Trusted

Apa Itu Decentralized Autonomous Organization (DAO) dan Bagaimana Cara Kerjanya?

10 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Risiko moral muncul setiap kali seorang penguasa memiliki wewenang untuk memerintah atas nama orang lain. Decentralized autonomous organizations (DAO) adalah upaya untuk mengatasi masalah lama berupa legitimasi governance ini. Mari kita telusuri apa itu dan bagaimana tujuannya untuk bisa merealisasikan konsep tersebut.

Legitimasi governance adalah pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi ilmiah dan informal. Tetapi, manakah bentuk yang paling menguntungkan? Apakah liberalisme adalah tirani minoritas? Apakah demokrasi sosial merupakan tirani mayoritas? Sedangkan, demokrasi hanya topeng untuk hierarki rahasia? Isu-isu ini dan lainnya telah ada sejak awal terciptanya konsep negara-kota.

Apa itu Decentralized Autonomous Organization (DAO)?

Principle-agent problem
Masalah pihak prinsipiel | Sumber: Wikipedia

Bayangkan ada seratus orang yang selamat, terdampar di pulau terpencil. Untuk bertahan hidup, mereka perlu bekerja sama dan untuk melakukan segala hal, mereka perlu mengikuti beberapa aturan dasar. Pada gilirannya, ketika ada aturan yang harus diikuti, maka pasti ada pemimpin dan penegak aturan.

Di sinilah muncul sebuah dilema yang disebut sebagai principal-agent. Mereka yang membuat keputusan atas nama orang lain adalah agen, sedangkan yang lainnya disebut sebagai prinsipal. Karena pembuat keputusan, yaitu agen, mendistribusikan risiko tindakan mereka kepada orang lain, maka ini pasti juga mengarah pada risiko yang lebih besar bagi prinsipal. Bagaimanapun juga, mereka perlu menanggung beban penuh dari konsekuensi keputusan itu.

Selain itu, sering kali agen memprioritaskan kepentingan pribadinya di atas kepentingan prinsipal. Hal ini juga tidak bisa dihindari karena prinsipal tidak dapat sepenuhnya melacak dan mengontrol pergerakan agen. Sementara kontrak hukum dan sistem pengadilan mengurangi bahaya moral ini di organisasi tradisional, organisasi otonom yang terdesentralisasi secara drastis mampu mengurangi risiko dan biaya pengelolaannya.

Traditional organization vs. decentralized autonomous organization
Perbandingan organisasi tradisional dengan DAO

Bagaimana cara DAO mengambil keputusan?

Decentralized autonomous organization (DAO) menggunakan blockchain untuk memfasilitasi aturan atau protokol yang diterapkan sendiri. Tentu saja, smart contract blockchain menyimpan aturan-aturan ini, sementara token jaringan memberi insentif kepada pengguna untuk melindungi jaringan dan memberikan suara pada set aturan.

Tiga langkah berikut ini membuat DAO bisa terwujud:

  • Developer harus memahami secara komprehensif masalah tata kelola yang mereka coba kodifikasikan untuk membuat smart contract yang berhasil dan dapat berfungsi sebagai fondasi DAO.
  • Developer mendefinisikan tokenomics tata kelola— seperti monetisasi sehingga ada keseimbangan yang tepat antara reward dan punishment atas perilaku jahat.
  • Developer meluncurkan DAO bertenaga blockchain, dan akan lebih disukai jika ia memiliki token yang sama dengan stakeholder lainnya. Dengan sistem ini, maka dipastikan tidak akan ada ketidakseimbangan kekuatan. Namun, sebagian besar developer akan meluncurkan stake mereka dari waktu ke waktu.

Dengan demikian, DAO bersifat transparan dan otonom. Jumlah token yang dimiliki seseorang akan sama dengan hak voting. Hal ini memungkinkan seseorang untuk memengaruhi inisiatif tata kelola di masa depan. Ini juga membuat DAO tidak akan terbebani dengan proposal, yang dapat menyebabkan kekacauan. Sebaliknya, inisiatif tata kelola hanya disetujui ketika mayoritas stakeholder menyetujuinya.

Tak perlu diragukan lagi, setiap DAO memiliki aturan yang berbeda tentang apa yang merupakan mayoritas dan proses pemungutan suara.

Asal Muasal Decentralized Autonomous Organization

DAO pertama dibuat pada tahun 2016, yang disebut “The DAO,” beroperasi di blockchain Ethereum. Sayangnya, selama tahap awal pengembangan, The DAO memiliki sebuah isu yang dengan cepat dieksploitasi oleh peretas. Hal ini kemudian mengakibatkan terjadinya hard fork Ethereum karena ETH senilai US$150 juta terkunci di dalam kumpulan atau pool DAO yang dialokasikan untuk pengembangan Ethereum.

Sebagai upaya untuk mengembalikan dana tersebut, beberapa developer Ethereum memutuskan untuk membuat hard fork, yaitu Ethereum saat ini. Blockchain Ethereum asli berlanjut sebagai Ethereum Classic dengan native token ETC. Singkatnya, reputasi DAO dimulai dengan kejadian yang buruk. Namun, setelah tahap pengenalan protokol DeFi pada akhir 2020 lalu, DAO telah menjadi aspek penting dari decentralized finance hingga kini.

Perbandingan untuk memahami DAO

Cara terbaik untuk memahami implementasi DAO adalah dengan membandingkan tingkatan yang berbeda antara cryptocurrency paling populer dan protokol DeFi:

  • Bitcoin – mampu merepresentasikan aturan DAO paling dasar. Pada dasarnya, blockchain adalah jaringan peer-to-peer (P2P) yang memungkinkan penggunanya memiliki akses untuk melakukan transaksi, memvalidasinya, dan menambahkan blok baru. Dengan kata lain, Bitcoin adalah organisasi node yang otonom dan terdesentralisasi. Namun, ini bukanlah decentralized autonomous organization karena Bitcoin tidak memiliki aturan tata kelola kompleks yang merupakan karakteristik dari DAO sendiri.
  • Ethereum – mewakili blockchain generasi ke-2 karena menawarkan kapabilitas berupa smart contract. Smart contract memiliki peran penting yang diperlukan agar DAO bisa berjalan. Meskipun demikian, Ethereum sendiri bukanlah DAO, melainkan kerangka kerja atau framework untuk mengembangkan proyek DAO. Sebagai contoh, seperti Unreal Engine 4 bukanlah sebuah game tetapi sebuah framework untuk membuat video game.
  • Uniswap – yaitu protokol DeFi pertama yang mempelopori Automated Market Makers (AMM). Selanjutnya, inisiasi itu akhirnya menjadikannya sebagai decentralized exchange (DEX) paling populer saat ini. Sekarang, Uniswap juga telah berhasil meraih US$6,8 miliar TVL (total value locked) di seluruh liquidity pool oleh liquidity provider (yield farmer). Jaringannya memiliki token tata kelola UNI sendiri, yang digunakan untuk memberikan suara pada setiap upaya peningkatan dan pendanaan liquidity pool. Dengan demikian, Uniswap tergolong sebagai DAO yang lengkap. Tetapi, perlu dicatat juga bahwa seseorang harus memiliki minimal 1% dari total pasokan UNI untuk bisa mengusulkan aturan tata kelola baru atau mengubah yang sudah ada.
  • MakerDAO – adalah contoh lainnya dari DAO yang paling komprehensif. Sebagai protokol DeFi yang mirip dengan Uniswap atau Compound, tetapi untuk pinjaman, protokol ini juga berjalan di jaringan Ethereum. MakerDAO memiliki dua token, stablecoin DAI dan token tata kelola MKR. MakerDAO Foundation telah mendistribusikan MKR untuk memberi insentif kepada para kontributor, mendorong partisipasi pemilih, dan mendesentralisasikan proses tata kelola. Secara efektif, tujuan yayasan ini adalah menghilangkan dirinya sendiri secara efektif dengan menyerahkan semua token kepada pemangku kepentingan (stakeholder) di jaringan.

