Penggunaan aset digital dalam membantu kehidupan manusia semakin terbukti. Lewat kerja sama yang dilakukan perusahaan teknologi kesehatan global MAPay dengan Pemerintah Maharashtra di India, data kesehatan pribadi milik masyarakat bisa disimpan secara aman dengan menggunakan teknologi non-fungible token (NFT).
Produk yang diklaim sebagai terobosan dalam pemanfaatan NFT bagi dunia kesehatan ini, mengandalkan jaringan blockchain Algorand sebagai wadah untuk pengembangan teknologi. Pada tahap awal, kedua pihak akan merilis 100 juta NFT.
Lewat penggunaan NFT, MAPay mengklaim dapat menghilangkan sistem perantara dalam sistem perawatan kesehatan yang selama ini dinilai menjadi penyebab kemacetan dan menaikkan biaya bagi semua pihak, termasuk bagi pasien dan penyedia layanan kesehatan publik hingga perusahaan keuangan.
“Dengan NFT, pertukaran data pasien bisa dilakukan secara mudah dan pada akhirnya akan mendorong hasil secara keseluruhan secara lebih baik. Untuk itu, kami juga menggandeng lembaga farmasi, perusahaan asuransi, sistem kesehatan, bank, hingga pemerintah,” jelas pihak MAPay.
Terkait hal ini, CEO MAPay, Michael Dershem, mengatakan bahwa pihaknya bermaksud mendemokratisasi perawatan kesehatan. Dengan begitu, perusahaan bisa mengubah perawatan kesehatan menjadi perawatan manusia.
“Peluncuran NFT ini merupakan pengaplikasian yang sempurna dari teknologi blockchain, karena dampaknya terhadap individu dan masyrakat bisa dicapai setiap hari,” ucap Michael Dershem.
Andalkan Algorand yang Diklaim Tidak Pernah ‘Mati’
Dipilihnya jaringan blockchain Algorand bukanlah tanpa alasan. MAPay melihat bahwa platform yang dibangun oleh SIlvio Micali itu tidak pernah mati alias zero downtime sejak pertama kali diluncurkan.
Selain itu, teknologi karbon negatif berkelanjutan yang digunakannya memberikan finalitas transaksi secara langsung. Sehingga secara konsensus, keamanan tingkat jaringan dan smart contract yang dimilikinya sangat cocok untuk menjadi wadah bagi NFT MAPay.
Perlu diketahui, beberapa blockchain memang sempat mengalami gangguan dalam operasionalnya. Pada Oktober kemarin, jaringan Solana sempat kembali offline dan menghentikan seluruh proses transaksi.
Terkait hal ini, operator validator Solana, Stakewiz, menjelaskan bahwa permasalahan itu dipicu oleh adanya node yang mengalami kesalahan konfigurasi. Hal ini bukanlah kali pertama Solana mengalami downtime. Sebelumnya pada September tahun lalu, blockchain yang didukung oleh Sam Bankman-Fried (SBF) ini sempat offline selama hampir 18 jam.
Soal hal pemanfaatan data kesehatan, harusnya teknologi yang diusung sebisa mungkin tidak pernah mati. Sebab, hal itu akan berdampak pada kecepatan manfaat kesehatan yang diterima oleh pasien.
Pemimpin Strategi dan Kebijakan Kesehatan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Sabine Kapasi, mengungkapkan bahwa selama ini memang diperlukan integrasi yang andal dalam hal penyimpanan catatan kesehatan klinis. Infrastruktur kesehatan digital merupakan hal penting dalam membangun solusi artificial inteligence (AI) otonom di wilayah yang sulit diakses oleh sistem perawatan kesehatan.
“Teknologi ini bersifat transformasional. Proses pemindahan dan penerimaan data kesehatan global yang dulu tidak terbayangkan, sekarang bisa dijangkau,” ungkap Sabine Kapasi.
Data Rekam Medis Pasien Bisa Lebih Mudah Diakses
Selama ini, rekam medis yang dimiliki oleh pasien berceceran di banyak layanan kesehatan, tergantung dari lokasi dan layanan keseahatan yang digunakannya. Namun, dengan menggunakan blockchain, data rekam medis yang dimiliki pasien bisa dengan mudah diakses oleh semua pihak.
Terkait hal ini, CEO Solve.Care, Pradeep Goel, menjelaskan bahwa membawa platform terdesentralisasi ke dalam sistem perawatan kesehatan global akan memberikan manfaat yang berbeda bagi pasein. Pasalnya, layanan kesehatan bisa lebih mudah dijangkau oleh banyak orang. Dengan mekanisme tokenisasi informasi pribadi, artinya pasien bisa memberikan dan menerima informasi lebih cepat dan efisien dari profesional di bidang kesehatan global.
“Sebuah penelitian yang dilakukan olah Jama Internal Medicine menyebutkan bahwa layanan kesehatan hanya memasukkan 18% dari teks catatan yang diproses secara manual, menyisakan 46% salinan dan 36% impor. Hal itu membuktikan bahwa tedapat jendela besar untuk kesalahan dan data usang,” urai Pradeep Goel.
Selain itu, dengan rekam medis berbasis blockchain, data resep bisa diperbarui secara real-time, serta merampingkan arus informasi dan meminimalisir risiko kontraindikasi antar obat.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.