Sejak Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS menyetujui exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot pada tanggal 11 Januari 2024, pasar kripto telah mengalami pemulihan yang signifikan. Puncaknya terjadi pada 14 Maret 2024, yakni ketika Bitcoin (BTC) mencetak rekor harga tertinggi sepanjang masa (all-time high / ATH) baru di US$73.737.
Faktanya, tren naik ini tidak hanya terjadi di AS. Hong Kong baru saja meluncurkan ETF Bitcoin dan Ethereum spot, sementara Australia sedang bersiap untuk meluncurkan ETF Bitcoin spot versi mereka sendiri.
Alhasil, antusiasme global ini mencerminkan pandangan optimistis komunitas pada Bitcoin, tidak hanya sebagai mata uang tetapi juga tandingan digital yang potensial untuk emas.
Bisakah ETF Bitcoin Bantu Pertahankan Bull Rally 8 Tahun?
Narasi Bitcoin sebagai alat penyimpan nilai (store of value) serta lindung nilai terhadap inflasi (inflation hedge) membuatnya semakin mirip dengan pasar emas. Dan perbandingannya pun sekarang meluas ke ETF mereka masing-masing. Berbagai contoh historis menyajikan alur cerita yang menarik.
Peluncuran ETF emas di tahun 2004 silam memicu bull market yang berlangsung nyaris 8 tahun. ETF emas pertama, SDPR Gold Shares, melantai di New York Stock Exchange (NYSE) pada 1 November 2004, ketika harga emas mencapai US$450,80 per ons. Harga emas kemudian terus naik secara konsisten dan mencapai US$1.825 pada tanggal 1 Agustus 2011. Lalu, di tahun 2024, emas berhasil mencapai harga US$2.392, tepatnya tanggal 19 April.
Menariknya, menurut sebuah postingan YouTuber kripto Altcoin Daily di X (sebelumnya Twitter), ETF Bitcoin BlackRock dalam 70 hari berhasil mencapai jumlah aset kelolaan (AUM) yang butuh lebih dari 800 hari untuk diraih oleh ETF emas. Ia pun menyoroti jumlah permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Bitcoin dibandingkan dengan masa-masa awal emas di ranah ETF.
“Ini baru permulaan…”
Altcoin Daily
Mendukung perspektif ini, analis Bitcoin Willy Woo menyoroti dinamika fiskal saat ini.
“Sekarang, tingkat inflasi moneter Bitcoin telah turun di bawah Emas. Menarik untuk melihat apakah kapitalisasi pasarnya bisa melampaui emas, sesuai dengan tesis stock to flow [S2F].”
Willy Woo, Analis Bitcoin
Ia mengantisipasi bahwa Bitcoin akan mencapai valuasi seperti yang S2F prediksi, namun dengan keterlambatan 5-10 tahun. Hal ini lantaran laju adopsi sistem keuangan global terhadap inovasi ini yang relatif lebih lambat.
Di samping itu, arsitektur teknologi Bitcoin mungkin memberinya keunggulan tersendiri dibandingkan emas. Peristiwa seperti halving empat tahunan dirancang untuk mengurangi jumlah Bitcoin baru yang masuk ke pasar, yang secara teori mengerek naik nilainya dari waktu ke waktu.
Nyatanya, secara historis, periode pasca-halving telah menyebabkan kenaikan harga yang substansial. Sebagai contoh, setelah halving 2012, harga Bitcoin melejit dari US$12 menjadi di atas US$1.000 di akhir 2013. Demikian pula, halving tahun 2016 membuat harga BTC melesat dari sekitar US$650 menjadi nyaris US$20.000 di Desember 2017. Terakhir, halving tahun 2020 sukses mendongkrak naik harga Bitcoin dari kisaran US$8.000 menjadi US$69.000 di November 2021.
Pola-pola ini menunjukkan prospek bullish, meskipun dengan catatan penting bahwa lonjakan harga biasanya bersifat jangka panjang alih-alih secara langsung. Analis ternama PlanB menegaskan kembali hal ini. Sang analis memprediksi pertumbuhan yang signifikan di masa depan terlepas dari fluktuasi jangka pendek.
PlanB mencatat prospek bullish yang selaras dengan data historis dan analisis pasar meskipun ada variasi pasar saat ini.
“BTC > US$100.000 di tahun 2024. Puncak BTC > US$300.000 di tahun 2025.”
PlanB, Analis Ternama
Harga Turun kendati ETF Sukses
Namun, terlepas dari optimisme spekulatif dan juga tren historis, pergerakan pasar saat ini menunjukkan kisah yang berbeda. Pada saat publikasi artikel ini, harga Bitcoin berkisar di level US$62.035, turun tipis 0,47% dalam 24 jam terakhir.
Begitu pula, emas spot juga mengalami pergerakan yang moderat, berkitar di harga US$2.311. Angka ini mewakili penurunan sekitar 1,02% dari harga sehari sebelumnya.
Lebih lanjut, data dari SoSo Value menunjukkan bahwa ETF Bitcoin spot AS telah mencatat arus keluar harian sebesar US$51,53 juta per 29 April 2024. Ini menandai hari keempat berturut-turut dalam raihan arus negatif. Bahkan, iShares Bitcoin Trust (IBIT) dari BlackRock, yang sebelumnya menyandang gelar top performer, terpantau tidak mencatat arus masuk baru sama sekali selama periode yang sama.
- Baca Juga: Apa Itu Bitcoin ETF?
Dengan demikian, sejumlah indikator ini menunjukkan pendekatan yang hati-hati. Meskipun antusiasme pada ETF Bitcoin sangat terasa, dan perbandingannya dengan reli yang digerakkan oleh ETF emas sangat menggiurkan, realitas di lantai perdagangan menunjukkan volatilitas dan ketidakpastian yang spekulatif.
Dengan jalinan kompleks antara teknologi, ekonomi, dan regulasi global, Bitcoin menyuguhkan panorama investasi yang unik. Bitcoin mungkin saja atau mungkin juga tidak serta-merta menyusul jejak kenaikan historis emas. Karena itu, baik investor maupun pengamat sama-sama akan mendapat manfaat dari mengamati perkembangan ini dengan saksama, dengan tetap mempertimbangkan potensi serta risiko yang ada dalam kelas aset digital ini.
Bagaimana pendapat Anda tentang potensi Bitcoin untuk mengulang sejarah emas dengan bull rally 8 tahun? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.