Harga Bitcoin (BTC) melonjak tajam setelah mencapai titik terendah atau titik bottom lokalnya pada tanggal 15 Juni lalu. Saat ini, harganya nyaris menembus sebuah pola yang telah bertahan selama hampir tiga bulan.
Meskipun terjadi kenaikan harga, pergerakan wave count yang ada menunjukkan bahwa masih ada potensi aksi turun yang lebih lanjut ke depannya. Artinya, masih ada peluang terjadinya penurunan tajam lagi nantinya usai relief rally ini rampung.
Analisis teknikal pada time frame hariannya menunjukkan harga BTC telah tergelincir dalam descending parallel channel sejak awal April lalu. Channel semacam itu kerap dinilai sebagai pola korektif. Alhasil, aksi breakout dari channel tersebut menjadi skenario harga yang paling mungkin terjadi ke depannya.
Bitcoin Memantul, tapi Masih Belum Aman Sepenuhnya
Pada tanggal 15 Juni, harga BTC memantul (ikon hijau) di area pertemuan atau konfluensi beberapa level support di US$25.000. Area ini terbentuk oleh level support Fibonacci retracement 0.382 serta area support horizontal. Karena adanya konfluensi ini, area support tersebut punya peran yang sangat penting. Di sisi lain, sejak terjadinya aksi pemantulan itu, harga BTC telah bergerak naik menuju garis resistance channel tersebut.
Sebagai informasi, RSI adalah indikator momentum yang digunakan trader untuk mengecek apakah kondisi pasar sedang overbought (terlalu banyak yang beli) ataukah oversold (terlalu banyak yang jual), dan dari situ mereka bisa memutuskan apakah harus mengakumulasi ataukah menjual aset. Jika pembacaannya di atas 50 dan trennya naik, berarti para bull masih unggul. Sebaliknya, jika pembacaannya berkisar di bawah 50, kebalikannyalah yang akan terjadi. Sedangkan jika RSI berada di bawah 50, namun trennya naik, maka kondisi tersebut menandakan tren netral.
Sementara untuk kasus Bitcoin saat ini, indikator RSI telah bergerak secara bebas di atas dan di bawah 50 sejak tanggal 20 April (dalam sorotan). Jadi, hal ini juga dianggap sebagai sinyal tren yang belum dapat ditentukan.
Apakah Wave Count Harga BTC Bernada Bullish atau Bearish?
Analisis yang lebih mendalam pada pergerakan harga BTC menunjukkan bahwa teori Elliott Wave dan level Fibonacci menunjukkan potensi adanya penurunan lanjutan. Meskipun ada dua kemungkinan wave count yang masih berlaku, keduanya mengindikasikan bahwa saat ini harga BTC belum mencapai titik bottom.
Para analis teknikal biasanya menggunakan teori Elliott Wave sebagai sarana untuk mengidentifikasi pola harga jangka panjang dan psikologi investor yang berulang, yang kemudian bisa membantu mereka menentukan arah tren berikutnya.
Wave count utama menunjukkan bahwa harga Bitcoin telah mengalami koreksi dalam struktur korektif W-X-Y (hitam) sejak akhir Mei. Jika benar begitu, berarti saat ini harga Bitcoin sedang berada di dalam wave Y, yang merupakan wave terakhir sebelum terjadinya bullish reversal.
Di sisi lain, terlihat ada tiga level konfluensi di dekat area US$23.300, sehingga membuat level ini menjadi titik potensial bagi berakhirnya koreksi.
Pertama, area US$23.300 sejalan dengan level support Fibonacci retracement 0,5 (putih). Prinsip di balik level Fibonacci retracement ini mengisyaratkan bahwa setelah pergerakan harga yang signifikan ke arah tertentu, harganya akan mengalami retracement atau kembali sebagian ke level harga sebelumnya, sebelum bisa kembali melanjutkan pergerakan ke arah semula. Selanjutnya, titik terendah di dekat US$23.300 akan memberikan gelombang W:Y rasio yang tepat 1:1. Terakhir, area tersebut berimpit dengan garis support channel tadi.
Dengan adanya konfluensi ini, area tersebut harapannya dapat berperan sebagai titik bottom.
Sementara itu, wave count alternatifnya mengindikasikan bahwa harga BTC telah menyelesaikan pola leading diagonal sejak puncaknya pada bulan April lalu. Kendati pola ini sudah selesai, diagonal tersebut merupakan bagian dari struktur yang lebih besar, baik itu wave korektif A maupun wave bearish 1.
Ke Mana Arah Harga BTC Selanjutnya?
Alhasil, count atau hitungan ini akan menghasilkan lebih banyak kenaikan dalam jangka pendek. Namun, setelah reli selesai, diperkirakan akan terjadi penurunan tajam lainnya. Lalu, yang lebih parah, terancam bakal menyeret harganya turun setidaknya ke area support US$23.300 dan mungkin bahkan mencapai US$21.000.
Meskipun prediksi harga BTC dalam jangka pendek cenderung bearish, jika terjadi pergerakan di atas level tertinggi tahunan sebesar US$31.000 (garis merah), hal itu akan menunjukkan bahwa trennya bullish. Dalam skenario ini, pergerakan naik menuju US$40.000 akan menjadi skenario harga yang paling mungkin terwujud di masa depan.
Bagaimana pendapat Anda tentang proyeksi harga Bitcoin (BTC) ke depannya? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.