Lihat lebih banyak

Temasek Akui Punya Investasi Saham Senilai US$275 Juta di FTX

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Temasek mengakui bahwa mereka memiliki investasi saham senilai US$275 juta di FTX.
  • Perusahaan investasi milik pemerintah Singapura itu miliki 1% saham di FTX Internasional dan 1,5% saham di FTX US.
  • Mereka hanya miliki saham minoritas sehingga tidak mendapat kursi sebagai salah satu direksi di sana.
  • promo

Di tengah pengajuan kebangkrutan FTX, perusahaan investasi milik pemerintah Singapura, Temasek, mengumumkan bahwa mereka memiliki investasi di bursa kripto milik Sam Bankman-Fried (SBF) tersebut. Jenis investasi yang dimaksud bukanlah dalam bentuk aset kripto, melainkan dalam bentuk saham yang dibenamkan pada FTX International dan FTX US.

Dalam keterangan resmi, Temasek menjelaskan bahwa mereka memiliki 1% saham di FTX Internasional senilai US$210 juta dan 1,5% saham atau sebesar US$65 juta di FTX US. Kedua transaksi itu dilakukan dalam 2 kali putaran pendanaan. Pertama pada Oktober 2021 dan berikutnya pada Januari 2022.

Temasek mengklaim bahwa saham yang mereka miliki adalah saham minoritas, sehingga tidak mendapatkan kursi sebagai salah satu direksi di FTX maupun FTX US.

“Ada kesalahpahaman yang menyebutkan bahwa investasi kami di FTX dilakukan dalam bentuk aset kripto. Saat ini, kami tidak memiliki paparan langsung terhadap mata uang kripto,” tegas pihak Temasek pada hari Kamis (17/11).

Lebih lanjut, mereka mengatakan bahwa selama ini strategi investasi blockchain perusahaan difokuskan pada penyedia layanan pasar keuangan ke aset digital, yang menawarkan paparan pada protokol agnostik dan pasar yang netral.

Selain itu, infrastruktur teknologi yang termasuk fokus Temasek di dalamnya meliputi protokol, dompet digital, metaverse, dan infrastruktur permainan. Teknologi blockchain yang tergolong baru sengaja dipilih oleh Temasek untuk bisa memaham dampak terhadap model bisnis dan keuangan dari portofolio mereka.

Terkait investasi yang dilakukannya di FTX, Temasek mengakui bahwa mereka sudah melakukan proses due diligence atau uji tuntas sejak Februari hingga Oktober 2021 dengan tujuan memitigasi risiko. Namun, hal itu bukan berarti menghilangkan semua risiko yang ada.

“Jika laporan yang menyatakan bahwa FTX menyalahgunakan aset pelanggan adalah benar, maka ini adalah pelanggaran serius dan penipuan. Sampai saat ini regulator juga masih melakukan penyelidikan,” imbuh pihak Temasek.

Investasi di FTX Hanya 0,09% dari Total Portofolio Temasek

Kuat dugaan, investasi yang dilakukan Temasek di FTX tidak akan berdampak terhadap kinerja perusahaan. Pasalnya, jumlah tesebut hanya mencapai 0,09% dari total nilai portofolio bersih Temasek per 31 Maret lalu yang mencapai US$304 miliar.

Mereka mengaku akan terus mendukung upaya regulator dan pengadilan serta prinsipal yang terlibat dengan FTX untuk bekerja sama menyelesaikan masalah tersebut.

“Mengingat posisi keuangan FTX, perusahaan memutuskan untuk membuka penuh investasi kami di FTX, terlepas dari hasil perlindungan pengajuan kebangkrutan tersebut,” ungkap Temasek.

SoftBank Punya Investasi US$100 Juta di FTX

Pengakuan tidak hanya keluar dari Temasek. Raksasa keuangan lainnya yang berbasis di Asia turut mengakui bahwa mereka memiiliki investasi jumbo di FTX.

SoftBank, perusahaan manajemen investasi di sektor teknologi, turut mengaku memiliki investasi US$100 juta di FTX. Meski begitu, perusahaan yang dipimpin oleh Masayoshi Son ini percaya diri bahwa hal tersebut tidak akan berdampak secara material. Chief Financial Officer (CFO) SoftBank, Yoshimitsu Goto, mengatakan bahwa pihaknya melakukan injeksi modal lewat Vision Fund 2.

Tidak hanya itu, venture capital (VC) kawakan Sequoia Capital juga mengungkapkan bahwa mereka mengalami kerugian sekitar US$150 juta atas investasi bersama di FTX. Baik Temasek, SoftBank, maupun Sequoia, hanyalah beberapa pihak dari deretan investor yang ikut membenamkan dana investasi mereka di FTX.

Co-founder dan Ketua Coin Metrics, Nic Carter, pernah mengatakan bahwa kebangkrutan FTX akan berdampak besar pada investor individu, komunitas modal ventura, dan perusahaan rintisan yang ada di negara berkembang.

“Akan ada korban besar di sini. Bukan hanya individu, tetapi perusahaan lain yang menyediakan akses ke pengguna akhir. Selain itu, akan ada efek knock-on yang sangat sulit,” ungkap Nic Carter.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori