Lihat lebih banyak

Susul Coinbase, Tether Tak Hiraukan Permintaan Pemerintah Ukraina untuk Blokir Transaksi Pengguna Rusia

2 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Tether tidak menghiraukan permintaan pemerintah Ukraina untuk menghentikan transaksinya dengan pengguna Rusia.

Pada hari Sabtu, 12 Maret 2022 kemarin, Wakil Perdana Menteri Ukraina, Mykhailo Fedorov, menguggah sebuah cuitan melalui akun Twitter miliknya. Dalam cuitan tersebut, ia meminta kepada CTO Tether dan Bitfinex, Paolo Ardoino, agar berhenti bertransaksi dengan pengguna di Rusia.

Tether merespon permintaan tersebut secara tidak langsung. Dalam sebuah pernyataan, mereka menyebutkan, “(kami -red.) Melakukan monitor pasar secara konstan untuk memastikan agar tidak ada pergerakan atau tindakan tak wajar yang dapat melanggar sanksi internasional.”

Satu Suara dengan Coinbase dkk

Dengan demikian, maka Tether pun menambah panjang daftar perusahaan kripto yang menolak untuk memblokir pengguna Rusia. Sebelumnya, perusahaan crypto exchange Coinbase dan Kraken telah menegaskan bahwa mereka tidak akan memblokir seluruh pengguna Rusia. Mereka menilai tindakan tersebut bersebrangan dengan prinsip dunia kripto yang bebas sensor.

Senada dengan rekan-rekannya, CEO Binance, Changpeng Zhao, juga tidak mau menuruti permintaan dari pemerintah Ukraina. Dilansir BBC, CZ—sapaan akrab Changpeng Zhao—mengatakan ia membedakan antara para politisi yang terlibat dalam perang dan warga sipil biasa. CZ juga menyampaikan bahwa banyak sekali warga Rusia biasa yang tidak setuju dengan adanya peperangan.

Pemerintah Ukraina Mohon Lebih Banyak Perusahaan Blokir Warga Rusia

Sebelumnya, pemerintah Ukraina telah mengajukan permohonan serupa kepada beberapa perusahaan ritel dan crypto exchange di negara Barat. Sejumlah perusahaan raksasa, seperti Apple, Intel, dan Paypal, telah memenuhi permintaan tersebut. Mereka berhenti menyediakan layanan dan produknya di Rusia. Para perusahaan ini bahkan membuat pernyataan resmi terkait keputusannya.

Masih ada banyak perusahaan raksasa lain yang menerima permohonan dari pemerintah Ukraina untuk menghentikan penjualan produk ataupun penyediaan layanannya bagi warga Rusia. Salah satunya adalah perusahaan percetakan asal Amerika Serikat, Xerox.

Melalui akun Twitter miliknya, Mykhailo Fedorov menujukan sebuah cuitan kepada Xerox. Ia meminta agar Xerox menghentikan suplai peralatannya ke Rusia.

“Menurut saya pilihan ini semakin terlihat jelas hitam dan putihnya. Ini adalah waktu untuk menentukan keberpihakan, entah berpihak pada kedamaian atau berpihak pada teror dan pembunuhan,” tegas Mykhailo Fedorov dalam sebuah wawancara bersama The New York Times baru-baru ini.

Terkait apa yang telah dilakukan oleh sejumlah perusahaan tersebut, sebuah kelompok non-pemerintahan di Rusia bernama Internet Protection Society memiliki sudut pandang yang berbeda:

“Penghentian dapat digunakan di tirani, bukan demokrasi. Sanksi apapun yang menghambat akses warga Rusia terhadap informasi hanya akan memperkuat rezim Putin,” ujar mereka dalam sebuah pernyataan.

Tether Berpotensi Digunakan untuk Melarikan Aset

Permintaan pemerintah Ukraina terhadap Tether bisa jadi disebabkan oleh kekhawatiran jika Tether akan digunakan oleh para kaum elit di Rusia untuk memindahkan aset-asetnya, sehingga terhindar dari sanksi ekonomi.

Aliran dana dalam jumlah besar menggunakan Tether memang pernah dijumpai. Misalnya, di tahun 2020 lalu, Chainalysis melaporkan sejumlah investor dari Cina dan Asia Tenggara telah mentransfer sebanyak US$50 miliar (sekitar Rp716 triliun) ke negara lain menggunakan Tether. Namun, diduga transaksi ini merupakan bagian dari aktivitas mining yang berlangsung di negara-negara tersebut.

Meski demikian, tidak menutup kemungkinan apabila warga Rusia memindahkan uangnya dari negara itu dan menjadikannya sebagai uang kripto lain. Peneliti CryptoCompare memperkirakan inflow bitcoin dari rubel naik 0.08% dari sejak akhir tahun 2021 kemarin. Perusahaan analitik Kaiko juga menunjukkan bahwa penggunaan Tether meningkatkan volume perdagangan dalam rubel.

Platform kripto terbaik di Indonesia | Maret 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

482684f67f7c6a6c68bb22d21073cef7?s=120&d=wp_user_avatar&r=g
David Thomas
David Thomas lulus dari Universitas Kwa-Zulu Natal di Durban, Afrika Selatan, dengan gelar kehormatan di bidang teknik elektronik. Dia bekerja sebagai insinyur selama delapan tahun, mengembangkan perangkat lunak untuk proses industri di perusahaan spesialis otomasi Afrika Selatan, Autotronix (Pty) Ltd, sistem kontrol pertambangan untuk AngloGold Ashanti, dan produk konsumen di Inhep Digital Security, sebuah perusahaan keamanan dalam negeri yang sepenuhnya dimiliki oleh konglomerat Swedia,...
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori