Lihat lebih banyak

Masihkah Ada Harapan bagi Solana, setelah Terseret Krisis FTX?

3 mins
Oleh Martin Young
Diterjemahkan Zummia Fakhriani
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Ternyata, ada banyak keterkaitan antara Solana dengan FTX maupun SBF.
  • Harga SOL dan TVL DeFi Solana telah anjlok drastis sejak kebangkrutan FTX.
  • Namun, tampaknya sekarang masih terlalu dini untuk menganggap nasib Solana sudah berakhir.
  • promo

Dampak yang ekosistem Solana alami ternyata jauh lebih parah ketimbang mayoritas ekosistem lainnya yang juga terdampak oleh insiden keruntuhan FTX. SOL, native token Solana, telah mengalami “dump” besar-besaran, dan para investornya semakin banyak yang melarikan diri.

Solana sendiri memiliki hubungan yang sangat erat dengan FTX serta Sam Bankman-Fried (SBF). Saking besarnya keterkaitan di antara mereka, sampai-sampai runtuhnya bursa tersebut pada minggu lalu mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh ekosistem Solana. Dengan demikian, muncul ketakutan terbesar Solana, yaitu skenario terburuk mengenai akan banyak investasi yang ditarik dan developer memutuskan untuk hengkang dari Solana.

Terlebih lagi, keterpurukan ini juga tercermin dari runtuhnya SOL. Sejak drama FTX yang mulai menghantam pada 6 November lalu, SOL tercatat telah anjlok lebih dari 50% dan sekarang harga perdagangannya berada pada level US$18,01. Sementara itu, menurut data dari CoinGecko, koin yang babak-belur itu saat ini juga telah amblas lebih dari 93% dari level tertingginya sepanjang masa (ATH).

Namun, pada 16 November, pendiri W3T, Alex Valaitis membagikan pendapatnya di Twitter terkait hal tersebut. Menurutnya, Solana tidak layak untuk dianggap tidak memiliki masa depan sama sekali.

Serangkaian Masalah yang Sedang Dihadapi

Solana telah lama menuai kritik seputar sistemnya yang tersentralisasi dan didukung oleh VC. Ditambah lagi, sisi negatifnya semakin sangat terasa saat ini. Jaringannya terbukti sangat bersifat terpusat, karena FTX dan Alameda memiliki sebesar 58 juta token SOL. Jumlah itu mewakili hampir 11% dari total pasokannya.

Namun, Valaitis menyebutkan bahwa masih belum jelas berapa banyak dari jumlah ini yang telah dijual dan berapa banyak yang terikat dalam litigasi.

Di samping itu, kondisi DeFi di Solana juga sudah semakin memburuk. Pasalnya, mereka telah kehilangan sebesar 96% TVL-nya sejak mencetak rekor ATH di angka US$10 miliar. DeFiLlama melaporkan bahwa hanya ada tersisa kolateral senilai US$335 juta pada ekosistem DeFi di jaringan Solana saat ini.

Valaitis banyak menyalahkan situasi ini pada proyek Serum, yakni protokol DEX yang diluncurkan oleh SBF. Pasalnya, banyak dApp terpopuler yang telah menghentikan dukungannya untuk Serum, dan developer juga berusaha untuk menghapus kendali FTX atas proyek tersebut. Selain itu, token SRM juga telah turun hampir 60% dalam dua minggu terakhir.

Selanjutnya, karena mendapat dukungan dari kolateral FTX, token DeFi Solana-wrapped juga telah mengalami aksi dump atau jual besar-besaran.

Lalu, yang terakhir, Solana Foundation juga memiliki beberapa keterlibatan langsung dari perbendaharaannya ke FTX. Apesnya lagi, sekitar US$1 juta asetnya tertahan di bursa tersebut ketika penarikan FTX dihentikan.

Menurut dokumen resminya, Solana Foundation juga memiliki eksposur terhadap 3,24 juta lembar saham biasa FTX Trading LTD, 3,43 juta token FTT, dan 134 juta token SRM. Dokumen tersebut menyebutkan, “Total eksposur aset berbasis Sollet di [jaringan] Solana yang beredar bernilai sekitar US$40 juta per 10 November 2022.”

Sehingga, semua peristiwa yang terjadi menjadi beban masalah baru; di samping masalah kinerja dan keandalan Solana yang telah mengganggu jaringannya sepanjang tahun.

Apakah Solana Bisa Kembali Pulih?

Serangkaian situasi itu semua memberikan gambaran yang sangat suram untuk jaringan Solana. Namun, Valaitis menyampaikan beberapa harapan bahwa Solana masih bisa pulih. Sebab, menurut sang co-founder, Solana Foundation masih memiliki perbendaharaan atau treasury yang cukup besar yang bisa bertahan setidaknya dua tahun lagi.

Menurut Valaitis, yang mengutip hackathon baru-baru ini di Portugal sebagai contoh, masih ada ‘komunitas developer [yang] kuat.’ 

Selain itu, tidak ketinggalan juga bahwa untungnya, Solana masih memiliki ekosistem NFT yang terus berkembang pesat dan menurut CryptoSlam tetap berada di posisi kedua meskipun ekosistemnya tengah mengalami masa sulit. Di samping itu, ada juga aktivitas jaringan dan web3 yang tinggi di platform-nya. Faktor-faktor ini membuatnya terlalu dini untuk menganggap nasib Solana sudah berakhir.

Bagaimana pendapat Anda tentang nasib kelangsungan ekosistem Solana di masa depan? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

    Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

    Trusted

    Penyangkalan

    Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

    Zummia.jpg
    Zummia Fakhriani
    Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan web3.
    READ FULL BIO
    Disponsori
    Disponsori