Trusted

F2Pool Terbongkar Terapkan Filter Transaksi Bitcoin

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Muncul kabar bahwa kemungkinan F2Pool menyensor transaksi Bitcoin dari sejumlah alamat yang terkena sanksi pemerintah AS.
  • Hal ini lantas menimbulkan kontroversi, karena transaksi Bitcoin yang kebal terhadap sensor (censorship resistance) adalah prinsip utama dari blockchain Bitcoin.
  • Merespon kegaduhan terbaru di komunitas Bitcoin, co-founder F2Pool, Chun Wang, mengunggah cuitan di media sosial X (Twitter). Namun, saat ini, beberapa cuitan tersebut telah dihapus.
  • promo

F2Pool, Bitcoin mining pool terbesar ketiga di dunia, memicu kemarahan komunitas Bitcoin setelah muncul laporan bahwa entitas itu mungkin menyensor transaksi Bitcoin dari sejumlah alamat yang terkena sanksi pemerintah Amerika Serikat (AS).

Kabar ini mencuat setelah ada seorang detektif blockchain yang menguak temuannya. Salah satu pemimpin proyek F2Pool kemudian mengonfirmasi laporan tersebut.

Hal ini lantas menimbulkan kontroversi, karena transaksi Bitcoin yang kebal terhadap sensor (censorship resistance) adalah prinsip utama dari blockchain Bitcoin.

Di sisi lain, jaringan Bitcoin yang kebal terhadap sensor dinilai oleh sejumlah pejabat pemerintah di seluruh dunia dapat digunakan oleh pelaku kriminal hingga terorisme.

F2Pool Terapkan Filter Transaksi Bitcoin

0xB10C, blogger yang berfokus pada pengembangan Bitcoin, menulis pada hari Senin (20/11) bahwa proyek miningpool-observer miliknya mendeteksi 6 pengeluaran transaksi yang hilang dari alamat yang terkena sanksi OFAC.

OFAC adalah singkatan dari Kantor Pengawasan Aset Asing yang bernaung di bawah Departemen Keuangan AS. Instansi ini merupakan lembaga utama dari upaya pemerintah AS untuk menegakkan sanksi ekonomi ke individu, organisasi, atau negara lain.

“Transaksi yang hilang dari blok F2Pool kemungkinan besar telah disaring,” tulis 0xB10C.

Sekilas tentang Bitcoin Mining Pool

Sebagai informasi, Bitcoin mining pool adalah tempat para operator yang bekerja untuk mengonfirmasi transaksi di jaringan Bitcoin.

Mereka bergabung bersama untuk mengkoordinasikan upaya tersebut dan kemudian berbagi imbalan yang dihasilkan. Tujuan hadirnya Bitcoin mining pool biasanya untuk memberikan aliran pendapatan yang lebih stabil.

Karena sebuah Bitcoin mining pool pada akhirnya mengendalikan sebagian besar pemrosesan jaringan atau hash power, maka keputusan yang mereka ambil dapat mempunyai konsekuensi yang luas.

Meski begitu, peserta dalam Bitcoin mining pool dapat relatif mudah untuk beralih ke Bitcoin mining pool lainnya.

Adapun F2Pool bertanggung jawab atas sekitar 13,68% blok Bitcoin yang ditambang selama setahun terakhir. Mereka menjadi yang terbesar ke-3 setelah Foundry USA yang bertengger di tempat ke-1 dengan porsi 30,31% blok, dan AntPool di posisi ke-2 dengan capaian 22,19% blok.

Co-founder F2Pool Buat Pernyataan Blunder

Merespon kegaduhan terbaru di komunitas Bitcoin, co-founder F2Pool, Chun Wang, mengunggah cuitan di media sosial X (Twitter).

“Mengapa Anda merasa terkejut ketika saya menolak mengonfirmasi transaksi para penjahat, diktator, atau teroris tersebut? Saya berhak untuk tidak mengonfirmasi transaksi apa pun dari Valdimir Putin (Presiden Rusia) dan Xi Jinping (Presiden Cina), bukan?”

Saat ini, cuitan yang diunggah pada hari Rabu (22/11) kemarin itu telah dihapus.

Dia lantas menulis, “Sistem yang tahan sensor harus dirancang untuk menolak sensor di tingkat protokol, daripada pengandalkan setiap peserta untuk bertindak dengan hati-hati dan menahan diri dari sensor. Internet dan TCP/IP telah gagal dalam hal ini. Bitcoin harus belajar dari kegagalan.”

Beberapa jam setelah itu, Chun Wang mengaku, “Akan menonaktifkan patch pemfilteran transaksi [Bitcoin] untuk saat ini, hingga komunitas mencapai konsensus yang lebih komprehensif mengenai topik ini.” Kini, cuitan tersebut juga telah dihapus.

Menanggapi hal itu, akun Pledditor yang memiliki 16,4 ribu followers mengatakan, “F2Pool seharusnya tetap menjalankan filter yang menyensor transaksi Bitcoin dari alamat yang terkena sanksi AS. Namun, mereka tidak akan melakukannya karena terlalu takut bahwa para Bitcoin miner akan mengarahkan hash mereka ke tempat lain dan F2Pool menjadi tidak relevan.”

Menanggapi adanya sensor yang dilakukan oleh Bitcoin mining pool, akun Timechain mencatat kemungkinan besar Jaringan Penegakan Kejahatan Keuangan AS (FinCEN) merencanakan serangan 51% ke jaringan Bitcoin pada siklus kali ini.

Menurutnya, “Jika demikian, ini mungkin merupakan ujian game theory dan membuktikan bahwa desentralisasi Bitcoin miner tidak diukur dengan seberapa terdistribusi hashrate [total daya komputasi gabungan untuk menambang dan memproses transaksi Bitcoin] di berbagai Bitcoin mining pool, tetapi kemudahan untuk beralih di antara Bitcoin mining pool.”

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | Oktober 2024
Platform kripto terbaik di Indonesia | Oktober 2024
Platform kripto terbaik di Indonesia | Oktober 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori