Lihat lebih banyak

Genjot Efisiensi, Singapura Pacu Sistem Pembayaran Berbasis Blockchain

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Singapura mulai memikirkan cara untuk bisa menghadirkan sistem pembayaran yang cepat tapi juga efisien secara biaya.
  • Tingginya volume transaksi lintas batas di Negeri Singa jadi alasan untuk hadirkan layanan keuangan yang lebih mapan.
  • Kini, regulator Singapura berniat melahirkan sistem pembayaran berbasis blockchain untuk menjawab tantangan & kebutuhan.
  • promo

Singapura mulai memikirkan cara untuk bisa menghadirkan sistem pembayaran yang cepat tapi juga efisien secara biaya. Tingginya volume transaksi lintas batas di Negeri Singa menjadi alasan kuat bagi pemerintah untuk menghadirkan layanan keuangan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan pelaku usaha secara lebih mapan.

Sebagai salah satu opsinya, Monetary Authority of Singapore (MAS) berniat melahirkan sistem pembayaran berbasis blockchain yang diharapkan mampu menjawab segala tantangan dan juga kebutuhan.

Dalam pidatonya pada hari Senin (10/10), Managing Director MAS, Ravi Menon, mengatakan terdapat 2 tantangan dalam layanan keuangan tanpa batas dan hal tersebut sebenarnya dapat diselesaikan dengan baik oleh kehadiran lembaga keuangan berbasis teknologi (fintech). Hal itu termasuk konektivitas pembayaran, terutama untuk transaksi pembayaran lintas batas dan transaksi keuangan berkelanjutan.

“Transaksi pembayaran lintas batas saat ini tidak cocok untuk diaplikasikan pada abad 21. Pasalnya, hal itu terlalu lambat, mahal, bergantung pada jaringan kuno bank koresponden, dan juga buram,” jelas Ravi Menon.

Dikatakan mahal, karena menurut data Bank Dunia, biaya rata-rata pengiriman uang lintas batas pada Juni 2022 mencapai 6,01%. Perbankan menjadi lembaga keuangan yang paling mahal memungut biaya pengiriman lintas batas, dengan persentase mencapai 10,92%. Sementara itu, mobile money menjadi alat pengiriman uang termurah yang digunakan untuk mengirim maupun menerima uang dari dan ke luar negeri.  

Terkait hal ini, beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan tantangan pembayaran lintas batas adalah dengan menyediakan konektivitas di antara sistem pembayaran yang lebih cepat dan membangun platform yang bisa digunakan oleh banyak pihak seperti multi central bank digital currency (CBDC).

“Cara berikutnya adalah dengan memperluas jaringan pembayaran berbasis blockchain yang dikelola oleh pihak swasta,” ungkap Menon.

CBDC & Blockchain Percepat Sistem Pembayaran

Lewat pemanfaatan teknologi blockchain dan CBDC, hal itu dipercaya dapat meningkatkan sistem pembayaran. Pasalnya, penggunaan distributed ledger untuk penyelesaian transaksi lintas batas tidak terbatas pada CBDC semata.

Stablecoin yang didukung dengan aman atau setoran bank token yang dikeluarkan oleh perusahaan swasta juga dapat digunakan untuk memungkinkan pembayaran dan penyelesaian lintas batas yang lebih murah dan cepat.

Ravi Menon mencontohkan bahwa stablecoin, seperti USD Coin (USDC) dan Pax Dollar (USDP), telah berhasil memperluas jaringan dan kemitraan dengan perusahaan keuangan tradisional. Proses penyelesaian transaksi terjadi secara online dan real-time.

“USDC dikeluarkan oleh perusahaan fintech bernama Circle, sedangkan USDP dirilis oleh Paxos. Keduanya berhasil menghasilkan biaya yang lebih rendah dan programabilitas yang menarik,” urainya.

105 Negara Jajaki Kemungkinan CBDC

Singapura merupakan salah satu negara dari sekian banyak negara yang tengah merancang pemanfaatan CBDC dalam sistem pembayaran di wilayah mereka.

Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saat ini terdapat 105 negara atau 95% dari produk domestik bruto (PDB) global yang sedang menjajaki kemungkinan peluncuran CBDC. Jumlah tersebut jauh meningkat dari posisi Mei 2020, ketika hanya ada 35 negara yang menyatakan tengah mengkaji potensi CBDC.

Kehadiran CBDC diharapkan dapat meningkatkan fungsi sistem pembayaran dan pengawasan keuangan, khususnya dengan meminimalkan risiko pemalsuan dan mengurangi jumlah transaksi moneter yang dilakukan oleh bank umum.

“Selain itu, CBDC juga bisa membatasi penghindaran pajak dan menindak perilaku shadow banking serta pencucian uang,” jelas riset tersebut.

Namun, perlu dipahami bahwa pemanfaatan teknologi baru selalu memiliki dua sisi mata uang. Pasalnya, penggunaan CBDC secara luas juga berpotensi melemahkan sistem perbankan. Hal ini bisa terjadi lantaran jumlah pembayaran yang menggunakan bank komersial akan meningkat dengan drastis.

Bagaimana pendapat Anda tentang upaya Singapura untuk mengeksplorasi opsi pembayaran berbasis blockchain? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori