Analis kripto terkenal, Plan B, mencatat bahwa investor yang melakukan trading di sekitar siklus Bitcoin halving berpeluang meraup keuntungan (return) yang lebih baik dibandingkan dengan investor yang hanya menerapkan strategi beli lalu simpan (buy and hold).
Menurut sang pakar trading ini, sebagian besar kenaikan harga Bitcoin terjadi di sekitar tiga periode halving sebelumnya.
Sementara itu, di saat yang sama, Arthur Hayes, selaku pendiri BitMEX, menyoroti bahwa gejolak geopolitik juga bisa menjadi pemicu untuk bull run tersebut.
Strategi Ubah US$5 Jadi US$130.000 Jelang Bitcoin Halving
Kalangan trader yang berpartisipasi di pasar kripto hanya di sekitar event Bitcoin halving saja bisa mencatatkan keuntungan hingga 2.500%.
“Berada di pasar hanya selama tiga periode [Bitcoin halving] ini dan keluar selama periode lainnya akan meningkatkan investasi US$5 menjadi US$130.000 (garis ungu), alih-alih US$37.000 [jika hanya] buy and hold (garis biru),” ungkap Plan B.
Bitcoin halving, yang terjadi kira-kira setiap empat tahun sekali, secara historis memicu lonjakan harga yang substansial karena tingkat penerbitan BTC yang baru berkurang hingga 50%. Alhasil, lonjakan kelangkaan ini memberikan peluang strategis bagi para investor cerdas untuk memanfaatkan keuntungan besar dari Bitcoin.
Menurut model Stock-to-Flow Plan B, para trader sebaiknya membeli Bitcoin enam bulan sebelum halving dan menjualnya 18 bulan setelahnya. Pendekatan ini bertujuan untuk memanfaatkan pola Bitcoin yang bersifat siklikal, menangkap kenaikan harga yang signifikan yang terjadi di sekitar Bitcoin halving sembari tetap menghindari bear market berikutnya.
Bitcoin Berjaya di Tengah Ketidakpastian Geopolitik
Lebih lanjut, pendiri BitMEX, Arthur Hayes, menyarankan bahwa membeli Bitcoin selama berlangsungnya ketidakpastian geopolitik dan perang bisa menjadi langkah strategis bagi trader kripto.
Menurut Hayes, Bitcoin telah menunjukkan ketahanan dan mengungguli performa aset tradisional seperti obligasi Treasury AS jangka panjang selama konflik seperti perang Ukraina dan Rusia serta konflik Hamas dan Israel. Sebagai perbandingan, harga BTC telah meningkat sebesar 26% sejak meledaknya perang di Palestina, sementara TLT, ETF obligasi Treasury AS jangka panjang, naik hanya 3%.
“Perdagangan paling cerdas adalah long crypto. Tiada yang lain yang mengungguli kenaikan neraca keuangan bank sentral selain kripto,” kata Hayes.
Hayes juga menekankan bahwa kinerja harga Bitcoin menunjukkan bahwa Bitcoin adalah sebuah alat lindung nilai potensial terhadap ketidakpastian yang terkait dengan ketegangan geopolitik. Oleh karena itu, Bitcoin telah menjadi indikator yang andal atas kesehatan sistem keuangan fiat selama situasi semacam itu.
“Bitcoin telah terbukti mengungguli obligasi selama masa perang. Bahkan jika ada fase awal pelemahan, saya akan membeli saat harga turun,” pungkas Hayes.
Bagaimana pendapat Anda tentang prospek BTC di sekitar periode Bitcoin halving? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.