendukung inovasi dan pada saat yang sama juga melihat perlindungan konsumen.

Karena tugas regulator cukup berat, mereka harus menavigasi keseimbangan yang sangat baik antara ‘mendukung inovasi karena ingin ekonomi hidup dan tumbuh’, tetapi pada saat yang sama ‘ingin konsumen dilindungi’. Jadi ini sebuah keseimbangan yang tepat. Kemudian, dia berpendapat bahwa Ripple memiliki beberapa contoh bagus tentang itu di Asia.

Beberapa Contoh di Asia

“Saya pikir Singapura adalah contoh yang bagus, ‘kan. Kami melihat layanan pembayaran (payment services) yang datang pada aset kripto tahun 2019/2020 ditetapkan sebagai token pembayaran digital (digital payment tokens). Dan itulah yang ingin kita lihat. Kami ingin melihat kripto diizinkan dalam aliran pembayaran,” jelasnya.

Di Singapura, orang-orang dapat menggunakan kripto dalam pembayaran apa pun tanpa masalah. Kemudian, mereka juga mengembangkan kerangka lisensi. Jika berurusan dengan kripto, ada kerangka kerja lisensi yang dapat dicari. Ada semacam kerangka hukum menyeluruh yang didukung kerangka peraturan, dan kerangka peraturan itu sensitif terhadap risiko. Ini mengenali di mana risikonya dan memiliki perlindungan yang tepat.

Kemudian, menurut Advani, contoh bagus lainnya adalah Jepang. Negeri Sakura memiliki versi layanan pembayaran mereka yang aktif dan juga memiliki kerangka kerja lisensi. Kripto dapat digunakan sebagai token pembayaran, dan Jepang mengelola inovasi itu dengan perlindungan konsumen.

Apa yang dilihat sekarang adalah banyak regulator lain telah menyadari bahwa mereka juga perlu melakukan sesuatu yang benar.Advani menyebutkan pula bahwa Australia adalah contoh yang baik. Ripple memandang Australia memiliki kerangka kerja, kerangka hukum menyeluruh, serta kerangka peraturan yang mendukung inovasi dan juga mendukung perlindungan konsumen.

Selain itu, ada banyak minat juga di Korea Selatan. “Kami baru saja berada di Korea awal tahun ini. Jadi, kami menerbitkan whitepaper untuk Korea tentang apa yang menurut kami harus menjadi kerangka peraturan yang sesuai di negara ini. Ada keterlibatan yang sangat positif dengan regulator dan pembuat kebijakan di sana. Presiden baru Korea Selatan telah menjadikan aset digital sebagai bagian utama dari fokusnya. Dan apa yang kita lihat di Korea adalah bahwa ada kemitraan publik – swasta,” ungkap Rahul Advani.

Market Asia Pasifik Berbeda dengan AS & Uni Eropa

Rahul Advani berpandangan bahwa regulator membawa pakar industri untuk mengedukasi mereka tentang apa yang terjadi di industri ini. Dia pikir ini sangat penting. Apa yang banyak Rahul Advani dan pihaknya lihat di Asia adalah adanya dialog antara regulator dan industri.

“Itu sangat penting, karena industri ini berkembang sangat cepat, sehingga Anda perlu mengikuti perkembangan terbaru. Dan satu-satunya cara untuk melakukannya adalah secara proaktif menjangkau industri ini untuk mendapatkan umpan balik,” tegas Advani.

Dia mencatat bahwa pendekatan Ripple di APAC sedikit berbeda, karena bukan sebagai satu kesatuan yang monolitik. Baginya, APAC adalah market yang sangat berbeda dengan AS dan Uni Eropa, baik pada tahap perkembangan yang sangat berbeda, pada tahap kapasitas yang sangat berbeda, dan kita harus mengakuinya.

