Lihat lebih banyak

Sukses Tayang, Hard Fork Polygon malah Tuai Kontroversi

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Polygon akhirnya resmi merampungkan hard fork pada hari Selasa (17/1). Namun, pembaruan ini justru meninggalkan kontroversi dalam prosesnya.
  • Sebelumnya, pada 12 Januari kemarin, Polygon mengumumkan niatnya untuk melakukan hard fork, persis seperti yang awalnya diusulkan.
  • Menyusul pengumuman itu, beberapa pihak mengkritik proses pemerintahan Polygon sebagai kurang demoktratis dan terlalu terpusat.
  • promo

Polygon, solusi penskalaan layer-2 (L2) yang berjalan di atas blockchain Ethereum, akhirnya resmi merampungkan hard fork pada hari Selasa (17/1). Namun, pembaruan ini rupanya justru meninggalkan kontroversi dalam prosesnya.

Ketika upgrade software ini dielu-elukan oleh sejumlah pendukungnya sebagai sebuah langkah maju dari sisi teknis bagi sidechain Ethereum itu, cara hard fork yang didorong melalui komunitas Polygon dan diratifikasi atau disetujui, membuat sejumlah pihak dalam komunitas kripto yang lebih luas mempertanyakan struktur organisasi Polygon dan komitmennya terhadap nilai desentralisasi.

Proposal Awal Hard Fork

Hard Fork

Pada Desember 2022, tim tata kelola Polygon yang mengklaim mendukung meningkatkan ‘desentralisasi rangkaian produk Polygon’ mengajukan proposal awal untuk mengimplementasikan hard fork.

Sebagai informasi, hard fork adalah momen ketika sebagian besar validator blockchain (dalam konteks Polygon setidaknya ada 67%) yang setuju untuk melakukan upgrade ke software yang baru. Pada dasarnya, aktivitas ini ‘membuat blockchain baru’ dalam prosesnya. Hard fork biasanya digunakan untuk melakukan penyesuaian besar pada satu atau beberapa mekanisme yang mendasari jaringan.

Dalam konteks Polygon, ada 2 hal yang ingin diubah. Perubahan pertama melibatkan penyesuaian tentang bagaimana mereka menetapkan gas fee. Polygon bertujuan untuk mengurangi lonjakan harga gas fee yang cenderung terjadi saat banyak aktivitas di chain mereka.

Sebagai informasi, gas fee merupakan biaya yang dibayarkan untuk setiap transaksi di blockchain.

Kemudian, perubahan kedua yang diusulkan adalah reorg, yang dapat terjadi ketika node validator menerima ‘informasi yang sementara’ untuk membuat versi baru dari blockchain.

Peristiwa seperti ini menyulitkan untuk memverifikasi dengan benar apakah transaksi telah berhasil, karena node perlu merekonsiliasi ‘chain mana yang benar’ atau yang dikenal sebagai chain kanonik.

Demi mengatasi masalah pengaturan ulang yang relatif sering, Polygon ingin mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan blok guna memverifikasi transaksi yang berhasil.

Menuai Kontroversi

Dalam proposal untuk mengimplementasikan hard fork itu, meletus perdebatan sengit di antara komunitas Polygon. Beberapa pihak mendesak untuk hadirnya rincian lebih lanjut tentang perlunya perubahan yang disarankan itu.

Sementara itu, ada pihak juga yang menegur kepemimpinan tim tata kelola Polygon karena tidak memprioritaskan penyesuaian lain. Pasalnya, ada banyak penyesuaian yang dapat dilakukan tanpa perlu sampai melakukan aksi separah hard fork.

Dalam perkembangannya, tim tata kelola Polygon lantas mengajukan hard fork ini ke pemungutan suara. Namun, tidak semua orang punya suara.

Hanya ada 100 validator jaringan, pihak yang menjalankan node Polygon, yang diundang untuk berpartisipasi dalam polling yang menentukan apakah jaringan ini harus menjalani hard fork persis seperti yang diusulkan atau tidak.

Secara keseluruhan, hanya ada 15 validator yang memberikan suara mereka. Sebanyak 13 pihak menandatangani rencana Polygon atau bisa dibilang ada 87% pihak yang setuju.

Menariknya, sejumlah validator Polygon bahkan belum mendaftar ke forum tempat Polygon menghitung jajak pendapat itu, dan mungkin tidak menyadari pemungutan suara semacam itu sedang berlangsung.

Jadi, tampaknya, hanya 13 suara yang menentukan nasib dan masa depan Polygon.

Tegaskan Tim Tata Kelola Polygon sebagai ‘Diktator yang Baik Hati’

Setelah proposal awal itu diajukan pada Desember 2022, Polygon pada 12 Januari kemarin mengumumkan niatnya untuk melakukan hard fork, persis seperti yang awalnya diusulkan.

Menyusul pengumuman itu, beberapa pihak mengkritik proses pemerintahan Polygon sebagai kurang demokratis dan terlalu terpusat.

Lebih parahnya lagi, tim tata kelola Polygon tidak pernah menyatakan secara langsung bahwa kepemimpinannya akan mematuhi hasil jajak pendapat atau bahwa hasil itu secara langsung mengarah pada pengadopsian proposal hard fork.

Tim tata kelola Polygon mengatakan jajak pendapat hard fork pada Desember 2022 adalah mekanisme umpan balik awal daripada sebuah pemungutan suara resmi.

Namun, karena 67% validator perlu melakukan upgrade software mereka agar hard fork Polygon dapat diselesaikan, hal itu dapat secara efektif dianggap sebagai dukungan. Polygon memberi tahu bahwa 99 dari 100 validator jaringan itu menerapkan hard fork.

Tim tata kelola Polygon sebelumnya mengaku menekankan komitmen mereka terhadap desentralisasi. Mereka konon didirikan untuk secara bertahap ‘meningkatkan desentralisasi produk’ Polygon.

Namun, pada kenyataannya pula, Polygon sendiri dalam situs webnya juga secara terbuka menyamakan dirinya sebagai ‘diktator yang baik hati’.

Berdasarkan data CoinGecko, saat ini harga native token Polygon, yaitu MATIC, naik sekitar 0,1% dalam 1 jam terakhir; turun sekitar 6% dalam 24 jam terakhir; dan naik 5,3% dalam 7 hari terakhir.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Maret 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori