Lihat lebih banyak

Ini 3 Alasan untuk Bullish pada Ripple, dan 1 Alasan untuk Tetap Waspada

4 mins
Oleh Bary Rahma
Diterjemahkan Zummia Fakhriani
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Menurut pandangan John Deaton, gugatan SEC terhadap Ripple yang sedang berlangsung mengindikasikan bahwa hukuman finansial yang mungkin dijatuhkan tidak akan terlalu berat.
  • Lalu, keterlibatan Ripple dalam inisiatif CBDC global, khususnya di wilayah-wilayah yang tidak memiliki rekening bank, menegaskan komitmen mereka terhadap inklusivitas keuangan dan dampak global.
  • Penggunaan XRP oleh SBI Remit untuk pengiriman uang di Asia Tenggara meningkatkan posisi Ripple di industri pengiriman uang. Namun, ada 1 aspek yang perlu diperhatikan.
  • promo

Ripple, perusahaan yang mendukung ekosistem XRP, menyajikan sebuah kasus yang unik, memberikan perpaduan antara optimisme, dan kehati-hatian bagi para investor.

Seiring munculnya fase bull market yang baru, memahami posisi Ripple sangat penting bagi siapa saja yang tertarik dengan market kripto.

Berikut ini adalah 3 alasan kuat untuk bullish pada Ripple, serta 1 alasan yang tetap perlu diwaspadai.

Titik Terang dari Masalah Hukum SEC vs Ripple

Episode terbaru dari acara CryptoLaw TV menampilkan John Deaton, seorang pengacara kripto terkenal. Dia mengulas tentang pertarungan hukum yang masih terus berlangsung antara Ripple dan SEC.

Analisis Deaton berlandaskan pada jadwal penting yang menjabarkan tahapan akhir dari gugatan SEC vs Ripple. Berikut ini adalah tanggal-tanggal penting yang perlu diperhatikan pada tahun 2024:

  • 12 Februari, menandai akhir dari tahap penemuan hukum atau discovery;
  • 13 Maret, ketika SEC mengungkapkan hukuman yang diusulkan;
  • Tanggapan Ripple jatuh tempo pada tanggal 12 April;
  • Jawaban atau putusan akhir SEC pada tanggal 29 April.

Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah fokus Ripple pada penyelesaian masalah daripada tuduhan penipuan. Berdasarkan analisis John Deaton, hukuman finansial yang dihadapi perusahaan kripto ini mungkin hanya terbatas pada keuntungan yang diperoleh dari dugaan pelanggaran tersebut.

Terkait hal ini, Deaton menekankan bahwa, “Ripple tidak akan membayar US$770 juta. SEC meminta pengembalian dana terkait penjualan XRP di Inggris, Jepang, Swiss, dll. Keputusan Mahkamah Agung tidak hanya mengecualikan penjualan tersebut, tetapi XRP juga dianggap sebagai non-sekuritas (efek) di yurisdiksi-yurisdiksi tersebut serta yurisdiksi lainnya.”

Pendekatan yang lebih terfokus ini dapat berarti hasil yang tidak terlalu parah bagi Ripple. Dengan demikian, ini menumbuhkan rasa optimisme di kalangan holder XRP.

Memperjuangkan Inklusi Keuangan

James Wallis, selaku Wakil Presiden Ripple untuk keterlibatan bank sentral, menggarisbawahi peran mata uang digital bank sentral (CBDC) dalam meningkatkan inklusi keuangan global.

Dia menyoroti bagaimana CBDC dapat menyediakan layanan keuangan kepada mereka yang tidak memiliki rekening bank, terutama di wilayah-wilayah ketika perbankan konvensional tidak dapat diakses atau tidak terjangkau.

“Bank adalah organisasi komersial, dan mereka memiliki pemegang saham yang harus mereka tanggapi, dan sangat sulit untuk menghasilkan uang dari orang-orang yang tidak memiliki uang. Ini sedikit rumit. Namun, dengan CBDC, kita bisa memperbaikinya,” ungkap James Wallis.

