Harga Ethereum (ETH) mencapai rekor tertinggi tahunan baru di angka US$2.403 pada 9 Desember. Namun, harganya telah mengalami penurunan tajam sejak saat itu.
Harga ETH kini tengah mendekati sebuah area support horizontal yang kritis. Pertanyaan yang muncul, akankah harga memantul atau malah merosot?
Terjun usai Sentuh Puncak Harga Tahunan
Harga Ethereum (ETH) telah mengalami kenaikan pesat sejak awal Oktober. Harga aset ini berhasil menembus garis tren descending resistance pada 5 November, yang kemudian semakin mempercepat laju kenaikannya. Usai mendapat penolakan singkat dari area resistance horizontal, harga ETH sukses memecahkan rekor tahunan baru di angka US2.403, tepatnya pada tanggal 9 Desember.
Namun, sejak saat itu, ETH telah mengalami penurunan dan terus menukik tajam hari ini. Harga ETH bahkan sempat ambruk ke level US$2.145 sebelum memantul lagi sedikit. Akibat penurunan ini, Route 2 Fi mencatat bahwa terakhir kali ETH berada pada kondisi selemah ini terhadap Bitcoin, yakni pada Juni 2022.
Dengan menggunakan RSI sebagai indikator momentum, para trader dapat menentukan apakah pasar sedang overbought (jenuh beli) atau oversold (jenuh jual). Melaui indikator ini pula, mereka bisa mengambil keputusan kapan waktu terbaik untuk mengakumulasi maupun menjual aset.
Kalangan bull masih unggul jika pembacaan indikator RSI berada di atas 50 dan trennya naik. Namun, jika pembacaan ini berada di bawah 50, hal yang terjadi adalah sebaliknya. Untuk saat ini, RSI ETH memberikan pembacaan yang ambigu. Pasalnya, indikator ini terjatuh setelah menghasilkan pola bearish divergence (hijau), namun masih tetap berada di atas angka 50.
- Baca Juga: Standard Chartered Prediksi Harga Ethereum (ETH) Tembus US$8.000 di Akhir 2026, Apakah Realistis?
Akankah Harga ETH Kunjungi US$2.000 atau US$3.000 Terlebih Dahulu?
Walaupun pembacaan pada time frame harian menunjukkan hasil yang variatif alias ambigu, time frame mingguan secara tegas menunjukkan tren bullish. Alasan utamanya adalah aksi breakout dari area resistance horizontal US$2.000 jangka panjang.
Adapun area resistance ini telah ada sejak April 2022, dengan pengecualian pada saat terjadinya deviasi atau penyimpangan (lingkaran merah) pada bulan April 2023. Oleh karena itu, terjadinya breakout dari area ini diperkirakan akan memicu kenaikan yang signifikan.
Sementara itu, trader kripto Daan Crypto berpendapat bahwa penurunan harga kemarin (11/12) disebabkan oleh posisi long dengan leverage yang terlikuidasi.
Orang-orang mengalami over leverage dan harganya tidak beranjak naik. [Sehingga,] hanya butuh dorongan kecil untuk membuat semua posisi ini [bergulir seperti] bola salju dan menyebabkan tekanan seperti yang baru saja kita alami.
Dengan kondisi open interest yang telah direset, terdapat prospek bagi Ethereum untuk melanjutkan tren naiknya.
Ditambah lagi, RSI mingguan turut mendukung berlanjutnya tren kenaikan ini. Indikator ini tengah berada di atas angka 50 dan bergerak naik. Sementara itu, resistance jangka panjang berikutnya berada di level US$3.500 dalam time frame mingguan. Untuk mencapai itu, ETH perlu menanjak sebesar 60%.
Kendati prediksi harga ETH kali ini bullish, penutupan mingguan di bawah level US$2.000 akan membatalkan breakout tersebut. Dalam skenario seperti ini, harga ETH terancam akan tergelincir sekitar 30% menuju support berikutnya di angka US$1.500.
Bagaimana pendapat Anda tentang prospek harga Ethereum (ETH) di tahun 2023? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.