DAO bisa menjadi rumit dan memiliki kompleksitas yang berbeda-beda

Ketika kita membandingkan Uniswap dengan MakerDAO, maka jelas bahwa aturan yang masing-masing platform terapkan membuatnya berbeda. Karena protokol Uniswap menerapkan persyaratan untuk memiliki 1% pasokan UNI, protokol ini secara efektif melarang lebih dari 90% pengguna untuk berpartisipasi dalam mengarahkan pengembangan jaringan. Di sisi lain, MakerDAO sudah membubarkan MakerDAO Foundation di tahun 2021 dan menjadi sepenuhnya terdesentralisasi.

Sehingga, masuk akal untuk menyimpulkan bahwa decentralized autonomous organization yang sebenarnya memiliki aspek desentralisasi yang lengkap — tanpa ada pengawas pusat. Di sisi lain, DAO, dimulai dalam keadaan semi-terpusat. Pertama, saat protokol berkembang dan pengguna tambahan bergabung, tim developer inti harus menanganinya dengan baik. Dan seiring bertambahnya jumlah pengguna, demikian pula jumlah stakeholder, mendorong gerakan menuju desentralisasi penuh.

Bagaimana cara kerja DAO?

Katakanlah kamu bekerja di suatu perusahaan yang mendesain video game. Bidang pekerjaan ini tentunya sangat bergantung pada bakat teknis dan artistik. Selain itu, karena kerumitannya, developer video game sering kali mengalami apa yang disebut dengan “feature creep”.

Ini adalah sebutan terhadap kegagalan organisasi di mana proyek terus menambahkan fitur baru di luar visi aslinya. Hal ini sering mengakibatkan kekacauan, crippling costs, dan waktu pengembangan yang diperpanjang secara drastis, misalnya, Star Citizen.

Untuk mencegah fitur creep seperti itu terjadi, studio game dapat menetapkan aturan pendanaan dengan DAO yang berjalan di blockchain Ethereum. Misalnya, mereka dapat menetapkan ambang anggaran (budget threshold), dan mengunci pool pendanaan smart contract. Kemudian, setiap tindakan (mis. pemodelan 3D, pemrograman, suara, voice-over, dll.) secara otomatis dihitung menyesuaikan anggaran berdasarkan tarif saat ini yang digunakan oleh organisasi.

Dengan demikian, setiap anggota tim akan menerima token atas pemberian suara pada penambahan tersebut. Pemimpin tim secara proporsional akan menerima lebih banyak token. Jika suara mereka melampaui ambang anggaran, maka pemungutan suara akan gagal. Hasilnya, tim akan menyadari skala pengembangan yang dapat dicapai dengan biaya yang efektif.

Demikian pula, DAO bisa saja digunakan untuk melengserkan posisi CEO sebuah perusahaan, mengumpulkan sumber daya untuk merekrut vendor atau pekerja lepas, membayar bonus, dan sebagainya.

Pro dan kontra DAO

Kekuatan suara yang didistribusikan secara merata, bisa dikatakan bukanlah hal yang baik. Sebenarnya, sangat mudah untuk melihat mengapa hal ini terjadi dengan melihat Pareto Principle (Prinsip Pareto). Dalam studinya di berbagai sektor ekonomi, ekonom Vilfredo Pareto mengamati adanya tren yang berulang.

Oleh karena itu, Prinsip Pareto mengkuantifikasi pengamatan tersebut dalam aturan 80/20. Artinya, 80% konsekuensi berasal dari 20% penyebab. Dalam istilah organisasi, 20% — “beberapa orang penting” — bertanggung jawab atas hasil yang sukses. Jika kamu pernah mengerjakan tugas kelompok di sekolah atau di universitas, kamu mungkin pernah mengamati hal ini.

Oleh karena itu, DAO akan memperhitungkan bahwa tidak semua suara harus dihitung setara. Melainkan, suara akan diterjemahkan ke beberapa pengguna yang memiliki lebih banyak token daripada mayoritas lainnya, hal ini akan mengurangi desentralisasi. Tinjauan Teknologi MIT mencapai kesimpulan serupa pada tahun 2016.

Potensi kerugian DAO lainnya adalah aturannya dapat meluas ke berbagai yurisdiksi hukum. Jika terjadi masalah yang tidak dapat diperbaiki melalui tokenvoting, seseorang terpaksa harus berurusan dengan kasus hukum yang berlarut-larut dan berbelit-belit.

Meskipun demikian, smart contract yang dirancang dengan baik menghasilkan DAO yang menyediakan cara yang transparan dan mudah bagi suatu organisasi untuk mengatur institusinya. Hal ini terutama berlaku untuk organisasi-organisasi yang sebagian besar anggotanya tidak saling mengenal. Skenario ini paling baik dicontohkan dalam organisasi terbesar di mana orang tidak mengenal satu sama lain, yaitu negara. DAO dalam blockchain untuk pemungutan suara dapat menjaga transparansi dan legitimasi pemilu, dan sistem ini juga telah diterima secara luas.

Blockchain DAO for voting
Proses pengambilan suara terdesentralisasi

5 Contoh DAO Terpopuler

Selain dari MakerDAO yang sudah disebutkan sebelumnya, yang merupakan DAO terbesar dan terpopuler, berikut ini adalah beberapa kandidat DAO lainnya yang tak kalah populer.

1. Gitcoin

GItcoin

Tidak seperti protokol DeFi yang standar, Gitcoin tidak memfasilitasi yield farming tetapi berusaha mengumpulkan developer blockchain, sebagai platform khusus blockchain yang mirip dengan UpWork atau Fiverr. Untuk memfasilitasi pendanaan mereka, Gitcoin merilis Gitcoin Grants. Menggunakan token EIP 1337 untuk pemungutan suara kuadrat, Gitcoin Grants mencocokkan semua donasi yang diterima.

Setiap donasi akan ditimbang dengan jumlah donatur untuk proyek blockchain. Ini adalah contoh lain dari penggunaan decentralized autonomous organization secara kreatif. Daripada mengutamakan proyek yang didanai oleh beberapa kontributor berkantong tebal, Hibah Gitcoin lebih menyukai proyek yang menerima keterlibatan komunitas terbesar.

2. Aragon

Aragon

Aragon adalah DAO dan platform untuk membuat DAO yang bisa dikustomisasikan. Ini kemudian membuatnya sangat berguna bagi pengguna yang tidak memiliki pengetahuan pemrograman yang dalam. Aragon menangani jenis smart contract dan antarmuka (interface), menyerahkannya kepada kamu untuk memutuskan bagaimana mengelola organisasi yang kamu miliki.

Selain itu, Aragon menawarkan Aragon Fundraising, yang sebelumnya disebut Apiary, untuk penggalangan dana. Dirilis pada bulan April, fitur utama Aragon Fundraising Aragon adalah smart contract yang mengikat. Mereka adalah AMM di mana pengguna dapat menyetorkan kolateral dengan imbalan token khusus organisasi. Ini menjadikan Aragon ekosistem DAO dengan beragam use case.

3. Digix

Digix

Pernahkah suatu ketika kamu ingin memiliki emas, tetapi tidak mau repot dengan masalah praktis untuk mengamankannya? Digix datang untuk menyelamatkan kondisi itu dengan tokenizing kepemilikan emas. Setiap token — DGX — bernilai 1 gram emas. Digix adalah salah satu proyek pertama yang diluncurkan sebagai ICO di jaringan Ethereum, yang berarti ia memiliki rekam jejak yang panjang untuk memverifikasi bahwa itu bukan scam.

Emas disimpan di vault Safe House Singapura, yang diaudit oleh firma Bureau Veritas independen. Token DGD digunakan untuk memilih bagaimana perusahaan menggunakan dana untuk pengembangan di masa depan, selain token DGX yang mencerminkan kepemilikan emas. DGD dibagikan kepada pelanggan sebagai dividen triwulanan.

4. MolochDAO

MolochDAO

Setelah Ethereum menyelesaikan hard fork London, ia kemudian melewati satu langkah lagi menuju peningkatan Ethereum 2.0 Proof-of-Stake (PoS). Dari lima perubahan baru, pengenalan biaya yang dapat dibakar adalah yang paling signifikan, membuat deflasi Ethereum dengan 3,26 ETH terbakar per menit.

Tujuan utama MolochDAO adalah untuk mendanai hibah ETH 2.0. Untuk bergabung dengan MolochDAO, kamu harus diundang oleh anggota yang sudah ada. Kemudian, setiap anggota memiliki saham yang sama dengan hak suara: 1 saham — 1 suara. Saham ini tidak dapat dipindahtangankan atau dijual antar anggota dan digunakan untuk memilih/mendanai proposal.

5. Aave

Aave is a Decentralized Autonomous Organization

Aave saat ini merupakan protokol DeFi lending peringkat teratas dengan TVL lebih dari US$15 miliar (total value locked). Jika kamu ingin menggunakannya untuk meminjamkan uang, protokol akan mengeluarkan (percetakan) ERC-20 aToken dalam rasio 1:1 terhadap aset yang disimpan. Ini bisa memberikan pengguna tingkat bunga majemuk yang stabil. Selain itu, Aave memiliki flash loan di mana peminjaman dan pembayaran harus dilakukan dalam transaksi yang sama.

Pada hakikatnya, developer dapat bereksperimen dan menggabungkan penggunaan DeFi baru dengan flash loan ini, yang sesuai untuk tujuan tersebut. Token tata kelola Aave LEND (ETHLend) digunakan untuk pengurangan biaya dan pemungutan suara di Aave Improvement Proposals (AIP). Yang terakhir bahkan dapat dilakukan jika token LEND dikunci sebagai kolateral.

Apakah DAO benar-benar terdesentralisasi?

Berbeda dengan sistem yang murni terdesentralisasi, decentralized autonomous organization menyediakan akses sumber terbuka untuk organisasi yang bersifat trustless. Ada beberapa kondisi di mana pemerataan suara akan membantu, selain hanya memilih dalam pemilihan umum.

DAO pun begitu dalam spektrum desentralisasi. Dengan kata lain, penggambaran aturan logis secara signifikan lebih penting daripada desentralisasi geografis. Mereka dapat melahirkan sentralisasi, desentralisasi, atau campuran keduanya. Bagaimanapun juga, Aragon akan membuat pertunjukan terbaik sejauh ini dalam hal menggunakan aturan sebagai lego untuk membangun DAO yang bersifat trustless.

Pertanyaan yang sering ditanyakan

Apakah arti dari DAO?

Apa saja contoh DAO yang populer?

Berapa jumlah DAO yang ada saat ini?

Platform kripto terbaik di Indonesia | November 2024
Platform kripto terbaik di Indonesia | November 2024
Platform kripto terbaik di Indonesia | November 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Prioritas kami adalah menyediakan informasi berkualitas tinggi. Kami meluangkan waktu untuk mengidentifikasi, meriset, dan membuat konten edukasi yang sekiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menerima komisi dari para mitra kami untuk penempatan produk atau jasa mereka dalam artikel kami, supaya kami bisa tetap menjaga standar mutu dan terus memproduksi konten yang luar biasa. Meski demikian, pemberian komisi ini tidak akan memengaruhi proses kami dalam membuat konten yang tidak bias, jujur, dan bermanfaat.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan Web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori