Siklus pasar keuangan, khususnya pasar kripto, umumnya memiliki pola asimetri yang unik. Biasanya bull market diakhiri dengan euforia yang berlebihan dan memicu terbentuknya lonjakan harga parabola yang singkat. Semakin cepat lonjakan harga di akhir periode bull market, maka semakin besar pula peluang berakhirnya gelembung spekulatif. Layaknya banteng, aksi harga seperti ini juga cenderung ganas dan impulsif.
Sebaliknya, proses menuju akhir dari bear market justru membutuhkan waktu yang jauh lebih lama. Pembentukan titik bottom bisa menjadi proses yang berlarut-larut. Parahnya lagi, kondisi psikologis investor seperti timbulnya rasa takut dan putus asa bisa saja bertahan selama berbulan-bulan. Beragam upaya untuk mendeteksi titik terendah mutlak agar bisa masuk pada momen terbaik juga seringkali justru berakhir dengan kerugian dan penderitaan yang lebih besar. Seperti halnya beruang, siklus bear market umumnya bergerak lamban dan sistematis.
Namun, kedua komponen yang membentuk siklus pasar ini memiliki satu kesamaan; yakni, kita baru bisa mengetahui titik puncak dan titik terendah mutlak hanya ketika siklus itu sudah selesai. Hal itu karena keduanya tidak pernah bisa terlihat secara kasat mata ketika siklusnya masih berlangsung. Apalagi, mayoritas investor umumnya hanya menyadari ketika pasar sedang berada pada titik paling ekstrimnya saja.
Pada analisis kali ini, BeInCrypto memantau bear market yang sedang berlangsung dan mencari indikasi awal yang kemungkinan menunjukkan akhir dari siklus ini. Kita akan mencari tahu apakah titik bottom sudah terbentuk, ataukah pasar Bitcoin (BTC) akan menghadapi tren turun lanjutan di Q4 tahun 2022. Kemudian, kami mencoba memprediksi bagaimanakah siklus pasar di awal tahun 2023 dan apakah bull market akan mampu mengambil alih kendali.
- Baca juga: Pusing dengan Crypto Winter yang Berkepanjangan? Inilah 4 Strategi Jitu untuk Menghadapinya
Sentimen Bearish dan Antisipasi Titik Bottom
Analis pasar kripto terkenal, @intocryptoverse, telah melakukan survei dengan lebih dari 700.000 pengikutnya di Twitter. Dalam jajak pendapat tersebut, dia mengajukan pertanyaan, “Bagaimana prediksi Anda untuk #BTC di Q4?” Ia memberikan 2 pilihan jawaban: bullish atau bearish. Hasilnya, terdapat 11.299 responden yang mengungkapkan sentimen mereka, dan sebagian besar memprediksi akan terjadi tren bearish lanjutan.
Hasil survei tersebut tetap datang, meskipun fakta bahwa sudah semakin banyak indikator teknikal dan juga on-chain yang menunjukkan bahwa titik terendah sudah dekat atau bahkan telah tercapai. Namun, terlepas dari itu, masih ada argumen dan indikator kuat lainnya yang menunjukkan bahwa titik bottom mutlak dari bear market ini belum terbentuk.
Di sisi lain, salah seorang analis kripto di Twitter yang lain, yaitu @rektcapital, juga menerbitkan data tentang riwayat durasi bear market yang terjadi di masa lalu. Menurut analisisnya, periode di mana Bitcoin terus kehilangan nilai dalam siklus ini telah mencapai durasi yang sebanding dengan bear market sebelumnya:
- 2013-2014: 413 hari dari puncak ke titik bottom – turun 86% dari ATH
- 2017-2018: 364 hari dari puncak ke titik bottom – turun 84% dari ATH
- 2021-2022: 333 hari dari puncak ke titik bottom – sejauh ini turun 74% dari ATH
“Angka-angka ini menunjukkan titik bottom BTC seharusnya terjadi dalam 1-3 bulan ke depan,” katanya.
Jika kita memperhatikan grafik logaritmik memakai time frame 3 bulan secara lebih seksama. Maka, bisa terlihat bahwa Bitcoin mampu mengonfirmasi pengamatan dari analis tersebut. Kami mengamati bahwa setelah terjadinya setiap puncak historis BTC, bear market akan bertahan selama beberapa kuartal dahulu. Selain itu, biasanya akan mencapai titik bottom mutlak sekitar setahun setelah mencapai titik puncaknya, bergantian pada Q4 dan Q1.
Di samping itu, penting untuk kita catat juga bahwa bull market tidak pernah langsung terjadi tepat setelah titik bottom tercapai. Tapi, aksi akumulasinya akan berlanjut selama 2-3 kuartal. Hal ini berarti bahwa, meskipun jika titik bottom dari bear market kali ini sudah terbentuk, atau menunjukkan tanda-tanda akan segera tercapai, kita tidak bisa langsung mengharapkan adanya tren naik yang signifikan di bulan-bulan pertama tahun 2023 nanti.
Outflow dari Bursa Kripto — Studi Kasus Coinbase
Saat ini, ada banyak sinyal yang menunjukkan bahwa pasar Bitcoin sedang dalam proses pembentukan dan akumulasi titik bottom. Lalu, banyak dari sinyal-sinyal tersebut mengaitkan dengan aktivitas di bursa-bursa kripto, dengan terlihat Coinbase sebagai pemimpinnya. Dari data yang dirilis minggu ini, kita bisa melihat bahwa terdapat peningkatan outflow BTC. Menurut perspektif para analis tersebut, harga Bitcoin telah mencapai level support utama yang secara historis menandai posisi bottom mutlak.
