Trusted

Studi Terbaru Ungkap Tantangan Terbesar Marketing Web3

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Menurut survei terbaru, Web3 menghadapi kesenjangan kesadaran yang cukup besar dengan hanya 24% responden global yang mengaku mengenalnya.
  • Sementara minat pada Web3 menurun, ketertarikan terhadap teknologi artificial intelligence (AI) justru meningkat di kalangan pemasar dan konsumen.
  • Terlepas dari tantangan yang ada, terbuka peluang besar bagi adopsi Web3 untuk meningkatkan kepemilikan data, pembagian profit, serta kontrol atas identitas online.
  • promo

Marketing di era Web3 memiliki tantangan uniknya sendiri, dan hambatan yang paling signifikan adalah kesadaran atau awareness. Walaupun konsep Web3 telah menjadi topik hangat di sektor marketing digital untuk waktu yang cukup lama, nampaknya masih ada kesenjangan substansial dalam pemahaman publik tentang hal tersebut.

Web3, versi terdesentralisasi dari internet yang berbasis teknologi blockchain, ternyata belum menjadi istilah yang dikenal luas, bahkan di antara kalangan yang familiar dengan konsep terkait seperti NFT, metaverse, dan aset kripto.

Kurangnya Kesadaran tentang Web3

Survei terbaru mengungkapkan bahwa hanya 24% dari responden yang mengaku familiar dengan konsep Web3. Sebagai perbandingan, teknologi terkait seperti metaverse dan NFT memiliki tingkat kesadaran yang sedikit lebih tinggi, masing-masing 36% dan 34%.

Sementara itu, aset kripto menduduki puncak dengan tingkat kesadaran global sebesar 92%.

Web3 Marketing Biggest Challenge Awareness
Tingkat kesadaran akan Web3 | Sumber: Consensys

Kesenjangan kesadaran ini menimbulkan tantangan yang cukup besar bagi pemasar yang ingin memanfaatkan Web3 dalam kampanye mereka. Baru setahun yang lalu, Web3 dijuluki sebagai era baru dalam dunia periklanan digital, dengan banyaknya merek yang mulai menciptakan dunia virtual dan NFT yang dapat dikenakan (wearable).

Perusahaan-perusahaan seperti Crypto.com yang memang berlatar belakang kripto dan merek konvensional seperti Adidas telah berkontribusi besar untuk mempromosikan konsep Web3. Namun, hasil survei menunjukkan bahwa upaya mereka nampaknya belum memberikan dampak seperti yang diharapkan.

AI Curi Perhatian

Terdapat sebuah korelasi antara menurunnya minat pada Web3 dan meningkatnya ketertarikan pada artificial intelligence (AI).

Merek-merek besar seperti Coca-Cola telah beralih haluan, memprioritaskan teknologi AI baru ketimbang inisiatif Web3 sebelumnya. Selain itu, penurunan popularitas Web3 juga terlihat dari langkah korporasi raksasa, contohnya Disney yang membubarkan seluruh tim metaverse mereka dan Meta yang mengakhiri integrasi NFT di platform terbesarnya.

Namun, meski poin-poin data ini menunjukkan gambaran yang suram, survei tersebut mengungkapkan tanda-tanda yang menjanjikan mengenai potensi minat terhadap Web3.

Mayoritas responden percaya pada ide-ide yang terkandung dalam teknologi Web3. Sekitar 70% responden global setuju bahwa mereka seharusnya mendapatkan bagian dari profit yang perusahaan hasilkan dari data mereka.

Konsep ini, dipadukan dengan keyakinan bahwa setiap individu seharusnya memiliki ciptaan daring mereka, sebuah sentimen yang dipegang oleh 67% responden, menjadi bagian dari filosofi yang mendorong teknologi Web3.

Menyampaikan Benefit yang Web3 Miliki

Privasi, yang menjadi fondasi teknologi Web3, juga dianggap penting oleh konsumen. Sekitar 81% responden AS menyatakan pentingnya privasi data. Bahkan, 79% dari mereka menyatakan keinginan untuk memiliki kontrol yang lebih besar atas identitas online mereka.

Statistik ini menunjukkan potensi yang dimiliki oleh Web3. Kini, tantangan yang perlu para pemasar hadapi adalah membuat Web3 lebih mudah diakses dan dipahami. Mereka perlu mengedukasi konsumen tentang keunggulan dari teknologi terdesentralisasi. Selain itu, bagaimana Web3 dapat memberikan kontrol yang lebih baik atas data mereka, peluang berbagi profit dari data tersebut, serta hak yang lebih besar atas karya-karya online mereka.

Online Identity Control
Kontrol Identitas Online | Sumber: Consensys

Selain itu, para pemasar harus menyadari bahwa mereka tidak hanya menciptakan pelanggan, tetapi juga membangun generasi “builder” yang baru.

Dengan maraknya teknologi AI, jelas bahwa konsumen bersedia untuk mengadopsi dan memahami teknologi yang kompleks asalkan manfaatnya jelas. Oleh karena itu, tantangan untuk marketing Web3 bukan hanya sebatas meningkatkan kesadaran, namun juga dalam menyampaikan benefit dan potensi transformatif teknologi Web3 secara efektif.

Bagaimana pendapat Anda tentang potensi marketing Web3 di masa depan? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan Web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori