Lihat lebih banyak

AS Resmi Resesi: Indeks S&P Tunjukkan Penurunan 2%, Bitcoin Juga Ikut Anjlok

3 mins
Oleh Robert D Knight
Diterjemahkan Zummia Fakhriani
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Menurut sebuah laporan, AS telah resmi memasuki masa resesi teknikal pada kuartal kedua (Q2) tahun ini.
  • Berita ini juga menunjukkan bahwa indeks S&P 500 telah dibuka dan mengalami penurunan lebih dari 2% pada hari Kamis.
  • Dengan kondisi ekonomi yang semakin suram, lantas di manakah letak peluangnya berada?
  • promo

Baru-baru ini, Bureau of Economic Analysis (BEA) baru saja mengonfirmasi prediksi yang sudah sejak lama para analis ramalkan. Mereka melaporkan bahwa AS telah resmi jatuh ke dalam jurang resesi teknikal pada kuartal kedua tahun 2022.

BEA menyatakan pada hari Kamis (29/9) lalu, bahwa perekonomian Amerika telah merosot sebanyak “0,6 persen pada kuartal kedua 2022, menyusul penurunan 1,6 persen pada kuartal pertama.”

Setelah beredarnya berita tersebut, indeks S&P 500 yang berfungsi mengukur dan melacak kinerja saham dari 500 perusahaan teratas yang terdaftar di AS, menunjukkan adanya penurunan sebanyak 2,58%.

Sementara itu, performa Bitcoin (BTC) terlihat sedikit lebih segar meski tidak begitu signifikan, dengan penurunan 2,08% pada periode yang sama. Tak ayal, turunnya performa BTC ini berhasil menyeret harga aset digital tersebut kembali ke bawah garis resistance di level US$19.000.

Dampak Resesi yang Sebenarnya Mulai Terasa

Selama pekan yang bergejolak bagi pasar dunia ini, konfirmasi final terkait AS yang telah resmi memasuki periode resesi teknikal ternyata juga memberikan sedikit angin segar; yang mana akhirnya kondisi itu mampu memberikan jeda atau ruang bagi optimisme para investor.

Namun, di sisi lain, Seema Shah, Kepala Strategi Global di Principal Global Investors, dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, terlihat tidak siap untuk menutup-nutupi situasi yang sebenarnya. Benar saja, ketika ia mendapat pertanyaan tentang apakah akan ada lebih banyak lagi dampak negatif yang akan datang bersama resesi AS, Shah justru mengiyakan dengan tegas.

“Tentu saja. Saya rasa [Q3] sedikit lebih lega,” tutur Shah.

“Pada bulan Juli dan Agustus Anda memiliki optimisme yang hampir menggelikan ini masuk ke pasar, dan berharap bahwa The Fed dan bank sentral akan menyerah terhadap pertumbuhan yang lambat. [Tapi] kemudian, [Anda] menyadari bahwa satu-satunya fokus utama adalah inflasi. [Inflasi] ini telah membawa semua ekspektasi ke tingkat [suku bunga] yang lebih tinggi, pertumbuhan [yang] lambat, dan tentu saja pendapatan yang menyusut, serta [akan] menghambat pasar, dan ini [masih] belum berakhir.”

Seema Shah — Kepala Strategi Global di Principal Global Investors

Menurut Shah, salah satu masalah paling serius yang dihadapi Amerika Serikat adalah pasar tenaga kerjanya yang kuat. Dengan pemberitaan bahwa pengangguran telah turun di bawah 200.000, pengendalian inflasi menjadi semakin sulit. Konsekuensinya, kondisi itu akan memaksa The Fed untuk menghancurkan pasar tenaga kerjanya sendiri.

Shah menambahkan, “Pasar tenaga kerja yang kuat akan menjadi [sumber] kehancuran AS karena selama pasar tenaga kerjanya kuat, The Fed [akan] semakin jauh dan lebih jauh [lagi dari tujuannya]. [Tapi] mereka harus melakukannya. [Hal itu] akan menyebabkan perlambatan ekonomi.”

Upaya untuk Menekan Laju Inflasi Masih Terus Berlanjut

Pemerintah di seluruh dunia sekarang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kebijakan lockdown COVID-19 yang ketat sangat mengganggu produktivitas. Bahkan, ketika pemerintah melakukan upaya devaluasi mata uang mereka sendiri melalui program pelonggaran kuantitatif.

Tidak bisa kita mungkiri juga bahwa saat ini, semua jenis rezim politik di setiap penjuru dunia mengerahkan seluruh perhatiannya untuk memerangi inflasi. Terkecuali di Inggris Raya, yang justru memangkas pajak dan meluncurkan putaran baru bagi rencana pengeluaran negaranya.

Indikasi awalnya sendiri sudah menunjukkan bahwa rencana ini sebenarnya masih kurang sempurna. Sekarang, penasihat AS khawatir akan kelalaian ekonomi yang ditunjukkan oleh pemerintah Inggris.

Seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg, Gina Raimondo, Menteri Perdagangan AS, mengatakan,

“Kebijakan pemotongan pajak dan secara bersamaan meningkatkan pengeluaran, bukanlah kebijakan yang akan memerangi inflasi dalam jangka pendek atau memberikan manfaat kepada Anda untuk [mendukung] pertumbuhan ekonomi jangka panjang.”

Kemudian, ia lebih lanjut mengatakan bahwa, “investor dan pebisnis ingin melihat para pemimpin dunia menangani inflasi dengan sangat serius.”

Konfirmasi resesi di pasar AS yang datang bersama kejutan kebijakan ekonomi Inggris yang terkesan ceroboh itu juga mencerminkan bahwa tampaknya, kesengsaraan keuangan yang lebih parah lagi adalah sebuah kepastian.

Sementara itu, Shah berpendapat bahwa kemungkinan terburuknya masih belum muncul. Alhasil, para analis pun mengakui bahwa pertanyaan tentang peluang apa yang masih tersisa di sektor ini adalah pertanyaan yang semakin sulit untuk mereka jawab.

“Tingkatkan likuiditas Anda, sehingga Anda dapat memanfaatkan peluang,” katanya.

Tentunya, itu adalah saran yang bagus untuk siapa saja yang memiliki cadangan likuiditas. Sebab, ketika fire sale akhirnya tiba, kemungkinan besar investor ritel yang memiliki modal berlebih jumlahnya akan sedikit sekali.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Maret 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori