Trusted

Elon Musk Rilis Proyek xAI, Harga Sejumlah Token AI Alami Kenaikan

3 mins
Diperbarui oleh Ahmad Rifai
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Usai Elon Musk rilis proyek xAI, harga sejumlah token artificial intelligence (AI) terpantau mengalami kenaikan.
  • xAI diharapkan dapat berperan dalam mencari kebenaran maksimum yang mencoba memahami sifat alam semesta.
  • Kabar ini datang setelah pemilik Twitter soroti aksi pengumpulan data dalam jumlah besar yang dilakukan raksasa teknologi maupun startup yang mengerjakan proyek AI.
  • promo

Harga sejumlah token dari proyek kripto yang terkait dengan artificial intelligence (AI) terpantau mengalami kenaikan. Kabar ini datang setelah Elon Musk memperkenalkan xAI pada hari Rabu (12/7) pukul 23:23 WIB.

Sang pemilik platform media sosial Twitter ini menulis, “Mengumumkan formasi dari xAI untuk memahami realitas.”

Dalam kesempatan berbeda, akun Twitter xAI bertanya, “Apa pertanyaan paling mendasar yang belum terjawab?”

Setelah pengumuman perusahaan AI yang didukung Elon Musk ini, beberapa token dari dari proyek kripto yang terkait dengan AI seperti SingularityNET (AGIX) sempat naik lebih dari 6%. Sementara Fetch.ai (FET) sempat naik sekitar 3%.

Berdasarkan data CoinGecko, market cap atau kapitalisasi pasar dari deretan token yang masuk dalam kategori AI naik sekitar 3,6% dalam 24 jam terakhir.

Sejumlah token AI mendapat minat yang cukup tinggi dalam jangka pendek pada awal tahun 2023. Salah satu alasannya disebabkan oleh demam AI di seluruh dunia yang mencuri perhatian dari berbagai kalangan, baik itu investor venture capital (VC) hingga masyarakat umum.

Sekilas tentang xAI

xAI adalah perusahaan terpisah dari X Corp yang merupakan perusahaan induk dari Twitter. Namun, xAI akan bekerja sama dengan Twitter, Tesla, dan perusahaan lain dalam rangka membuat kemajuan untuk mencapai misi mereka.

Sebagai informasi, xAI bertujuan untuk memahami sifat sebenarnya dari alam semesta. Proyek ini akan mengadakan diskusi di Twitter Spaces pada hari Jumat (14/7) mendatang.

Adapun xAI dipimpin oleh Elon Musk, selaku CEO Tesla dan SpaceX. Tim xAI diklaim telah bekerja di DeepMind, OpenAI, Google Research, Microsoft Research, Tesla, dan Universitas Toronto. Tim xAI akan dibimbing oleh Dan Hendrycks yang saat ini menjabat sebagai direktur di Center for AI Safety.

“Secara kolektif, kami menyumbangkan beberapa metode yang paling banyak digunakan [dalam dunia AI]. Selanjutnya, kami memperkenalkan teknik dan analisis inovatif seperti Transformer-XL, Autoformalization, Memorizing Transformer, Batch Size Scaling, dan μTransfer,” bunyi penjelasan dalam situs web xAI.

xAI mengaku bahwa tim di balik proyek ini telah mengerjakan dan memimpin pengembangan beberapa terobosan terbesar yang mungkin terkait dengan bidang AI, termasuk AlphaStar, AlphaCode, Inception, Minerva, GPT-3.5, dan GPT-4.

Sikap Elon Musk pada Booming AI

Sebelumnya pada 17 April lalu, Elon Musk mengatakan bahwa dia ingin membuat TruthGPT sebagai alternatif ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI.

Kala itu, proyek AI tersebut diharapkan dapat berperan dalam mencari kebenaran maksimum yang mencoba memahami sifat alam semesta.

Beberapa minggu sebelumnya, Elon Musk mengatakan kepada BBC bahwa Twitter yang turut bermaksud mengejar pengembangan teknologi generative AI adalah perusahaan non-profit atau nirlaba. Begitu juga xAI, startup baru yang diam-diam didirikan Elon Musk pada 9 Maret 2023.

Dalam laporan CNBC pada April lalu, Elon Musk mengakui bahwa pihaknya sangat terlambat dalam perlombaan chatbot AI. Namun, dia masih termotivasi untuk mencoba karena kekhawatiran atas kemitraan OpenAI dengan Microsoft dan Google yang mendominasi market.

“Saya pasti terlambat memulai, tetapi saya akan mencoba membuat opsi ketiga [dari Microsoft dan Google]. Ini mungkin jalan terbaik menuju keselamatan. Sebab, AI yang peduli memahami alam semesta tidak mungkin memusnahkan manusia karena kita adalah bagian yang menarik dari alam semesta,” terang Elon Musk.

Mundur pada 22 Maret lalu, Elon Musk bersama sejumlah tokoh terkemuka seperti co-founder Apple, Steve Wozniak, hingga co-founder Ripple dan Getty Images, menyerukan penghentian sementara pengembangan AI tingkat lanjut.

Surat terbuka itu memperingatkan bahwa sistem AI seperti GPT-4 dari OpenAI menjadi pesain manusia dalam tugas-tugas umum dan berpotensi menimbulkan risiko bagi umat manusia.

Mereka meminta berbagai laboratorium AI untuk menghentikan pelatihan teknologi apa pun yang lebih kuat dari GPT-4 selama 6 bulan, sementara bahaya dari teknologi baru ini akan dinilai dengan benar.

Desakan ini mengutip kekhawatiran tentang penyebaran informasi yang salah, risiko otomatisasi di pasar tenaga kerja, dan kemungkinan hilangnya kendali atas peradaban.

Menariknya, memasuki 2 Juli kemarin, Elon Musk mengumumkan bahwa Twitter melakukan pembatasan terkait jumlah tweet per hari yang bisa dibaca oleh pengguna. Elon Musk mengklaim hal itu dilakukan untuk mengatasi scraping atau pengikisan data dan manipulasi sistem dalam tingkat yang ekstrem.

Adapun scraping data yang dikutip Elon Musk menyoroti aksi pengumpulan data dalam jumlah besar yang dilakukan oleh raksasa teknologi maupun startup yang mengerjakan proyek AI.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori