Lihat lebih banyak

Bukan Lagi Bitcoin, Pencucian Uang dengan Stablecoin Lebih Dominan di 2023

2 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Chainalysis mengungkapkan bahwa alih-alih menggunakan Bitcoin (BTC), di tahun 2023, pelaku pencucian uang justru lebih menggemari stablecoin.
  • Meski demikian, beberapa jenis kejahatan, seperti penjualan di pasar darknet maupun untuk meminta uang tebusan hasil dari ransomware, masih tetap mengandalkan Bitcoin sebagai sarana pencucian uang.
  • Selain itu, laporan Chainalysis juga mengungkapkan bahwa di tahun 2023, nilai pendapatan pelaku kejahatan dari aktivitas penipuan dan peretasan kripto terpantau turun, masing-masing sebesar 29,2% dan 54,3%.
  • promo

Berdasarkan data dari Chainalysis dalam laporan bertajuk “The Chainalysis 2024 Crypto Crime Report”, aktivitas pencucian uang berbasis kripto mulai mengalami pergeseran—dari sebelumnya menggunakan Bitcoin (BTC), kini berubah menjadi stablecoin. Perubahan itu mulai terjadi pada tahun 2022 dan berlanjut di tahun 2023 kemarin.

Chainalysis menyebutkan perubahan pola itu terjadi seiring dengan meluasnya adopsi stablecoin di arus utama. Meskipun kemampuan Bitcoin, baik dari sisi harga maupun kapitalisasi pasar, tetap tidak terbantahkan, namun aktor jahat mulai menggunakan alternatif lain yang dirasa lebih mudah digunakan.

“Perubahan itu terjadi bersamaan dengan pertumbuhan dalam pangsa stablecoin di seluruh aktivitas kripto secara keseluruhan, termasuk aktivitas yang sah.”

Grafik volume transaksi ilegal berdasarkan jenis aset (2018 – 2023) | Sumber: Chainalysis

Perusahaan keamanan blockchain itu juga menyoroti naiknya jumlah pencucian uang berbasis kripto, yakni dari US$20,6 miliar di tahun 2022 menjadi US$24,2 miliar pada akhir tahun lalu. Walaupun memang dari seluruh aktivitas gelap yang terjadi tidak seluruhnya menggunakan jenis kripto berupa stablecoin, tetap saja hal itu menunjukkan fakta yang mengkhawatirkan.

Kejahatan di Darknet dan Ransomware Tetap Gunakan Bitcoin

Meski demikian, beberapa jenis kejahatan, seperti penjualan di pasar darknet maupun untuk meminta uang tebusan hasil dari ransomware, masih tetap mengandalkan Bitcoin sebagai sarana pencucian uang.

Sementara itu, untuk jenis kejahatan lain, seperti penipuan atau transaksi kripto yang dilarang di yurisdiksi tertentu, banyak menggunakan stablecoin.

“Entitas yang terkena sanksi, maupun mereka yang beroperasi di wilayah dalam daftar sanksi dan terlibat dengan pendanaan terorisme, bakal menghadapi tantangan untuk bisa mengakses dolar AS lewat cara tradisional. Oleh karena itu, mereka memiliki insentif yang lebih besar untuk menggunakan stablecoin,” tambah Chainalysis.

Penggunaan kripto, termasuk stablecoin, di wilayah yang terkena sanksi menyumbang sebesar US$14,9 miliar atau sekitar 61,5% dari total seluruh pencucian uang yang melibatkan aset kripto di tahun lalu.

Menariknya, jika dilihat secara global, industri stablecoin sebenarnya mengalami tekanan yang cukup berat di tahun lalu. Merujuk pada data Moody’s, sampai dengan September kemarin, ada 1.914 stablecoin yang sempat kehilangan paritasnya (depeg). Dari jumlah itu, sebanyak 609 peristiwa depeg dialami oleh stablecoin berkapitalisasi jumbo.

Namun, nyatanya hal itu tetap tidak menghalangi pertumbuhan dalam hal adopsi. Circle, penerbit stablecoin USD Coin (USDC), mengungkapkan di tengah penurunan total pasokan koin yang beredar, yaitu dari US$45 miliar menjadi US$25 miliar sampai November 2023, rupanya jumlah pengguna USDC wallet dengan saldo US$10 justru tumbuh 59%.

Nilai Pendapatan dari Peretasan Kripto Turun hampir 55%

Selain itu, laporan Chainalysis juga mengungkapkan bahwa di tahun 2023, nilai pendapatan pelaku kejahatan dari aktivitas penipuan dan peretasan kripto terpantau turun, masing-masing sebesar 29,2% dan 54,3%.

Lebih lanjut, Chainalysis menemukan bahwa teknik penipuan yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan modus romance scam.

Dalam skema tersebut, para aktor jahat memilih untuk membangun hubungan palsu dengan target, lalu mengarahkannya untuk mencoba peluang investasi bodong. Strategi tersebut paling banyak terjadi ketika pasar sedang bullish, sehingga lebih mudah bagi pelaku untuk memberikan iming-iming keuntungan selangit.

Chainalysis menambahkan penurunan pendapatan dari mekanisme peretasan menunjukkan bahwa protokol decentralized finance (DeFi) sudah meningkatkan praktik keamanannya.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori