Lihat lebih banyak

Singapura Beberkan Rancangan Kerja untuk Harmonisasi Lembaga Keuangan Digital dan Tradisional

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • MAS Singapura BIS dan CPMI baru saja mengenalkan kerangka kerja yang bisa digunakan bersama antar lembaga keuangan.
  • Pengembangan proyek yang dilakukan MAS ini merupakan perluasan dari Project Guardian yang sudah dimulai pada tahun lalu.
  • Langkah ini juga disebut-sebut sebagai salah satu upaya Singapura untuk mewujudkan ambisinya menjadi crypto hub.
  • promo

Otoritas Moneter Singapura (MAS) bersama dengan Bank for International Settlements (BIS) dan Committee on Payments and Market Infrastructure (CPMI) baru saja mengenalkan kerangka kerja yang bisa digunakan bersama antar lembaga keuangan. Hal tersebut digadang-gadang menjadi bagian dari niatan Singapura untuk menjadi pusat kripto global.

Melalui pernyataan resminya, pihak MAS mengeklaim bahwa kerangka tersebut merupakan jaringan terbuka yang juga bisa dioperasikan untuk aset digital, baik untuk aset ekonomi maupun keuangan yang ditokenisasi.

Dalam sinergitas yang terjalin antara MAS, BIS dan CPMI, melahirkan Project Guardian yang hasilnya dijadikan kerangka desain untuk menerapkan harmonisasi antara lembaga keuangan tradisional dan digital.

“Lewat Project Guardian mampu mencegah terjadinya fragmentasi pasar ketika aset digital dan protokol terdesentralisasi meluas. Proyek ini bertujuan untuk menjelajah peran lembaga keuangan teregulasi sebagai penjamin kepercayaan untuk melakukan seleksi, verifikasi dan juga penebritan kredensial. Sehingga pengguna hanya bisa bertransaksi dengan pihak yang telah diverifikasi,” jelas laporan tersebut.

Strategi itu dipercaya akan membawa kebaruan dalam perjalanan industri kripto. Alih-alih saling bersaing, MAS malah memperkuat kolaborasi di antara keduanya untuk saling melengkapi.

Wakil Direktur Pelaksana Pasar dan Pengembangan MAS, Leong Sing Chiong, mengatakan pihaknya tetap tidak menganjurkan adanya spekulasi dan berusaha membatasi hal tersebut muncul dalam mata uang kripto. Tetapi, di sisi lain, terdapat potensi untuk penciptaan nilai dan juga efisiensi di dalam ekosistem aset digital.

Adapun pengembangan proyek yang dilakukan MAS ini merupakan perluasan dari Project Guardian yang sudah dimulai pada tahun lalu.

Fase Baru Project Guardian Singapura

Dalam fase baru pengembangan, MAS ingin melihat lebih luas potensi dari tokenisasi aset di berbagai kelas aset keuangan. Meskipun perhatian publik selama ini hanya berfokus pada spekulasi aset digital, tetapi sebenarnya nilai riil dari ekosistem aset digital berasal dari representasi aset ekonomi di dunia nyata dan aset keuangan secara digital dalam bentuk token yang menggunakan smart contract.

Laporan dari Boston Consulting Group dan ADDX juga memperlihatkan hal yang sama, bahwa terdapat potensi yang sangat besar dalam hal tokenisasi aset. Terdapat US$16 triliun aset yang sebagian besar masuk dalam kategori tidak likuid yang akan ditokenisasi pada tahun 2030 mendatang.

Oleh karena itu, MAS juga membentuk Project Guardian untuk grup industri. Fase ini melibatkan 11 lembaga keuangan yang bakal menjadi contoh bagi industri dalam mengelola manajemen aset kekayaan berbasis token.

Beberapa entitas yang ikut serta dalam perluasan Project Guardian ini, antara lain HSBC, Marketnode, UOB, UBS Asset Management, Schroders, Calastone, Standard Chartered Bank, Linklogis, DBS Bank, SBI Digital Asset Holdings, dan Citi.

Dalam tahap ini, para peserta mencoba mengintegrasikan aset keuangan yang ada di dunia nyata dengan teknologi aset digital. Misalnya, Schroders yang menggandeng Calastone untuk mengeksplorasi kemampuan token untuk menerbitkan produk sekuritas di dunia tradisional menggunakan variable capital company (VCC). Dengan begitu diharapkan dapat menyederhanakan proses operasional yang selama ini ada di dunia tradisional.

JFSA Jepang Ikut Bergabung

Badan Layanan Keuangan Jepang (JFSA) ikut berkolaborasi dalam kerja sama tersebut. Nantinya, baik MAS dan JFSA akan bersama-sama bekerja untuk menentukan inovasi aset digital dan praktik tokenisasi aset. Hal tersebut dipercaya mampu membuka jalan dan peluang untuk melindungi stabilitas dan integritas keuangan di masing-masing yurisdiksi.

Wakil Direktur Jenderal Biro Pengembangan dan Manajemen Strategi FSA, Mamoru Yanase, menambahkan selama ini, ekosistem keuangan terdesentralisasi terus berkembang dengan kompleks. Maka dari itu, penting untuk bisa mengambil sikap guna menangkal risiko, karena di sisi lain  teknologi blockchain dan juga Web3 berpotensi menjadi pendorong inovasi..

“Kami berharap dapat bekerja sama dengan MAS, lembaga keuangan tradisional dan juga Fintech untuk meningkatkan pengetahuan di bidang ini,” tutup Yanase.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori