Lihat lebih banyak

CEO Coinbase: Apakah Bank of America Menutup Rekening yang Bertansaksi dengan Crypto Exchange?

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Ditutupnya rekening Bank of America milik Muneeb Ali, co-founder Stacks, memancing pertanyaan, termasuk dari CEO Coinbase, Brian Armstrong.
  • Muneeb Ali mengaku Bank of America menutup rekening pribadinya tanpa alasan jelas dan menuduh tindakan tersebut ada kaitannya dengan perang antara perbankan dengan Bitcoin dan aset kripto lainnya.
  • Perkembangan terbaru ini membangkitkan sentimen di komunitas kripto bahwa ada upaya yang ditargetkan untuk mematikan akses ke kripto lewat institusi perbankan.
  • promo

Ketegangan antara dunia kripto dan sektor perbankan kembali menggema saat CEO Coinbase memulai polling atau jajak pendapat di Twitter.

Pertanyaan yang diajukan Brian Armstrong, CEO dari crypto exchange terbesar di Amerika Serikat (AS), adalah: “Apakah Bank of America menutup akun rekening yang bertransaksi dengan Coinbase?”

Dalam cuitan yang dibuat pada hari Kamis (13/7) pukul 09:20 WIB itu, sudah ada 9.942 partisipan, dengan 9% mengatakan iya dan 18,9% mengatakan tidak.

Akun Rekening Bank of America Milik Co-founder Stacks Ditutup

Tindakan itu dilakukan oleh Brian Armstrong setelah Muneeb Ali, co-founder Stacks, yang merupakan proyek layer-2 (L2) Bitcoin, membagikan cerita pada hari Rabu (12/7) kemarin.

Dia mengaku bahwa Bank of America baru saja menutup rekening bank pribadinya yang telah digunakan selama 15 tahun.

“Tidak ada alasan yang diberikan [mengapa rekening banknya ditutup]. Alasan sebenarnya? Saya melakukan transaksi Coinbase melalui rekening ini untuk Bitcoin,” tulis co-founder Stacks itu.

Adapun jajak pendapat yang dilakukan sang CEO Coinbase karena dia ingin tahu apakah ini masalah sebenarnya.

Kembali kepada Muneeb Ali, menurutnya ini adalah perang melawan Bitcoin dan kripto. Dia mendorong, “Tolong retweet cuitan ini untuk memperingatkan orang lain. Kita tidak akan tinggal diam.”

Sejauh ini, pihak Bank of America tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang tuduhan atau jajak pendapat yang dilemparkan oleh CEO Coinbase.

Menggemakan Kembali Narasi Operation Choke Point 2.0

Perkembangan terbaru ini membangkitkan sentimen di komunitas kripto bahwa ada upaya yang ditargetkan untuk mematikan akses ke kripto lewat institusi perbankan. Istilah ini dinamakan Operation Choke Point 2.0, yang dipopulerkan oleh Nic Carter, General Partner di Castle Island Ventures.

Sebagai informasi, Operation Choke Point merupakan inisiatif dari regulator AS yang dimulai pada tahun 2013 dan berakhir pada 2017.  Agendanya adalah membidik bank-bank di AS dan bisnis yang mereka lakukan dengan sejumlah perusahaan yang diyakini berisiko tinggi dalam praktik penipuan dan pencucian uang.

Sementara itu, istilah Operation Choke Point 2.0 yang mulai ramai dibahas komunitas kripto adalah tuduhan atas taktik regulator AS untuk menghabisi industri kripto, salah satunya dengan memutus akses ke sistem perbankan.

Krisis Bank Regional AS Tingkatkan Sentimen Anti-Kripto?

Pada Maret 17 Maret lalu, lembaga penjamin simpanan di AS, yaitu Federal Depository Insurance Corporation (FDIC), membantah bahwa mereka mewajibkan pembeli Signature Bank untuk melepaskan bisnis kripto dari lembaga perbankan itu.

Pernyataan ini merupakan tanggapan dari laporan Reuters sebelumnya yang mengatakan bahwa setiap pembeli Signature Bank harus setuju untuk menyerahkan semua bisnis kripto di bank tersebut. Atas laporan itu, seorang juru bicara FDIC memberikan bantahan.

Selain itu, juru bicara FDIC juga mengacu pada pernyataan bersama yang sempat disampaikan pada Januari lalu dengan Dewan Gubernur Federal Reserve System (The Fed / bank sentral AS) dan kantor pengawas mata uang AS (OCC). Dalam pernyataan itu, salah satunya menyatakan bahwa bank tidak dilarang atau dihalangi untuk memberikan layanan ke sektor mana pun.

Juru bicara FDIC mengatakan bahwa pihaknya tidak akan meminta divestasi aktivitas kripto sebagai bagian dari penjualan apa pun dari Signature Bank.

Sebelumnya pada 14 Maret lalu, Departemen Layanan Keuangan Negara Bagian New York (NYDFS) mengaku bahwa mereka kehilangan kepercayaan pada manajemen Signature setelah bank itu gagal memberikan data yang andal dan konsisten.

Keputusan untuk mengambil alih Signature Bank pada 12 Maret lalu dan menyerahkan kepada FDIC didasarkan pada status bank itu serta kemampuannya untuk melakukan bisnis dengan aman dan sehat.

Hal ini terjadi setelah likuidasi sukarela Silvergate Bank diumumkan pada 8 Maret lalu dan penutupan Silicon Valley Bank (SVB) pada 10 Maret lalu.

Regulator keuangan New York mengatakan keputusan untuk mengambil alih Signature Bank tidak terkait dengan pekerjaan bank itu dengan industri kripto.

Menariknya, pada 13 Maret lalu, Anggota dewan (board member) Signature Bank, Barney Frank, mengatakan bahwa penutupan Signature adalah pesan anti-kripto yang sangat kuat.

Dia mengaku bahwa langkah tiba-tiba yang diambil regulator AS mengejutkan para eksekutif Signature. Sebab, tidak ada alasan obyektif yang nyata bahwa Signature Bank harus disita oleh regulator AS.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow  akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori