Lihat lebih banyak

Grab hingga Amazon Terlibat dalam Uji Coba Standar Uang Digital di Singapura

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengumumkan penerbitan whitepaper yang mengusulkan protokol umum untuk menentukan ketentuan penggunaan uang digital.
  • Adapun whitepaper tersebut dikembangkan bekerja sama dengan IMF, Banca d’Italia, Bank of Korea, serta sejumlah institusi keuangan dan perusahaan fintech.
  • Berdasarkan keterangan MAS, whitepaper ini meliputi spesifikasi teknis serta model bisnis dan operasi.
  • promo

Otoritas Moneter Singapura (MAS), selaku regulator keuangan di negara itu, pada hari Rabu (21/6) mengumumkan bahwa mereka menerbitkan whitepaper yang mengusulkan protokol umum untuk menentukan ketentuan penggunaan uang digital seperti central bank digital currency (CBDC), tokenisasi deposito bank, dan stablecoin pada distributed ledger (buku besar terdistribusi, atau semacam blockchain).

Whitepaper itu didukung oleh peluncuran prototipe software yang mendemonstrasikan konsep Purpose Bound Money (PBM), yang memungkinkan pengirim menentukan kondisi, seperti masa berlaku dan jenis toko, saat melakukan transfer uang digital di berbagai sistem.

Adapun whitepaper tersebut dikembangkan bekerja sama dengan Dana Moneter Internasional (IMF), Banca d’Italia, Bank of Korea, serta sejumlah institusi keuangan dan perusahaan financial technology (fintech).

Berdasarkan keterangan MAS, whitepaper ini meliputi beberapa hal. Pertama, spesifikasi teknis yang menguraikan siklus hidup PBM dari penerbitan hingga penebusan, dan protokol untuk berinteraksi dengan mata uang digital yang mendukungnya.

Kedua, model bisnis dan operasi tentang bagaimana pengaturan dapat diprogram sedemikian rupa, sehingga uang ditransfer hanya setelah pemenuhan kewajiban layanan atau persyaratan penggunaan.

Amazon hingga Grab Berpartisipasi dalam Uji Coba

Protokol PBM dirancang untuk bekerja dengan berbagai teknologi ledger dan bentuk uang lainnya. Hal itu memungkinkan pengguna untuk mengakses uang digital menggunakan penyedia wallet pilihan mereka.

Dengan sebuah protokol umum, infrastruktur yang sama dapat digunakan di berbagai kasus penggunaan. Para pihak yang menggunakan penyedia wallet berbeda dapat mentransfer aset digital satu sama lain tanpa perlu penyesuaian.

Sejauh ini, terdapat 5 institusi keuangan dan fintech yang meluncurkan uji coba untuk menguji penggunaan PBM dalam berbagai skenario.

Terkait perdagangan (commerce) online, ada Amazon, Grab, dan FAZZ, yang berkolaborasi dalam kasus penggunaan percontohan yang melibatkan pengaturan escrow (rekening penampungan yang disediakan pihak ketiga) untuk pembayaran ritel online.

Hal itu memungkinkan pembayaran dilepaskan ke para pedagang hanya ketika pelanggan menerima barang yang dibeli, sehingga memberikan jaminan yang lebih besar kepada kedua belah pihak.

Kemudian, uji coba terkait hadiah yang dapat diprogram (programmable rewards). Para partisipan dalam hal ini adalah DBS, Grab, FAZZ, NETS, dan UOB.

Mereka akan menguji coba penggunaan cashback berbasis PBM dan insentif lainnya untuk meningkatkan pengalaman konsumen sambil mengurangi friksi yang dihadapi oleh para pedagang, seperti rekonsiliasi manual hasil penjualan dan waktu yang diperlukan untuk memulai kampanye penjualan baru.

Bagian dari Proyek CBDC Ritel Singapura

Sebagai pengingat, whitepaper PBM disusun berdasarkan Project Orchid yang diperkenalkan pada Oktober 2022. Itu adalah proyek eksplorasi multi-tahun dan multi-fase yang memeriksa berbagai aspek desain dan teknis yang berkaitan dengan sistem CBDC ritel Singapura; mulai dari fungsinya, hingga interaksinya dengan infrastruktur pembayaran yang ada.

Kala itu, MAS mengaku bahwa inisiatif ini dilakukan untuk memfasilitasi pembelajaran berkelanjutan dan memajukan infrastruktur keuangan di Singapura. Mereka mengaku belum ada kebutuhan mendesak terkait CBDC ritel di negara itu.

Kini, untuk mendukung pengembangan dan pembelajaran yang berkelanjutan, source code dari PBM dan prototipe software yang dikembangkan di bawah Project Orchid dirilis untuk akses publik pada hari ini.

Kode dan prototipe open source itu dinilai menunjukkan bagaimana PBM dapat digunakan untuk menyematkan uang digital dalam pengaturan escrow. Hal tersebut berfungsi sebagai model referensi untuk mendorong interoeprabilitas (interaksi satu sama lain) di berbagai platform.

Terkait langkah anyar ini, Chief FinTech Officer MAS, Sopnendu Mohanty, mengatakan bahwa kolaborasi antara pelaku industri dan pembuat kebijakan telah membantu mencapai kemajuan penting dalam sejumlah efisiensi. Hal itu meliputi efisiensi penyelesaian (settlement), akuisisi para pedagang, dan pengalaman pengguna, dengan penggunaan uang digital.

“Lebih penting lagi, ini telah meningkatkan prospek uang digital menjadi komponen kunci lanskap keuangan dan pembayaran masa depan,” tegas Sopnendu Mohanty.

Bagaimana pendapat Anda tentang uji coba standar uang digital di Singapura kali ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori