Lihat lebih banyak

Jaksa Korea Selatan Sebut Do Kwon dalam Pelarian & Tidak Bekerja Sama

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Jaksa Korea Selatan mengatakan bahwa Do Kwon “jelas dalam pelarian dan tidak bekerja sama” terkait investigasi kehancuran spektakuler proyek Terra.
  • Pernyataan ini muncul sebagai tanggapan atas klaim Do Kwon dalam cuitan di Twitter pada hari Minggu (18/9) dini hari.
  • Salah seorang perwakilan dari Kejaksaan Korea Selatan mengatakan bahwa mereka akan bekerja sama dengan badan investigasi lokal dan luar negeri untuk mengungkap kasus ini.
  • promo

Jaksa Korea Selatan pada hari Minggu (18/9) mengatakan bahwa Do Kwon, tokoh utama di balik proyek Terra, “jelas dalam pelarian dan tidak bekerja sama” terkait investigasi kehancuran spektakuler proyek kripto yang dia pimpin.

Pernyataan ini muncul sebagai tanggapan atas klaim Do Kwon dalam cuitan di Twitter pada hari Minggu (18/9) dini hari yang berbunyi, “Saya tidak ‘dalam pelarian’ atau hal yang serupa dari lembaga pemerintah mana pun yang telah menunjukkan minat untuk berkomunikasi. Kami bekerja sama penuh dan kami tidak menyembunyikan apa pun.”

Do Kwon menambahkan bahwa, “Kami sedang dalam proses membela diri di berbagai yurisdiksi. Kami telah memegang teguh integritas yang sangat tinggi, dan berharap untuk mengklarifikasi fakta selama beberapa bulan ke depan.”

Sang CEO Terraform Labs (TFL), perusahaan di balik blockchain Terra, itu dilaporkan belum bekerja sama terkait penyelidikan ini. Pada sekitar bulan Agustus lalu, Do Kwon mengatakan kepada jaksa Korea Selatan melalui pengacaranya bahwa dia tidak berniat hadir di hadapan jaksa untuk diinterogasi.

“Saat ini, kami sedang dalam proses untuk menemukan keberadaan Do Kwon dan menangkapnya,” jelas seseorang dari jaksa Korea Selatan. Dia menambahkan bahwa jaksa akan bekerja sama dengan badan investigasi lokal dan luar negeri untuk mengungkap kasus ini.

Sebelumnya, Reuters pada hari Sabtu (17/9) mengutip Singapore Police Force, bahwa Do Kwon tidak berada di Singapura. Kepolisian Singapura menyatakan bahwa mereka akan membantu polisi Korea Selatan dalam lingkup undang-undang domestik dan kewajiban internasionalnya.

Surat Perintah Penangkapan Do Kwon

Perhatian komunitas kripto kembali tertuju pada Do Kwon setelah Pengadilan Korea Selatan pada pada 14 September lalu dilaporkan mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi tokoh utama di balik proyek Terra itu. Kabar ini datang beberapa bulan setelah kehancuran ekosistem Terra yang menelan kerugian sekitar US$45 miliar pada pekan ke-2 Mei 2022.

Perintah penangkapan Do Kwon datang setelah ditemukan bukti dalam bentuk ‘surat berharga kontrak investasi’. Jaksa secara khusus menunjukkan tuduhan penipuan dan transaksi penipuan di bawah Undang-Undang (UU) Pasar Modal dalam surat perintah penangkapan Do Kwon.

Selain sang CEO TFL, disebutkan ada juga surat perintah yang dikeluarkan untuk penangkapan Nicholas Platias yang merupakan co-founder TFL, karyawan bernama Han Mo, dan 3 orang lainnya. Mereka juga didakwa melanggar UU Pasar Modal. Do Kwon dan 5 orang lainnya, pada saat berita ini terbit, diyakini masih tinggal di Singapura.

Berita yang beredar itu juga menyatakan bahwa surat perintah penangkapan berlaku selama 1 tahun, dan jaksa berharap dapat bekerja sama dengan interpol untuk melakukan penangkapan.

Melompat pada 15 September, Jaksa Korea Selatan disebut akan meminta Kementerian Luar Negeri negara itu untuk membatalkan paspor Do Kwon dan 5 orang lainnya. The Straits Times lalu pada 16 September melaporkan bahwa masa depan Do Kwon tidak pasti karena employment pass (EP) miliknya di Singapura hampir habis.

Do Kwon tampaknya telah mengajukan permohonan untuk memperbarui EP-nya, yang berakhir pada 7 Desember mendatang. Namun, hal ini mungkin dalam bahaya karena pihak berwenang Korea Selatan telah memiliki niat untuk membatalkan paspornya dalam upaya untuk memaksanya kembali ke negara asalnya.

Menilik Kinerja Harga Token LUNA, LUNC, & UST

TerraUSD (UST), yang pernah menjadi stablecoin terbesar ketiga secara market cap atau kapitalisasi pasar, hancur lebur usai kehilangan patokannya 1:1 terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Kehancuran Terra akhirnya menimbulkan efek domino bagi harga native token Terra (LUNA).

Usai mengalami pukulan telak, Do Kwon kembali berusaha meluncurkan rencana untuk membangun kembali ekosistem Terra dengan versi baru dari native token-nya. Bila native token Terra sebelumnya (yang saat ini dikenal sebagai LUNC) terkait dengan algorithmic stablecoin UST, versi terbaru dari native token Terra yaitu LUNA tidak terkait dengan stablecoin.

Menariknya, dari tanggal 1 hingga 13 September 2022, harga token LUNA terpantau meroket hingga 146%, LUNC melesat 58%, dan UST melonjak 47%.

Namun sejak muncul berita surat penangkapan Do Kwon pada 14 September lalu, harga token LUNA, LUNC, dan UST terguncang. Bila dibandingkan antara penutupan market 14 September dengan penutupan market pada 18 September, harga LUNA menyusut 8,36%, LUNC turun 9,17%, dan UST ambrol 22,06%.

Kini berdasarkan data CoinMarketCap, harga LUNA menyusut lebih dari 14% serta harga LUNC dan UST turun lebih dari 12% dalam 24 jam terakhir.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram Be[In]Crypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

userpic_14-1.jpg
Ahmad Rifai
Ahmad Rifai adalah seorang jurnalis yang meliput sektor startup, khususnya di Asia Tenggara, dan penggila open source intelligence (OSINT). Dia bersemangat mengikuti berbagai cerita tentang perang, tetapi percaya bahwa medan pertempuran saat ini adalah di dunia kripto.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori