Vauld, crypto trading & lending platform yang berbasis di Singapura dengan sebagian besar timnya di India, kini dilaporkan memiliki utang sebanyak US$362 juta (Rp5,44 triliun) kepada para investor ritel.
Temuan ini didasarkan pada dokumen hukum yang diperoleh The Block pada hari Rabu (20/7). Pernyataan tertulis, yang diajukan oleh co-founder & CEO Vauld Darshan Bathija di Pengadilan Tinggi Singapura pada 8 Juli lalu dan dibagikan dengan para pelanggannya dalam email pada 18 Juli kemarin, mengungkapkan temuan menarik.
Crypto trading & lending platform itu ternyata memiliki total utang mencapai US$402 juta (Rp6,04 triliun) kepada para kreditur. Dari jumlah itu, sekitar 90% di antaranya berasal dari simpanan investor ritel individu.
Dokumen itu menguraikan bahwa Vauld memiliki utang US$125 juta kepada 20 kreditur terbesar ‘tanpa jaminan’. Semuanya tampak sebagai individu, kecuali 1 ‘Pihak A’ yang tidak disebutkan namanya. Ada 3 kreditur yang masing-masing memiliki tagihan US$10 juta kepada Vauld, dengan tagihan terbesar mencapai US$34 juta.
Sayangnya, para kreditur tanpa jaminan memiliki salah satu prioritas terendah dalam situasi kepailitan. Posisinya ada di bawah peringkat setelah ‘kreditur terjamin’ dan ‘preferensial’, serta tidak mempunyai hak jaminan atas harta kekayaan dari debitur.
Terlepas dari kreditur tanpa jaminan, Vauld memiliki 2 kreditur terjamin. Pertama ‘Counterparty (rekanan) 1’ yang tidak disebutkan namanya, dan kedua adalah FTX Trading Ltd. Masing-masing memiliki tagihan US$45 juta dan US$4,1 juta kepada Vauld.
Masa Depan Vauld Belum Jelas
Vauld mulai mencuri perhatian publik ketika sejak 4 Juli lalu menangguhkan semua penarikan (withdrawal), perdagangan (trading), dan penyetoran (deposit) di platform mereka untuk berjuang mencegah kebangkrutan. Sehari berikutnya pada 5 Juli 2022, Nexo dilaporkan memulai proses dalam upaya yang berpotensi untuk mengakuisisi Vauld.
The Block melaporkan bahwa kedua pihak telah menandatangani indicative term sheet dengan rencana untuk mengakuisisi hingga 100% saham Vauld. Lembar persyaratan ini memberikan Nexo periode eksplorasi eksklusif selama 60 hari untuk melakukan due diligence atau uji tuntas.
Adapun aset Vauld disebut mencapai US$287,7 juta yang terdiri dari berbagai cryptocurrency termasuk Bitcoin, Ether, dan XRP. Namun, CEO Vauld mengatakan kepada The Block bahwa total aset Vauld sebenarnya bernilai sekitar US$330 juta, karena dalam dokumen yang beredar tidak menyertakan saldo bank.
Ini berarti, Vauld memiliki kekurangan sekitar US$70 juta seperti yang diungkapkan pada 11 Juli 2022. Pada waktu itu, Vauld mengaku memiliki aset senilai sekitar US$330 juta dan liabilitas (kewajiban) senilai US$400 juta.
Vauld kini sedang berupaya mencari perpanjangan moratorium selama 6 bulan ke depan ke Pengadilan Tinggi Singapura untuk memberikan ruang bernafas bagi mereka terkait proses hukum yang menjajaki opsi restrukrisasi potensial.
- Baca Juga: Baru Kemarin Umumkan Tangguhkan Penarikan, Kini Muncul Kabar Vauld Berpotensi Diakuisisi Nexo
5 Faktor yang Memicu Krisis Vauld
Setidaknya ada 5 faktor yang memicu krisis yang dialami Vauld. Faktor pertama hancurnya harga algorithmic stablecoin TerraUSD (UST) pada Mei 2022. Vauld disebut telah melakukan stake sekitar US$28 juta di UST. Keruntuhan spektakuler proyek Terra-LUNA-UST menyebabkan posisi aset bersih Vauld menurun tajam.
Faktor kedua, penurunan market kripto yang lebih luas mengikuti kehancuran proyek Terra-LUNA-UST menyebabkan kerugian lebih lanjut bagi Vauld. Mereka juga telah mengambil posisi buy dalam sejumlah cryptocurrency seperti Bitcoin, Ether, Polygon (MATIC), dan XRP, yang saat ini hanya bernilai kurang lebih sekitar US$37 juta.
Faktor ketiga adalah beberapa debitur yang gagal bayar karena merosotnya market kripto. Sejumlah debitur Vauld yang telah meminjam kripto tanpa memberikan jaminan kemudian runtuh dan gagal membayar pinjaman mereka. Akibat dari hal ini, kebangkrutan tidak terduga dari para peminjam Vauld menyebabkan utang luar biasa dengan sedikit atau tanpa harapan untuk bisa dipulihkan.
Faktor keempat, Vauld melakukan beberapa investasi yang signifikan, termasuk perjanjian sponsorship dengan Alfa Romeo F1 Team ORLEN dan klub sepak bola Liga Inggris Crystal Palace dengan total senilai US$6 juta.
“Sementara hal-hal ini dimaksudkan ketika Vauld Group memiliki kesehatan keuangan yang relatif stabil, kurangnya return segera telah memperburuk kesulitan keuangan jangka pendek DeFi Payments,” bunyi pernyataan tertulis itu.
Sebagai informasi, DeFi Payments merupakan nama entitas Singapura milik Vauld. Perusahaan tersebut diketahui memiliki berbagai entitas, termasuk di India, Amerika Serikat (AS), Turki, Lithuania, Irlandia, dan Seychelles.
Faktor kelima yang memicu krisis keuangan Vauld adalah bug software di platform mereka yang konon menyebabkan kerugian sekitar US$4,5 juta pada Agustus 2021.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.