Grafik pertama dari @IIICapital menunjukkan bagaimana volume Bitcoin di Coinbase secara bertahap terus turun sejak dimulainya bull market pada Q4 2020. Menariknya, tren reversal harga BTC dan penurunannya pada tahun 2022 sama sekali tidak dapat menghentikan outflow koin dari bursa kripto tersebut. Sementara itu, satu-satunya periode waktu yang menunjukkan stagnasi yang jelas di garis biru dan stabilisasi relatif pasokan BTC di Coinbase adalah periode yang dimulai pada bulan Juni dan berlanjut hingga saat ini.
Sementara itu, pada grafik kedua, yaitu dari unggahan analis @ki_young_ju di Twitter, memberikan argumen terkait berakhirnya bear market. Kemudian, berdasarkan apa yang disebut OWAP outflow (on-chain weighted average price) untuk Coinbase, kita dapat melihat bahwa harga BTC saat ini berada di area support jangka panjang.
Sedangkan, garis oranye pada grafik tersebut menggambarkan perkiraan harga masuk rata-rata untuk investor institusional ketika mereka membeli aset kripto di Coinbase. Jika memang benar bahwa institusi memainkan peran utama di pasar kripto, maka pencapaian area akumulasi hijau muda bisa menjadi petunjuk bahwa kita telah mencapai titik bottom.
Dinamika Siklus Bitcoin dan Kemiripannya dengan Tahun 2019
Strategi lain untuk menentukan fase dari bear market saat ini adalah dengan mencoba menemukan kemiripan fraktal antara aksi harga saat ini dengan bull market pada periode tahun 2018-2019. Analisis menarik yang menggunakan cara tersebut baru-baru ini diberikan oleh @StockmoneyL. Pada hasil analisisnya, dia menemukan adanya kesejajaran dalam dinamika 3 siklus terakhir.
Menurutnya, Bitcoin saat ini berada dalam fase BUY yang berlangsung selama enam bulan. Secara historis, fase ini telah terbukti sebagai periode dengan risiko terkecil dan peluang terbesar untuk peningkatan harga di masa depan. Prediksi optimis dari analisis ini menunjukkan bahwa level US$19,000 akan bertahan sebagai area support, dan titik bottom Bitcoin telah tercapai.
Pada cuitan lainnya, analis tersebut juga menyandingkan fraktal grafik harga BTC dari akhir tahun 2018-2019 dengan aksi harga saat ini. Di antara sekian banyak kesamaan, yang terlihat adalah penurunan tajam dari area support 40-50% dan cara bagaimana titik bottom BTC terbentuk.
Perlu diingat bahwa, harga terendah awal, yang kemudian berubah menjadi titik absolut, akan diikuti oleh titik terendah yang lebih tinggi (higher low) pada kedua grafik tersebut. Setelah itu, terdapat fase konsolidasi selama beberapa bulan, dan kemudian masih ke fase peningkatan harga yang lebih dinamis. Apabila skenario ini terulang saat ini, berarti Q4 2022 akan menjadi periode konsolidasi dan akumulasi. Dengan demikian, awal mula bull market Bitcoin selanjutnya baru bisa tiba pada kuartal pertama tahun 2023.
Sinyal Bottoming Awal
Metode terakhir yang digunakan untuk menemukan tanda-tanda berakhirnya bear market dan trend reversal pada grafik Bitcoin adalah indikator teknikal jangka panjang. Salah satu indikator tersebut yakni MACD bulanan, yang sebelumnya sudah pernah memberikan sinyal tren reversal yang sangat jelas pada periode bear market tahun 2018-2019.
@el_crypto_prof menyampaikan hal tersebut dalam cuitannya pada hari Kamis (6/10). Dalam cuitannya itu, ia membandingkan pembacaan indikator MACD dari bulan Februari 2019 dengan bulan Oktober 2022. Menurutnya, perubahan bar negatif pada histogram MACD dari warna merah tua menjadi terang merupakan sinyal yang menunjukkan akhir dari periode bear market. Sehubungan dengan itu, sinyal tersebut juga berpotensi muncul pada bulan ini jika Bitcoin setidaknya dapat mempertahankan levelnya yang saat ini agar tetap bergerak di dekat area US$20.000. Namun, kita baru bisa mengetahui jawaban pastinya pada akhir bulan Oktober mendatang.
Analis tersebut juga kemudian memberikan interpretasi dalam cuitan berbeda yang menunjukkan adanya sinyal serupa pada indikator RSI mingguan. Menurutnya, munculnya RSI mingguan ke area overbought di bawah level 30 merupakan sinyal dari titik terendah pasar.
Grafik berikut ini menyoroti area di mana kondisi ini terjadi (kuning dan merah). Penting untuk kita catat juga bahwa, dari ketiga skenario tersebut, nilai RSI yang terjadi pada Juni 2022 adalah yang terendah. Namun demikian, indikasi kenaikan yang selalu bergerak lambat senantiasa disertai dengan pergerakan sideways dari harga Bitcoin serta beberapa bulan konsolidasi. Dengan demikian, hal ini juga memperkuat prediksi bahwa paling cepat, bull market akan mulai terjadi di Q1 2023.
Bagaimana pendapat Anda tentang analisis Bitcoin di Q4/2022 dan Q1/2023 ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.