Di tengah rentetan keruntuhan crypto exchange FTX pada November tahun lalu, Alameda Research telah mengajukan sebuah gugatan hukum kepada perusahaan pengelola aset K5 Global dan pendirinya. Tujuan dari gugatan tersebut adalah demi mendapatkan kembali dana senilai US$700 juta (sekitar Rp10,531 triliun) yang didonasikan oleh pendiri FTX, Sam Bankman-Fried (SBF), beberapa hari sebelum FTX runtuh.
Pihak penggugat mengatakan bahwa SBF mengotorisasi transfer senilai US$700 juta dengan harapan untuk mempererat relasinya dengan Michael Kives, salah satu pendiri K5 Global yang juga pernah menjabat sebagai asisten politisi Hillary Clinton.
Merujuk pada gugatan tersebut, Sam Bankman-Fried ingin agar memiliki hubungan baik dengan Kives. Reuters melaporkan bahwa pendiri FTX tersebut sempat menyebut bahwa Kives adalah “orang yang paling punya koneksi” yang pernah ia temui.
SBF digambarkan sebagai sosok pengusaha kripto yang senang berteman. Oleh karena itulah, ia pun tak segan untuk menghambur-hamburkan uang agar bisa mendapatkan teman dengan cepat. Menurut pandangan penggugat, penerima dana US$700 juta tersebut lebih dari sekadar teman, alih-alih rekan bisnis.
Juru Bicara K5 Global Sebut Dana dari SBF adalah Investasi yang Sah
Meski begitu, melalui sebuah email kepada redaksi BeInCrypto dan beberapa media lainnya, Elizabeth Ashford, juru bicara K5 Global, membantah klaim tersebut. Ia mengaku bahwa investasi tersebut bersifat sukarela.
“Keyakinan kami adalah gugatan tersebut tidak berdasar,” tulis Ashford dalam emailnya kepada BeInCrypto.
Selanjutnya, pada email itu, Ashford juga menjelaskan K5 sebagai perusahaan pengelola aset yang mapan. Maka dari itu, adalah hal yang sah jika mereka melakukan bisnis dengan SBF kala itu.
“K5 adalah sebuah perusahaan modal ventura dengan lebih dari US$1 miliar aset dalam kelolaannya (di samping dana dari SBF dan afiliasinya) dan memiliki investasi di 148 perusahaan,” tutur Ashford.
Lebih lanjut, Ashford menguraikan bahwa di pertengahan tahun 2022, sebuah afiliasi dari SBF dan Alameda Research membuat kesepakatan untuk membeli sepertiga dari kemitraan umum K5. Kesepakatan itu melibatkan uang tunai dan saham. Pada akhirnya, afiliasi tersebut membuat investasi bernilai US$500 juta dalam dana kelolaan K5.
Menurut sudut pandang K5, pada waktu itu, tidak ada alasan bagi pihaknya untuk melihat investasi tersebut bersifat ilegal dan tidak pantas.
Menariknya, meskipun mengaku memiliki jumlah dana kelolaan dalam jumlah fantastis, berdasarkan penelusuran redaksi BeInCrypto, K5 menuliskan pada laman LinkedIn miliknya bahwa jumlah karyawan perusahaan sebanyak “2 – 10 karyawan”.
Komplikasi di Tubuh FTX Group
Gugatan hukum dari Alameda Research terhadap K5 Global ini menjadi perkembangan terbaru dalam proses kebangkrutan FTX yang masih berlarut-larut.
Sampai saat ini, di bawah manajemen baru yang dipimpin oleh John J. Ray III, FTX sudah melancarkan sejumlah upaya untuk memperoleh kembali dana perusahaan agar bisa memberikan kompensasi kepada para pelanggannya.
Di bulan Maret kemarin, Alameda Research sudah melayangkan gugatan kepada Grayscale Investment. Lewat gugatan itu, Alameda menuduh bahwa Grayscale telah melakukan salah urus, yang tercermin dari tingginya biaya manajemen.
Selain itu, Alameda juga menuding Grayscale mencegah pemegang saham untuk menebus kepemilikan sahamnya. Menurut pihak Alameda, pencegahan penebusan itu mengakibatkan nilai saham Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) dan Grayscale Ethereum Trust (ETHE) terdiskon hingga 90%.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.