Anagata Green Nature baru saja memulai debut pra-penjualan untuk AHA Token, yakni sebuah token yang diklaim sebagai token kripto ramah lingkungan pertama di Indonesia. Proses pra-penjualannya sendiri bakal berakhir di 31 Juli atau mencapai hard cap 151.000 USDT.
Perusahaan percaya diri bahwa aset kripto yang sudah dirilis sejak Desember tahun lalu itu bakal disambut positif oleh pasar. Pasalnya, lewat AHA Token, perusahaan berupaya untuk mendemokratisasi perdagangan karbon.
Dalam rencana pengembangannya di tengah tahun pertama ini, perusahaan bakal fokus pada proyek solar PV dan platform perdagangan karbon. Hal itu menjadi bagian dari roadmap pengembangan AHA Token dalam beberapa tahun mendatang.
Selain itu, AHA Token juga bakal fokus untuk berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan di Indonesia yang fokus untuk mencapai energy mixed, dengan persentase 23% energi terbarukan, pada tahun 2025. Dengan ragam pengembangan energi hijau tersebut, diprediksi bakal mampu menekan miliaran ton CO2 yang pada akhirnya bisa digunakan untuk perdagangan karbon.
Chief Executive Officer (CEO) AHA Token, Aswin Regawa, mengatakan pemanfaatan AHA Token bakal terbagi menjadi tiga; yaitu investasi, transaksi dan donasi. Hal itu dilakukan lantaran perusahaan berniat untuk menggandeng orang-orang yang memiliki pola pikir hijau, yang ingin berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon global.
“Token AHA tidak hanya diposisikan sebagai kripto, kami juga berencana meluncurkan gamification di ekosistem AHA yang mendukung program penanaman pohon di seluruh Indonesia,” jelasnya.
AHA Token: Proyek Kripto yang Dikembangkan dengan Green Project
Masifnya penggunaan teknologi hijau di Indonesia menjadi salah satu alasan perusahaan untuk meliris AHA Token.
Hal itu terlihat dari pertumbuhan penggunaan panel surya di tanah air yang terus meningkat dengan signifikan. Sampai dengan Agustus tahun lalu, jumlah pengguna Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berhasil mencapai 4.133 pengguna, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang sebanyak 2.346 pengguna.
Asosiasi Tenaga Surya Indonesia (ISEA) memprediksi, kapasitas PLTS yang dibangun secara komunal dapat mencapai 1.000 megawatt (mw) di tahun depan dan bakal meningkat antara 3.000 mw hingga 5.000 mw per tahun di tahun 2025. Dengan demikian, dampak emisi karbon dioksida dapat dikurangi dalam jumlah besar. Karena, artinya, gaya hidup hijau akan menjadi tren baru dalam beberapa tahun ke depan.
Sebagai catatan, token kripto hijau ini dibangun diatas jaringan Binance Smart Chain (BSC) dengan total pasokan sebanyak 700 juta AHA. Ke depannya, perusahaan juga bakal meluncurkan fitur staking dan dividen bagi para penggunanya. Saat ini, setiap 1 AHA Token bernilai sekitar 0,00149 USDT.
Pembagian dividen akan sejalan dengan bisnis perusahaan yang dijalankan, yang mana perseroan bakal fokus pada proyek “hijau”.
Aset Kripto dan Benturan Lingkungan
Salah satu hal yang menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap aset kripto, khususnya Bitcoin (BTC) dibutuhkannya sumber energi dalam jumlah besar untuk bisa mendapatkannya lewat cara mining. Bahkan dikatakan jumlah listrik yang dikonsumsi oleh penambang BTC selama satu tahun cukup untuk merebus air untuk menunaikan budaya minum teh di Inggris selama 30 tahun.
Tingginya jumlah energi akan mendorong pelepasan karbon dioksida dalam jumlah besar. Sehingga banyak negara yang belakangan mulai melarang aktivitas pertambangan Bitcoin, seperti Cina, Rusia dan beberapa negara lain di Eropa.
Hingga akhirnya muncul sebuah inisiatif yang terdiri dari koalisi perusahaan untuk mencapai emisi nol dalam industri kripto di 2030 yang dinamakan Crypto Climate Accord
Koalisi tersebut terdiri dari 250 pendukung yang terdiri dari perusahaan dan individu yang berniat untuk melakukan upaya dekarbonisasi, hingga akhirnya mencapai emisi nol dalam 8 tahun mendatang.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.