Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter tertinggi di Indonesia mengaku telah berhasil merampungkan proof of concept (PoC) Rupiah Digital untuk tahap pertama immediate state – wholesale cash ledger. Aksi ini akan menjadi babak baru dalam pengembangan mata uang digital besutan bank sentral alias central bank digital currency (CBDC) yang tengah digarap oleh BI melalui proyek garuda.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, penyelesaian ini merupakan kelanjutan dari pengembangan tiga tahap sebelumnya yang telah berjalan sejak 2022.
Mulai dari white paper, consultative paper dan laporan konsultasi publik. PoC sendiri merupakan upaya bank sentral untuk menguji kesiapan teknologi yang mendukung pengembangan model bisnis Rupiah Digital.
“Pengujian berlangsung secara komprehensif, yang mencakup aspek teknis kritikal dan keamanan transaksi. Serta interoperabilitas dengan sistem pembayaran dan infrastruktur keuangan yang ada,” Jelas Ramdan.
Lebih jauh menurut Ramdan, dalam proses uji coba, BI memanfaatkan platform teknologi potensial berbasis distributed ledger technology (DLT) yang telah melalui evaluasi teknis menyeluruh. Teknologi tersebut juga sudah disesuaikan dengan kebutuhan model bisnis mata uang digital di masa mendatang.
Teknologi DLT Bisa Penuhi Kebutuhan Bisnis
Menariknya, uji coba tersebut memperlihatkan bahwa teknologi berbasis DLT sudah mampu memenuhi kebutuhan bisnis dan teknis dari wholesale Rupiah Digital cash ledger (wRD).
“PoC tahap awal ini menandai milestone penting dalam eksperimentasi Rupiah Digital. Keberhasilan dan berbagai insight dari PoC ini akan menjadi fondasi dalam proses penguatan aspek bisnis dan teknis Rupiah Digital ke depan,” tambah Ramdan.
Tujuan utama PoC sendiri adalah untuk bisa menjawab tiga pertanyaan utama yang terkait dengan pemanfaatan DLT. Baik untuk implementasi model bisnis wRD, manfaat dan nilai tambah potensial dari implementasi smart contract pada wRD dan bagaimana wRD bisa terhubung dengan sistem konvensional, sistem interbank BI, cross-border dan DLT lainnya berdasarkan prinsip integrasi, interoperabilitas juga interkoneksi.
Sebagai catatan, dalam artistektur teknologi Rupiah Digital, terdapat dua aset digital yang pengelolaannya ada di bawah BI. Pertama adalah Rupiah Digital dan aset berikutnya merupakan digital securities. Nah PoC pada tahap immediate state berfokus pada pengembangan aset Rupiah Digital. Sementara pengembangan digital securities masih berjalan terbatas pada skenario delivery versus payment (DvP).
BI mengaku proses eksplorasi aset digital securities baru akan berkembang pada tahap selanjutnya. Adapun platform DLT yang digunakan BI dalam uji coba mata uang digital terbagi atas dua, yakni R3 Corda serta Kaleido Hyperlegder Besu.
R3 sendiri merupakan perusahaan infrastruktur blockchain yang menjadi mitra pemerintah Nigeria untuk mengembangkan CBDC-nya yang bernama eNaira.
Bagaimana pendapat Anda tentang pengembangan Rupiah Digital Bank Indonesia ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.