Menurut sebuah survei baru-baru ini, crypto dan saham teknologi sangat rentan terhadap pengetatan kuantitatif.
Sebagai bagian dari upayanya untuk menaikkan suku bunga di tengah lonjakan inflasi, Federal Reserve mulai mengurangi kepemilikan asetnya bulan ini, yakni dengan membiarkan asetnya jatuh tempo tanpa upaya reinvestasi, dalam proses yang dikenal sebagai pengetatan kuantitatif.
Akibatnya, hampir setengah dari 687 kontributor survei MLIV Pulse terbaru, mulai dari investor ritel hingga ahli strategi pasar, menemukan saham teknologi dan crypto sebagai aset yang paling berisiko.
Sebaliknya, hanya 7% yang menganggap ini sebagai kasus obligasi mortgage-backed, yaitu sekuritas yang menjadi pusat krisis keuangan pada tahun 2008 – 2009.
Akhir dari Era ‘Easy Money‘
Crypto dan saham teknologi sangat diuntungkan dari stimulus keuangan terkait COVID. Didorong oleh pelonggaran kebijakan era pandemi, indeks Nasdaq 100 melonjak lebih dari 130% dari posisi terendahnya pada Maret 2020.
Sekarang, The Fed bermaksud untuk memperketat kondisi keuangan. Hal ini dapat mengurangi valuasi saham teknologi, yang sebagian besar bergantung pada optimisme tentang prospek masa depan.
Kebijaksanaan konvensional berpendapat bahwa aliran dana yang lebih bebas memungkinkan investor lebih mudah pula untuk berspekulasi tentang tren digital secara massal. Namun, ketika likuiditas diperketat, ini bukan lagi sebuah pilihan.
“Saya rasa orang tidak sepenuhnya menyadari seberapa besar QE mendorong investor untuk meningkatkan leverage mereka,” kata Matt Maley, seorang kepala strategi pasar di Miller Tabak + Co.
Maley menambahkan, “Sekarang, leverage itu harus dicabut karena kita beralih pada QT.”
Peningkatan Korelasi Crypto dengan Saham Teknologi
Sejak Maret 2020, cryptocurrency telah menunjukkan peningkatan korelasi yang signifikan dengan ekuitas saham teknologi, seperti Bitcoin dan Nasdaq 100.
Korelasi selama 30 hari Bitcoin dengan saham teknologi pun mencetak puncak barunya pada bulan April. Itu artinya, korelasi antara dua kelas aset itu telah berhasil melampaui level di bulan Juli 2020. Selain itu, korelasinya dengan S&P 500 juga mencapai rekor level tertinggi baru.
Korelasi kuat crypto dengan saham teknologi dan korelasi negatifnya dengan pasar komoditas yang sedang berkembang juga melemahkan argumen bahwa mereka berfungsi sebagai lindung nilai (hedge) terhadap inflasi. Sentimen ini digaungkan oleh sepasang analis Bank of America, yang menganggap Bitcoin lebih sebagai “aset berisiko” daripada lindung nilai inflasi.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.