Lihat lebih banyak

4 Orang Ditangkap dan Jutaan Dolar AS Disita Terkait Kasus JPEX

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Dalam laporan terbaru, terungkap bahwa pihak kepolisian kembali menangkap 4 orang lain yang disebut terlibat dalam operasional JPEX dan menyita aset senilai jutaan dolar AS.
  • Kepolisian mengeklaim berhasil membekukan aset senilai lebih dari HK$14 juta (sekitar Rp27,71 miliar) dan menemukan sejumlah akun kasino.
  • Meski sedang mengalami tindakan keras dari pihak berwajib di Hong Kong, JPEX rupanya masih tetap beroperasi di yurisdiksi lainnya.
  • promo

Otoritas Berwajib Hong Kong dan Makau masih terus melakukan penyelidikan terkait kasus dugaan penipuan yang dilakukan oleh crypto exchange JPEX. Dalam laporan terbaru, terungkap bahwa pihak kepolisian kembali menangkap 4 orang lain yang disebut terlibat dalam operasional JPEX dan menyita aset senilai jutaan dolar AS.

Mereka yang berhasil diringkus merupakan pihak yang memiliki hubungan inti dengan aktivitas JPEX. Satu orang tersangka bahkan tertangkap tangan saat sedang merobek dokumen perusahaan. Namun, masing-masing otoritas belum membeberkan secara detail motif dan jenis dokumen apa yang sedang dihancurkan.

Laporan South China Morning Post (SCMP) mengungkapkan sampai saat ini, otak di balik insiden tersebut masih buron. Pihak kepolisian sendiri sudah bekerja sama dengan regulator internasional untuk bersama-sama menangkap tokoh yang menjalankan dugaan penipuan dan pelanggaran aturan pencucian uang tersebut.

Dalam penggerebekan itu, kepolisian mengeklaim berhasil membekukan aset senilai lebih dari HK$14 juta atau sekitar Rp27,71 miliar. Otoritas berwajib juga menemukan banyak akun kasino yang berbeda dari masing-masing tersangka. Salah satu dari akun kasino tersebut memilki deposit senilai 5 juta renminbi atau sekitar Rp10,80 miliar, dan sudah langsung dibekukan oleh penegak hukum.

Asisten Komisaris Polisi, Chung Wing-man, menjelaskan pihaknya juga sudah mengerahkan personel untuk melacak beberapa orang yang telah meninggalkan kota.

“Kami yakin penyelidikan ini sudah mendekati intinya. Tetapi, kami masih perlu mencari tahu dalang di balik semua ini, apakah individu ataupun kelompok, yang jelas kasus ini melibatkan ribuan dompet digital dan puluhan ribu transaksi,” jelasnya.

Bersinergi dengan Crypto Exchange Lain

Para penegak hukum melakukan tindakan yang lebih tegas, karena pada 22 September, Komisi Sekuritas dan Berjangka (SFC) Hong Kong mengeluarkan peringatan terkait adanya platform kripto ilegal yang beroperasi. Platform itu adalah FBUT Exchange, yang disebut sebagai entitas bodong lantaran tidak memiliki lisensi dari otoritas. Selain itu, mereka juga memberikan nomor telepon Hong Kong palsu untuk memperlihatkan domisilinya.

Sebagai strategi pemulihan, otoritas berwenang juga menjalin sinergitas dengan beberapa platform perdagangan lainnya. Kepala Inspektur Biro Keamanan Siber dan Kejahatan Teknologi, Kelly Cheng Lai-ki, menambahkan saat kejadian, banyak mata uang kripto yang ditransfer ke dompet digital berbeda dalam waktu singkat.

Beberapa di antaranya juga ada yang masuk ke platform perdagangan luar negeri. Penyelidikan bertambah sulit, sebab baik pembeli ataupun penjual bisa menyembunyikan identitasnya. Oleh karena itu, menurutnya, kolaborasi dengan berbagai platform perdagangan perlu dikedepankan agar bisa memudahkan penyelidikan dan memulihkan aset virtual nasabah.

Data dari perusahaan analitik blockchain Bitrace mengungkap bahwa perusahaan sudah membuat label “terkontaminasi” terhadap 22% token stablecoin Tether (USDT) yang diduga berhubungan dengan aktivitas JPEX.

Sebagai informasi, kasus JPEX diklaim sebagai salah satu kasus penipuan terbesar yang terjadi di industri kripto Hong Kong. Jumlah pengaduan korban juga terus bertambah. Pada 19 September lalu, kepolisian mencatat terdapat 1.400 pengaduan. Namun, belakangan angkanya bergerak naik menjadi 2.417 pengaduan, dengan nilai kerugian lebih dari HK$1,5 miliar atau tembus Rp2,97 triliun.

JPEX Bidik Investor Pemula

Pihak otoritas menduga ribuan korban yang melakukan pengaduan merupakan mereka yang masih “hijau” dalam dunia kripto. Mininya tingkat pengetahuan dan besarnya dorongan untuk mendapatkan keuntungan dengan cepat dimanfaatkan JPEX untuk melancarkan aksinya.

Itulah mengapa beberapa influencer dan tokoh publik lainnya digandeng untuk ikut mempromosikan produk JPEX. Pihak kepolisian pun sudah menangkap beberapa influencer; termasuk Chan Wing-yee, Joseph Lam Chok, dan Sheena Leung.

Namun menariknya, di tengah kisruh tersebut, JPEX masih beroperasi di yurisdiksi lainnya. Padahal, di Hong Kong, regulator sudah memblokir layanan tersebut atas perintah kepolisian.

Sejak 13 September kemarin, SFC Hong Kong sudah menuduh JPEX beroperasi tanpa izin. JPEX mengaku hal tersebut membuat banyak orang berupaya menarik dananya dari platform, sehingga membuatnya mengalami kekeringan likuiditas dan menangguhkan beberapa layanan operasinya.

Bagaimana pendapat Anda tentang perkembangan kasus JPEX? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori