Binance, crypto exchange terbesar di dunia, melakukan listing terhadap token kripto Radiant Capital (RDNT) di Zona Inovasi dan spot trading dibuka pada hari Kamis (30/3) ini mulai pukul 07:30 UTC atau pukul 14:30 WIB.
Trading pair untuk token RDNT termasuk RDNT/BTC, RDNT/USDT, dan RDNT/TUSD. Dengan dukungan dari Binance yang kini diberikan pada stablecoin TrueUSD (TUSD), pengguna yang melakukan trading pada RDNT/TUSD akan menikmati zero maker fee hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Sebagai informasi, Radiant Capital adalah decentralized omnichain money market protocol. Pengguna dapat melakukan staking kolateral mereka di salah satu chain yang ada dan meminjam dari chain lainnya. Adapun RDNT adalah utility token untuk liquidity mining dan governance dari Radiant Capital.
Terkait muncul kabar listing di Binance, harga token RDNT mulai naik setelah pukul 10:00 WIB dan meningkat 27,9% ke level US$0,44 pada pukul 10:35 WIB. Sejak saat itu, harga token RDNT mulai menurun dengan saat ini di perdagangkan di sekitar level US$0,38.
Berdasarkan data di CoinGecko, harga RDNT naik sekitar 8% dalam 24 jam terakhir dan naik sekitar 8,3% dalam 7 hari terakhir. Kini, harga RDNT terpantau naik sekitar 3,2% dalam 1 jam terakhir.
Ada Insider Trading Manfaatkan Momentum Listing Token di Binance
Baru-baru ini, muncul diskusi dalam komunitas kripto di Twitter tentang dugaan adanya potensi insider trading sebelum dan sesudah listing suatu token baru di Binance.
Pada hari Selasa (28/3) kemarin, akun Twitter FatManTerra, yang sebelumnya sempat membahas kebobrokan Do Kwon di Terra, membagikan sebuah tulisan berjudul The Binance Insider yang terbit pada 26 Januari lalu.
“Data on-chain mengungkapkan operasi rahasia dari orang dalam Binance saat melakukan listing token baru. Selama beberapa bulan, individu anonim ini memimpin pump sejumlah token yang baru listing di Binance; yang membukukan keuntungan 7 digit atau jutaan dolar Amerika Serikat (USD). Dia meninggalkan jejak untuk kita ikuti,” tulis FatManTerra.
Cerita dimulai dengan sebuah crypto wallet yang baru saja didanai dengan modal US$53.000. Wallet itu segera mulai membeli token Frax Share (FXS) di decentralized exchange (DEX) Uniswap. Transaksi tersebut ditempatkan dalam batch yang lebih kecil untuk menghindari slippage dan deteksi. Pembelian kecil itu berlanjut selama 6 hari.
“Sekitar 3 hari setelah pembelian FXS terakhir, seperti sulap, Binance me-listing token FXS. Hal itu menghasilkan kenaikan harga yang besar. Orang dalam ini kemudian mengirimkan semua token FXS miliknya ke sebuah crypto exchange, membukukan keuntungan dan mengorbankan trader yang tidak memiliki infor asimetris [tentang potensi listing token itu],” jelas FatManTerra.
Wallet kedua yang diperkirakan milik pihak yang sama, juga memiliki sejumlah perdagangan awal lainnya. Selama 2 hari, wallet itu membeli 131 ETH dari token Virtua (TVK). Sekitar 2 hari kemudian, token TVK listing di Binance. Pihak itu lantas menjual token miliknya dan mengantongi keuntungan 277 ETH bahkan tanpa perlu melakukannya di centralized exchange (CEX).
- Baca Juga: Ketua CFTC: Gugatan ke Binance Diperlukan karena Itu adalah Penipuan yang Sedang Berlangsung
Insider Trading Praktik yang Rugikan Investor Ritel
Setidaknya, ada 16 contoh potensi insider trading yang mengantongi keuntungan sekitar US$1,4 juta (sekitar Rp21, miliar). Menurut FatManTerra, konsekuensi dari insider trading bagi investor ritel tidak terlihat, tetapi sebenarnya bersifat krusial.
Sebuah token kripto yang seharusnya naik 20%, mungkin hanya naik 10% dan tidak ada yang pernah tahu bahwa seseorang diam-diam mencuri keuntungan dari market menggunakan keuntungan yang tidak etis.
Selain itu, dia menilai insider trading menyebabkan banyak aktivitas trading yang menguntungkan menjadi tidak menguntungkan karena aktivitas insider trading yang eksploitatif dan trader biasa tidak akan pernah tahu apa yang terjadi dengan aktivitas trading mereka.
Dalam kasus ini, dia mencatat bahwa hubungan Binance dengan insider trader ini masih tidak diketahui. Namun, jelas, sosok tersebut telah mengetahui apa saja token kripto yang akan listing di Binance beberapa hari sebelumnya.
Binance Bekukan Dana Senilai Rp30 Miliar
Merespon diskusi itu, Changpeng ‘CZ’ Zhao selaku pendiri dan CEO Binance segera bereaksi.
Pada Kamis (30/3) dini hari tadi, CZ mengatakan, “Terima kasih telah menunjukkan hal ini. Kami telah membekukan US$2 juta (sekitar Rp30,1 miliar) terkait dengan alamat crypto wallet yang dimaksud. Kami juga selalu melawan potensi kebocoran. Kami juga menyambut Anda untuk menunjukkan praktik serupa bila terjadi lagi.”
FatManTerra mengapresiasi respon CZ. Namun, seorang netizen mengatakan bukankah itu yang seharusnya dilakukan oleh pihak CZ. Pihak Binance seharusnya mendeteksinya lebih dulu. Bukan baru mengakuinya secara terbuka ketika mulai ramai diperbincangkan oleh akun media sosial yang memiliki banyak followers.
Dalam klasifikasi untuk menanggapi tuduhan pelanggaran regulasi dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC), CZ pada hari Senin (27/3) sempat menegaskan bahwa perusahaannya memiliki aturan 90 hari tanpa trading bagi karyawan.
Selain itu, Binance pun diklaim memiliki kebijakan ketat bagi siapa pun yang memiliki akses ke informasi pribadi, seperti detail listing kripto, launchpad, dan lain sebagainya. Para karyawan tidak diizinkan untuk membeli atau menjual kripto itu.
Bagaimana pendapat Anda tentang token RDNT yang baru saja listing di Binance ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.