Jadi, menurut Rahul Advani ini bukan satu ukuran cocok untuk semua pendekatan. “Anda tidak dapat melakukan copy-paste apa yang dilakukan di yurisdiksi lain ke APAC. Hal yang kami inginkan adalah pendekatan yang sesuai dengan tujuan di yurisdiksi itu. Jadi kami bekerja sama dengan regulator dan pembuat kebijakan untuk mengatakan, ‘Inilah yang terjadi secara global’.”

Baginya, ini adalah beberapa praktik terbaik yang dapat dipelajari, dengan, “Mengizinkan kami bekerja sama dengan Anda [para regulator] untuk mengembangkan pendekatan yang terbaik untuk yurisdiksi Anda.”

Ripple Sangat Tertarik dengan Market Indonesia

Namun, dia melihat bahwa Indonesia adalah kasus yang menarik. Jelas pihak Ripple melihat ada banyak potensi dan banyak peluang di negara ini. Akan, tetapi ada tantangan yang mereka hadapi.

“Ripple sangat tertarik dengan Indonesia. Masalah yang kita hadapi di sini adalah regulasi yang ada saat ini tidak mendukung layanan on-demand liquidity (ODL) [yang ditawarkan Ripple]. Dan itulah masalah yang kami hadapi,” ungkap Rahul Advani.

Dia mencoba memberi gambaran. Jika orang-orang berada di exchange atau jika seorang investor ingin membeli aset digital, tidak ada masalah tentang itu. Orang-orang dapat menyimpannya sebagai ‘investasi’. Masalahnya, jika mereka ingin menggunakan aset digital itu dalam ‘aliran pembayaran’ seperti yang dipecahkan oleh ODL Ripple, peraturannya tidak mendukung itu.

Rahul Advani mengatakan, “Saat ini kami tidak dapat menawarkannya [ODL] di Indonesia karena aset digital dipandang murni sebagai investasi dan bukan sebagai pembayaran. Jadi apa yang ingin dilihat Ripple adalah setara dengan apa yang mereka lihat di Singapura; ketika ada Undang-Undang Layanan Pembayaran dan kerangka kerja yang mengatur aset digital untuk digunakan dalam pembayaran.”

Menurutnya, perlu ada sebuah taksonomi ketika sebuah regulator memiliki gagasan yang jelas tentang apa itu token pembayaran (payment token), apa itu token utilitas (utility token), apa itu token keamanan (security token). Dengan ini, menjadi sangat jelas aktivitas apa yang dapat dilakukan dengan masing-masing dari token itu. Sayangnya, regulasi di Indonesia masih belum mendukung hal semacam ini.

“Kami terlibat dengan regulator, dengan pembuat kebijakan, dan mudah-mudahan kami melihat beberapa pergerakan dalam hal itu [di Indonesia]. Namun, sampai sekarang, kami tidak memiliki kemampuan untuk menawarkan [produk Ripple di Indonesia],” terang Rahul Advani.

Pendekatan Ripple Konsisten: Bekerja Sama dengan Regulator

Dalam mendorong sebuah regulasi yang lebih baik bagi market kripto, Rahul Advani menegaskan bahwa pihaknya tidak sendirian. Mereka bekerja dengan asosiasi industri, mitra utama, hingga pemangku kepentingan utama, untuk bekerja dengan regulator dan pembuat kebijakan. Termasuk juga bekerja sama melalui asosiasi perdagangan maupun dengan memiliki mitra kunci yang ingin diajak bekerja sama.

Dengan demikian, ada berbagai pendekatan yang Ripple ikuti. Namun, Rahul Advani menegaskan bahwa kunci dari pandangan Ripple adalah bukan hanya untuk keuntungan Ripple, tetapi ini juga untuk keuntungan seluruh industri kripto.

“Jadi kami mewakili industri dengan cara kami terlibat dengan regulator,” tegasnya.

Dia mengatakan bahwa secara luas, pendekatan Ripple konsisten, yaitu bekerja sama dengan regulator, bekerja dengan pembuat kebijakan. Mereka bisa melakukannya secara langsung, melalui mitra utama, ataupun lewat asosiasi industri.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik wawancara bersama Rahul Advani dari Ripple APAC ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram Be[In]Crypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori