Lihat lebih banyak

Web 2.5: Transisi Menuju Internet Baru 3.0

5 mins
Diperbarui oleh Hanum Dewi
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Saat ini kita berada pada era internet yang terkenal dengan teknologi web 2.0, yaitu tempat pengguna dapat berinteraksi secara langsung dalam platform seperti blog, media sosial dan aplikasi berbasis web lainnya. Ke depan seiring dengan perkembangan teknologi baru dan desentralisasi, kita mengarah pada web 3.0 atau web3. Hal ini tidaklah mudah, maka dalam praktiknya muncul suatu transisi yang bernama web 2.5.

Artikel ini akan membahas mengenai pengertian web 2.5 serta aplikasinya dalam sejumlah contoh.

Ingin mendapatkan tips menarik terkait trading cryptocurrency terbaru? Bergabunglah dengan Komunitas Trading BeInCrypto di Telegram: baca ulasan dan tips trading crypto, tanyakan dan dapatkan jawaban atas semua pertanyaan kamu dari trader PRO. Gabung sekarang!

Apa Itu Web 2.5?

Web 2.5 adalah tahap peralihan dari Web 2.0 ke Web 3.0, yang mencakup fitur-fitur desentralisasi yang mendorong keamanan dan privasi data. Dalam era Web 2.5, pengguna bisa memanfaatkan fitur-fitur yang ada dari teknologi di web3 tetapi dengan tampilan familiar seperti yang tersedia di web2. Web 2.5 bukanlah suatu istilah teknis yang pasti, tetapi untuk memberi ilustrasi bahwa ini suatu kondisi peralihan menuju era internet baru.

Untuk memahami istilah web 2.5 ini kita perlu memahami bagaimana karakter mulai dari web 1.0 lalu karakter dari web2 dan web3 itu sendiri.

Web 1.0

Awalnya, Internet adalah inovasi teknologi yang telah mengubah dunia dan tahap awal perkembangan ini bernama web 1.0. Saat itu, web 1.0 hanya menyediakan informasi satu arah, sehingga pengguna hanya bisa membaca, melihat atau mengunduh informasi tetapi tidak berinteraksi.

Web 2.0

Selanjutnya, evolusi internet makin maju dengan situs web 2.0 yang memungkinkan interaksi pengguna dalam platform, contohnya Facebook (kini bernama Meta), Instagram, Youtube, dan sebagainya. Di sini, ada elemen korporat yang menjadi penengah dan memiliki kewenangan untuk melakukan sensor informasi hinggal blokir.

Web 3.0

Evolusi internet masa depan adalah dengan adanya web 3.0 yang akan menjadi sangat maju dari teknologi web 2.0 saat ini. Karakter yang sering muncul dan terkait dengan web3 adalah desentralisasi, yaitu tidak adanya otoritas terpusat. Lalu, sistem yang permisionless dan trustless sehingga siapapun bisa terhubung tanpa perlu ada pihak penengah. Inovasi lain bersamaan dengan web3 adalah kemunculan blockchain, cryptocurrency, NFT, AI (artificial intelligence), hingga metaverse.

Namun, karena lompatan teknologi ini masih sangat abstrak, pengguna awam mungkin tidak mau repot untuk melakukan proses dalam mengadopsi fitur web3 tersebut. Makanya, web2.5 pun hadir untuk memberikan fitur canggih dari web 3.0 tetapi dengan kenyamanan yang familiar dari situs web 2.0.

Jadi, Web 2.5 menjadi penghubung antara Web 2.0 dan Web 3.0 sambil membuat transisi yang mulus. Pengguna tidak perlu menjadi ahli teknologi untuk membuat dan berbagi konten online dan kreator bisa mendapatkan bayaran untuk karyanya. Contoh bagus adalah platform seperti Opensea, SuperRare, dan Nifty Gateway, di mana siapa saja dapat menjadi penerbit atau pencipta dan menerima nilai penuh untuk karyanya.

Kelangkaan dan Kelimpahan

Evolusi internet saat ini mendukung kehadiran konsep kelangkaan (scarcity) dan kelimpahan (abundance). Mari kita gunakan analogi fashion seperti sepatu untuk memahami konsep ini.

Mungkin sebelum hadirnya Internet, anak muda tidak menghiraukan merek sepatu atau outfit yang mereka pakai. Lantas industri membuat produk fashion yang massal. Nah, mulailah orang memilih brand terkenal dan mencari produk yang terbatas atau limited edition. Sebutlah sepatu Nike Jordan. Karena produksinya yang terbatas, harga sepatu tersebut menjadi makin mahal, bahkan ketika sudah bekas pakai.

Nilai kelangkaan (scarcity) dari barang-barang tersebut terlihat dari harganya dalam mata uang. Berbeda dengan barang produksi massal yang jumlahnya sangat banyak (abundance). Nah dalam web 2.5, terjadilah pergeseran paradigma antara Web 2.0 dan Web 3.0.

Korporasi dan para pemilik merek menciptakan ulang model bisnis berdasarkan kelangkaan dan menekan tombol reset. Mereka memungkinkan semua orang menjadi versi mereka sendiri yang unik seperti halnya Nike Jordan yang terbatas itu.

Konsep ini pun mendukung hadirnya Non-Fungible Token (NFT) berkembang seiring dengan teknologi blockchain. Blockchain sendiri menjadi salah satu inovasi yang hadir dalam web3.

Dukungan untuk Kreator

Ketika memakai layanan situs web, pengguna pasti menginginkan produk yang gratis. Namun, perusahaan dan developer penyedia platform membutuhkan penghasilan. Mereka harus menjual produk atau menjadikan penggunanya sebagai komoditas. Hal ini seperti dalam kutipan “Kalau kamu tidak membayar untuk produk, maka kamu adalah produknya.”

Maka, pengguna pun menjadi komoditas yang menjadi jualan kepada pengiklan yang berani membayar lebih. Selanjutnya, semakin meningkatnya jumlah data yang dihasilkan dan dikumpulkan oleh perusahaan besar seperti Google dan Facebook, kekhawatiran tentang privasi dan keamanan data semakin meningkat. Di sisi lain, kreator seperti artis pemilik lagu di Spotify hanya menghasilkan sedikit dari bagian penghasilan platform tersebut.

Makanya, desentralisasi platform seperti karakter web 3.0 sangat berguna bagi para kreator ini. Bahkan, mereka bisa langsung berinteraksi dengan para penggemar (fans) menggunakan token, seperti halnya NFT. Pemegang NFT memiliki hak untuk mendapatkan akses khusus terkait dengan kreator atau idola mereka.

Nah, para penggemar atau fans ini tidak harus memiliki dompet digital dulu, lalu membeli cryptocurrency tertentu yang sepenuhnya ada di web3. Namun, mereka bisa saja berinteraksi dan membeli token dengan fiat di situs web2. Lalu, mereka bisa mendapatkan akses unik seperti halnya kepemilikan NFT yang merupakan teknologi di web3. Peran web 2.5 pun muncul dalam konteks ini.

Web 2.5 Membangun Komunitas

Web 2.5 mencampurkan proses “tradisional” dengan konsep berbasis blockchain yang berhasil dalam membangun komunitas dan loyalitas merek. Ketika komunitas tumbuh dan pengguna aktif harian atau pelanggan berulang meningkat, merek cenderung mendapatkan lebih banyak pendapatan.

Di sisi lain, pelanggan dan pengguna akhir mendapatkan imbalan untuk berbelanja dengan merek tersebut. Juga, mereka mendapatkan aset digital yang memberi mereka akses eksklusif ke grup. Atau, bisa saja para penggemar mendapat akses pertama ke rilis merek yang akan datang.

Selain itu, pengguna juga memiliki kesempatan untuk mengumpulkan koin dan token sebagai rewards. Koin atau token ini memberi mereka manfaat dan diskon saat berbelanja dengan merek tersebut. Sehingga pada akhirnya, baik bisnis maupun konsumen mendapatkan keuntungan dengan cara mereka sendiri.

Contoh Web 2.5

Salah satu contoh Web 2.5 adalah Patreon, sebuah social media yang menghubungkan konten kreator dengan penggemar dengan sistem berbayar. Bagi artis atau kreator, Patreon adalah cara untuk mendapat penghasilan atas konten yang sudah mereka buat bisa dalam bentuk webcomic, video, lagu, atau podcast. Penggemar dapat membayar artis atau kreator secara bulanan atau per posting, tergantung pada jadwal pembayaran.

Contoh lainnya untuk penggunaan web 2.5 adalah Zoop. Saat ini, dengan Zoop, pengguna dapat memperdagangkan aset Web 3.0 seperti koleksi digital (NFT) menggunakan infrastruktur Web 2.0 yang sama. Platform perdagangan kartu digital Zoop berada di atas blockchain Polygon Edge, tetapi pengguna tidak perlu memiliki pemahaman menyeluruh tentang teknologi tersebut.

Selain itu, kartu selebriti dari Zoop menjadi aset melalui teknologi NFT, dan para kolektornya tidak perlu mengetahui setiap aspek dari teknologi ini. Yang terpenting, Zoop menerima pembayaran kartu kredit dolar AS (USD). Sehingga, pengguna tidak perlu memiliki cryptocurrency untuk membeli kartu Zoop untuk mulai mengoleksi atau melakukan trading.

Kesimpulan

Blockchain telah mempengaruhi setiap industri yang ada, dari keuangan hingga penyimpanan data dan hiburan. Web 3.0 adalah hal besar berikutnya, dan bisnis global sedang berusaha untuk menghindari kepunahan dan berpartisipasi dalam transisi ini. Makanya, Web 2.5 muncul sebagai transisi ke Internet baru. Web 2.5 memberikan fitur dan infrastruktur dari Web3 bagi pengguna yang terbiasa dengan kemudahan di Web2.

Pertanyaan yang sering ditanyakan

Apa itu web 3?

Apa perbedaan web2 dan web3?

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Prioritas kami adalah menyediakan informasi berkualitas tinggi. Kami meluangkan waktu untuk mengidentifikasi, meriset, dan membuat konten edukasi yang sekiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menerima komisi dari para mitra kami untuk penempatan produk atau jasa mereka dalam artikel kami, supaya kami bisa tetap menjaga standar mutu dan terus memproduksi konten yang luar biasa. Meski demikian, pemberian komisi ini tidak akan memengaruhi proses kami dalam membuat konten yang tidak bias, jujur, dan bermanfaat.

foto-profil-hanum.png
Hanum Dewi
Hanum Dewi adalah seorang penulis dengan spesialisasi pada topik bisnis, keuangan, dan investasi. Dengan latar belakang pendidikan di bidang komunikasi dan pengalaman 8+ tahun di pasar modal, Hanum juga melakukan riset untuk membuat konten yang menarik dan informatif di berbagai topik. Melengkapi kemampuan menulisnya, dia juga selalu mengikuti tren dan perkembangan terbaru di industri cryptocurrency, DeFi, dan web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori