Sejarah mengatakan, koreksi harga Bitcoin (BTC) adalah suatu keniscayaan baik itu di kala bull market maupun tidak. Namun, siklus kali ini berbeda, terutama karena BTC sudah lebih dulu mencetak rekor harga tertinggi baru sepanjang masa (all-time high / ATH) sebelum Bitcoin halving bulan April lalu.
Sejak booming pada kuartal I/2024, harga aset kripto ini terus melandai. Analisis on-chain membocorkan prediksi harga Bitcoin. Yang menjadi pertanyaan, akankah ada jeda, ataukah kita justru bakal menghadapi putaran penurunan lagi?
Bitcoin Merosot ke Titik Krusial
Pada Q1, arus masuk ke ETF Bitcoin yang disetujui sukses mengerek harga naik hingga ke US$73.750. Namun, selama beberapa bulan terakhir, terjadi kelangkaan modal institusional. Dengan demikian, ETF tidak lagi menentukan arah pergerakan koin ini.
Sebaliknya, aktivitas Short-Term Holder (STH) terpantau menggerakkan aksi BTC. STH sendiri adalah kalangan investor yang membeli Bitcoin dalam 155 hari terakhir. Untuk menilai potensi Bitcoin dalam jangka pendek, kita akan menganalisis STH Realized Price.
Sementara, STH-Realized Price, juga dikenal sebagai dasar biaya on-chain, mengacu pada harga rata-rata pasokan STH, yang dinilai pada periode di mana setiap koin terakhir kali ditransaksikan di blockchain.
Pada saat publikasi, BTC diperdagangkan seharga US$62.367. Namun, menurut Glassnode, STH-Realized Price bertengger di angka US$64.410.
Secara historis, ketika metrik ini terjun ke bawah nilai koin, kondisi itu menyokong harga. Oleh karena itu, terjadilah lonjakan ke harga yang lebih tinggi dalam waktu singkat. Di sisi lain, kenaikan di atas harga Bitcoin menyebabkan aset kripto yang bersangkutan mengalami penurunan lebih lanjut.
BeInCrypto menemukan bukti ini setelah memeriksa kinerja pada tahun 2018 dan 2021. Misalnya, pada Desember 2021, STH Realized Price adalah US$52.967. Pada saat itu, BTC terperosok parah ke US$50.492.
Dalam waktu kurang dari dua bulan, harga turun menjadi US$42.721. Pada Januari 2018 silam, juga tidak ada bedanya. Realized Price berkitar di US$11.012 dan BTC di kitaran US$9.965. Parahnya lagi, sebelum Maret, harga sempat amblas ke level US$7.852.
Crypto Whale & Investor Ritel Kehilangan Kepercayaan pada Bitcoin
Jika Bitcoin gagal menanjak ke atas metrik yang disebutkan di atas, maka aksi turun lebih lanjut menuju US$60.000 bukanlah mustahil. Sementara harga Bitcoin telah beberapa kali jatuh, akumulasi yang crypto whale lancarkan berhasil mencegahnya dari koreksi parah lainnya.
Namun, posisi itu nampaknya telah berubah berdasarkan indikator “Balance By Holdings”. Metrik on-chain ini memberi tahu apakah holder menambah saldo mereka dan menjual sejumlah koin. Namun kali ini, bukan hanya crypto whale yang melepaskan sebagian koin mereka. Kelompok ritel melakukan hal yang sama.
Dalam 30 hari terakhir, alamat yang memegang BTC senilai US$100 hingga US$10 juta telah menjual aset. Menganut hukum dasar penawaran dan permintaan (demand and supply), aksi jual ini membuat Bitcoin berisiko mengalami penurunan masif.
Sementara itu, Checkmatey, seorang analis pseudonim, memposting di X bahwa konsolidasi dan koreksi diperlukan sebelum harga BTC bisa menanjak naik lagi.
“Setelah 18 bulan aksi harga naik murni, periode beberapa bulan konsolidasi dan koreksi tidak hanya diantisipasi tetapi diperlukan.”
Checkmatey, Analis Pseudonim
Tidak Ada Support yang Terlihat untuk Harga BTC
Pada time frame 4 jam, Bitcoin mencerminkan pola yang menyebabkan penurunan harga pada tanggal 12 Juni. Saat itu, BTC longsor dari US$69.747 ke US$66.633. Pada tanggal 20 Juni, hal serupa terjadi lagi kala harga turun dari US$66.292 ke US$63.811.
Adapun validasi untuk pergerakan ini berpotensi mengantarkan BTC ke level US$61.560 sebagai permulaan. Jika para bull gagal mempertahankan level ini, harga koin terancam jeblok ke bawah ambang batas US$60.000.
Selanjutnya, indikator Aroon memancarkan adanya penurunan. Indikator Aroon sendiri membantu para trader untuk mengidentifikasi arah tren suatu aset kripto. Indikator ini terbagi menjadi — Aroon Up (oranye) dan Aroon Down (biru).
Ketika Aroon Up lebih tinggi, itu berarti harga akan bergerak naik. Sebaliknya, harga akan turun jika garis Aroon Down melampaui garis Aroon Up. Pada saat publikasi, Aroon Down jauh lebih tinggi, yang artinya Bitcoin akan terus melemah.
- Baca Juga: Apa itu ETF Ethereum?
Walau demikian, arus masuk ke produk ETF Bitcoin juga dapat menggagalkan prediksi ini. Pekan lalu, produk keuangan ini telah mencatat arus keluar bersih, sehingga membantu menekan harga BTC untuk turun.
Jika arus modal ke dalam produk ini menanjak pekan ini, Bitcoin akan rebound (pulih). Sementara itu, katalis potensial lainnya yakni partisipasi ritel dan pertumbuhan jaringan. Bila dibandingkan dengan bull market sebelumnya, koin ini tidak memiliki kedua hal tersebut. Alih-alih, susutnya jumlah alamat unik baru menunjukkan buktinya.
Jika arus masuk peserta pasar ritel mulai membeli BTC dalam jumlah besar, harga BTC mungkin tidak akan anjlok sampai ke US$60.000. Sebaliknya, harga mungkin akan terpental ke US$66.000 atau US$67.000 dalam jangka pendek.
Bagaimana pendapat Anda tentang risiko harga Bitcoin terjun ke bawah level US$60.000? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.