Dia menilai CBDC sangat murah biayanya dan memungkinkan layanan keuangan disediakan dengan biaya yang jauh lebih rendah daripada saat ini, sehingga memungkinkan orang-orang memiliki peluang menggunakan metode pembayaran yang sederhana.

Hal tersebut dinilai akan memungkinkan orang-orang membangun riwayat kredit dan memiliki kemampuan untuk meminjam sejumlah uang sehingga dapat mengembangkan bisnis mereka.

Keterlibatan Ripple dalam lebih dari 20 inisiatif CBDC global, termasuk proyek Digital Lari di Georgia, menjadikannya sebagai pelopor dalam memanfaatkan mata uang digital untuk inklusivitas ekonomi.

Komitmen menghapus hambatan keuangan ini dinilai menambah kredibilitas Ripple dan sekaligus memperkuat potensi dampaknya dalam skala global.

Ekspansi Layanan Pengiriman Uang di Asia

SBI Remit, anak perusahaan dari SBI Holdings Jepang, telah memperluas layanan pengiriman uangnya menggunakan XRP Ripple di Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Dalam kemitraan dengan SBI VC Trade dan Ripple yang berbasis di San Francisco, langkah ini bertujuan untuk memfasilitasi pengiriman uang yang lebih cepat dan lebih hemat biaya.

Strategi tersebut menargetkan pasar Asia Tenggara, wilayah dengan arus masuk pengiriman uang yang tinggi.

“Dengan menggunakan XRP sebagai mata uang penghubung, Anda dapat mentransfer uang dengan cepat dan dengan biaya rendah. Selain itu, XRP memiliki skalabilitas yang sangat baik, memungkinkan pengguna dengan mudah mengirim uang ke mitra Ripple di seluruh dunia, dan kami percaya ini akan meningkatkan daya saing dalam bisnis pengiriman uang internasional,” kata SBI Remit dalam sebuah pernyataan.

Remittances Flow Using Ripple
Ilustrasi aliran Pengiriman Uang Menggunakan Ripple | Sumber: SBI Remit

Dengan memanfaatkan XRP sebagai mata uang penghubung sejak 2021, SBI Remit telah menempatkan dirinya sebagai pelopor dalam menggunakan aset kripto untuk transaksi lintas batas. Langkah ini kemudian memperkuat posisi Ripple di industri pengiriman uang.

Hal yang Perlu Diwaspadai: Sistem Escrow

Terlepas dari serangkaian indikator bullish di aras, penting untuk mempertimbangkan hal-hal yang perlu diwaspadai. Pada bulan Desember 2017, Ripple memperkenalkan sistem escrow, menyisihkan 55 miliar XRP dalam serangkaian escrow yang dirilis setiap bulan selama 55 bulan.

Dengan perilisan tahap terakhir yang berpotensi terjadi pada Desember 2023, sistem ini dapat memengaruhi stabilitas pasar XRP karena pasokan aset kripto tersebut yang beredar dapat melebihi tingkat permintaan saat ini.

Biasanya, sekitar 800 juta XRP dikembalikan ke escrow setiap bulannya, dengan sekitar 200 juta XRP masuk ke dalam pasokan yang beredar. Namun, meskipun dirancang untuk stabilitas, sistem ini memperkenalkan variabel yang dapat memengaruhi dinamika pasar XRP saat perilisan finalnya semakin dekat.

Kesimpulannya, perkembangan hukum Ripple yang sedang berlangsung, dedikasi mereka terhadap inklusi keuangan, serta ekspansi dalam layanan pengiriman uang di Asia memberikan alasan kuat untuk tetap optimis. Kendati demikian, pengaruh dari sistem escrow mereka tetap membutuhkan pemantauan yang hati-hati.

Terakhir, seperti halnya investasi pada umumnya, calon investor Ripple perlu menyeimbangkan faktor-faktor bullish ini dengan pemahaman akan risiko yang melekat di pasar kripto.

Bagaimana pendapat Anda tentang perkembangan masalah hukum antara SEC dengan Ripple? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Mei 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori