Dalam beberapa tahun terakhir, cryptocurrency telah menarik perhatian banyak orang, terutama karena teknologi blockchain yang mendasarinya. Salah satu aspek menarik dari dunia crypto adalah on-chain trading, yaitu proses perdagangan aset digital secara langsung di jaringan blockchain. Hal ini berbeda dengan off-chain trading yang biasanya melibatkan pihak ketiga atau bursa terpusat. On-chain trading crypto memberikan keuntungan dalam hal transparansi, keamanan, dan kontrol penuh terhadap aset pengguna. Namun, bagi pemula, proses ini bisa terlihat rumit. Artikel ini akan memberikan panduan lengkap tentang bagaimana cara melakukan on-chain trading crypto dengan langkah-langkah praktis.
Apa Itu On-Chain Trading?
On-chain trading merujuk pada transaksi cryptocurrency yang eksekusi dan perekamannya langsung terjadi di jaringan utama blockchain atau mainnet. Setiap transaksi on-chain bersifat publik dan siapapun bisa melakukan verifikasi sesuai dengan mekanisme konsensus jaringan tersebut.
Berbeda dengan off-chain trading yang terjadi di platform terpusat seperti Binance atau Coinbase, on-chain trading berlangsung di bursa terdesentralisasi (DEX) seperti Uniswap atau PancakeSwap, menggunakan smart contract untuk memastikan kesepakatan terjadi secara otomatis tanpa memerlukan pihak ketiga.
Pada dasarnya, smart contract adalah program yang berjalan di blockchain dan secara otomatis mengeksekusi transaksi saat kondisi tertentu terpenuhi. Inilah yang memungkinkan perdagangan langsung di jaringan utama berjalan tanpa campur tangan manusia, memastikan transparansi dan keadilan dalam perdagangan.
Keuntungan dan Tantangan On-Chain Trading
Keuntungan
Melakukan transaksi langsung di jaringan utama memberikan sejumlah keuntungan, seperti berikut ini:
- Transparansi: Semua orang bisa melihat dan melakukan audit terhadap transaksi di blockchain, sesuai dengan mekanisme konsensus jaringan.
- Kontrol Penuh: Pengguna memiliki kendali penuh atas aset mereka tanpa memerlukan pihak ketiga.
- Keamanan: Karena tidak melibatkan pihak sentral, risiko peretasan terhadap platform terpusat dapat dihindari.
- Desentralisasi: Tidak ada satu entitas pun yang mengendalikan proses perdagangan, sehingga risiko sensor atau manipulasi rendah.
Tantangan
Sementara itu, ada juga sejumlah tantangan atau risiko bila melakukan trading crypto on-chain secara langsung:
- Biaya Gas yang Tinggi: Di beberapa jaringan besar yang sangat populer seperti Bitcoin, Ethereum, biaya transaksi (gas fee) bisa sangat mahal terutama saat jaringan sedang sibuk.
- Keamanan Smart Contract: Walaupun smart contract terbilang aman, masih ada risiko bug atau kerentanan yang bisa jadi target eksploitasi.
- Likuiditas: Kadang-kadang likuiditas di bursa terdesentralisasi lebih rendah daripada bursa terpusat, yang bisa menyebabkan slippage (selisih harga antara harga order dan harga eksekusi).
Cara Memulai On-Chain Trading
Tertarik untuk melakukan trading crypto langsung di jaringan utama? Berikut langkah-langkah umum yang bisa kamu ikuti:
1. Pilih Wallet yang Mendukung On-Chain Trading
Langkah pertama untuk memulai trading adalah memilih dompet kripto yang mendukung integrasi dengan bursa terdesentralisasi. Beberapa dompet yang populer di antaranya adalah MetaMask dan Trust Wallet. Kedua dompet ini memungkinkan pengguna untuk menyimpan aset crypto dengan aman dan terhubung langsung dengan platform DEX.
Setelah memilih dompet, pengguna harus menyiapkan dompet tersebut dengan membuat seed phrase (frase pemulihan) yang harus disimpan dengan aman. Penting untuk mengingat bahwa dompet ini bersifat non-custodial, artinya pengguna memiliki kontrol penuh atas kunci pribadi dan aset mereka.
Simak juga pilihan dompet kripto terdesentralisasi dalam 6 Non-Custodial Wallet Crypto Terbaik 2024
2. Koneksi ke Platform On-Chain Trading
Setelah dompet siap, pengguna dapat menghubungkannya ke platform bursa terdesentralisasi seperti Uniswap atau PancakeSwap. Proses ini cukup sederhana dan biasanya hanya membutuhkan beberapa klik. Pengguna perlu memastikan bahwa mereka menggunakan jaringan yang sesuai—misalnya, Uniswap beroperasi di Ethereum, sedangkan PancakeSwap menggunakan Binance Smart Chain (BNB Smart Chain).
3. Pilih Pasangan Trading dan Lakukan Transaksi
Setelah terhubung ke DEX, pengguna bisa memilih pasangan mata uang kripto yang ingin diperdagangkan. Setiap bursa memiliki banyak trading pairs yang terdiri dari dua aset yang dapat diperdagangkan. Pada DEX, harga aset ditentukan oleh Automated Market Maker (AMM), sebuah algoritma yang mengatur harga berdasarkan likuiditas di dalam liquidity pool.
Pengguna dapat memasukkan jumlah aset yang ingin diperdagangkan, memeriksa perkiraan biaya gas, dan mengonfirmasi transaksi. Semua transaksi ini akan terjadi di blockchain, memastikan transparansi penuh.
4. Biaya dan Waktu Transaksi
Salah satu aspek yang perlu menjadi perhatian ketika melakukan trading di jaringan adalah biaya gas. Ini adalah biaya yang harus dibayar pengguna untuk mengeksekusi transaksi di blockchain. Biaya gas bisa bervariasi tergantung pada jaringan dan tingkat kepadatan lalu lintas. Pengguna juga harus mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk transaksi selesai, yang bisa mempengaruhi kecepatan eksekusi.
Risiko On-Chain Trading dan Cara Mengatasinya
On-chain trading, seperti jenis perdagangan lainnya, datang dengan risikonya sendiri. Salah satu risiko terbesar adalah volatilitas harga kripto yang ekstrem. Selain itu, ada risiko yang terkait dengan vulnerabilitas smart contract, di mana bug atau kelemahan dalam kontrak pintar bisa menjadi target peretasan. Untuk mengatasi risiko ini, pengguna harus selalu melakukan riset mendalam (DYOR) tentang proyek dan platform yang mereka gunakan.
Beberapa tips untuk mengurangi risiko trading crypto yang langsung di jaringan utama adalah:
- Gunakan dompet yang aman: Pastikan dompet memiliki fitur keamanan yang kuat, termasuk otentikasi dua faktor (2FA).
- Periksa likuiditas: Selalu cek likuiditas dari pasangan aset yang ingin diperdagangkan untuk menghindari slippage yang tinggi.
- Mulai dengan jumlah kecil: Bagi pemula, disarankan untuk memulai dengan jumlah kecil untuk memahami proses dan risiko yang terkait.
Gunakan analisis sebelum mengambil keputusan trading, simak dalam Mengenal Analisis On-Chain dan Cara Pakai untuk Trading Crypto
Perbandingan On-Chain dan Off-Chain Trading
On-chain trading dan off-chain trading memiliki perbedaan mendasar. Off-chain trading biasanya terjadi di bursa terpusat seperti Binance, OKX atau Bitget, di mana pengguna mempercayakan aset mereka kepada pihak ketiga. Ini memungkinkan proses yang lebih cepat dan biaya yang lebih rendah, tetapi pengguna tidak memiliki kendali penuh atas aset mereka.
Sebaliknya, on-chain trading menawarkan transparansi, desentralisasi, dan kontrol penuh atas aset. Namun, biaya gas dan waktu konfirmasi bisa menjadi kendala bagi sebagian pengguna. Keduanya pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, dan pilihan di antara keduanya tergantung pada kebutuhan dan preferensi pengguna.
Trading off chain di exchange terpopuler
Kesimpulan
On-chain trading membuka peluang baru bagi para penggemar kripto yang ingin terlibat dalam ekosistem desentralisasi. Meskipun ada tantangan seperti biaya gas dan risiko keamanan, keuntungan berupa transparansi, desentralisasi, dan kontrol penuh atas aset membuatnya menjadi opsi yang menarik bagi banyak pengguna.
Bagi pemula, sangat penting untuk memahami cara kerja trading di jaringan blockchain sebelum terjun ke dalamnya. Dengan langkah-langkah yang tepat, riset yang cukup, dan pemahaman tentang risiko, trading langsung di jaringan utama bisa menjadi cara yang aman dan efisien untuk memperdagangkan aset kripto.
Pertanyaan yang sering muncul
On-chain trading terjadi langsung di jaringan blockchain melalui platform desentralisasi, di mana transaksi dicatat secara transparan dan dapat diverifikasi oleh semua pihak. Sebaliknya, off-chain trading dilakukan di bursa terpusat, di mana aset pengguna disimpan oleh pihak ketiga, dan transaksi dicatat di luar blockchain. On-chain trading menawarkan kontrol penuh atas aset dan transparansi, namun seringkali melibatkan biaya gas yang lebih tinggi dan waktu transaksi yang lebih lambat dibandingkan off-chain trading.
Risiko utama dalam on-chain trading meliputi volatilitas harga aset kripto, biaya gas yang tinggi terutama di jaringan Ethereum, serta risiko keamanan terkait smart contract. Kontrak pintar bisa rentan terhadap bug atau serangan jika tidak diprogram dengan benar. Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk selalu melakukan riset terhadap platform dan proyek sebelum bertransaksi serta memastikan bahwa mereka menggunakan dompet yang aman.
Untuk menghindari biaya gas yang tinggi, pengguna dapat memanfaatkan waktu di mana jaringan blockchain sedang tidak terlalu sibuk, misalnya di luar jam sibuk atau saat aktivitas trading rendah. Selain itu, pengguna bisa memilih jaringan blockchain dengan biaya gas yang lebih murah, seperti Binance Smart Chain atau Polygon, sebagai alternatif dari Ethereum. Memeriksa perkiraan biaya gas sebelum mengeksekusi transaksi juga penting untuk memastikan biaya tetap rendah.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Prioritas kami adalah menyediakan informasi berkualitas tinggi. Kami meluangkan waktu untuk mengidentifikasi, meriset, dan membuat konten edukasi yang sekiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menerima komisi dari para mitra kami untuk penempatan produk atau jasa mereka dalam artikel kami, supaya kami bisa tetap menjaga standar mutu dan terus memproduksi konten yang luar biasa. Meski demikian, pemberian komisi ini tidak akan memengaruhi proses kami dalam membuat konten yang tidak bias, jujur, dan bermanfaat.