Lihat lebih banyak

Meta Platforms: Potensi Ekonomi dari Metaverse Capai US$3,6 Triliun per Tahun

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Meta Platforms menyebut potensi ekonomi dari pengembangan metaverse bisa mencapai US$3,6 triliun terhadap PDB global di 2035 mendatang.
  • Vice Presiden Policy Meta Platforms menjelaskan bahwa potensi metaverse terhadap ekonomi AS diprediksi mampu berkontribusi sebesar US$402 miliar hingga US$760 miliar dalam 12 tahun mendatang.
  • Meskipun bersikap skeptis terhadap aset digital, namun sejumlah negara dan perusahaan ternyata sudah mulai memanfaatkan teknologi metaverse.
  • promo

Meta Platforms menyebut bahwa potensi ekonomi yang mampu dihadirkan dari pengembangan teknologi metaverse bisa mencapai US$3,6 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) global di 2035 mendatang. Hal itu berlandasan pada semakin banyaknya sektor yang mengadopsi metaverse untuk memudahkan aktivitasnya.

Laporan terbaru dari Meta Platforms dan Deloitte menyebutkan bahwa banyak negara sudah menggunakan teknologi metaverse, seperti virtual reality (VR) dan augmented reality (AR), secara lokal. Salah satu negara yang menjadi wilayah terbaik untuk adopsi ruang virtual adalah Amerika Serikat (AS).

Vice Presiden Policy Meta Platforms, Rob Sherman, menjelaskan bahwa potensi metaverse terhadap ekonomi AS diprediksi mampu berkontribusi sebesar US$402 miliar hingga US$760 miliar dalam 12 tahun mendatang.

Pemanfaatan Metaverse dalam Skala Korporasi

Di samping itu, melalui metaverse, efisiensi perusahaan bisa dicapai lebih baik. Pasalnya, entitas yang menggunakan teknologi tersebut mampu membuat sistem digital twin sebagai langkah optimalisasi desain objek tertentu sebelum memulai produksi sebenarnya. Hal tersebut dipercaya mampu meredam biaya operasional perusahaan.

“Beberapa bisnis di AS sudah banyak yang menggunakan teknologi metaverse untuk menciptakan aliran pendapatan baru dan meningkatkan pendapatan. Bahkan, beberapa merek dan peritel asal AS sudah mulai menjual versi virtual produknya, di samping barang fisiknya,” jelas Sherman.

Beberapa merek besar asal AS sudah memasuki metaverse dan memanfaatkannya untuk mendongkrak pendapatan, seperti Nike, Pepsi, dan McDonalds.

Kemampuan metaverse untuk bisa menghadirkan cara baru dalam menjalankan usaha juga diamini oleh para pemimpin perusahaan. Berdasarkan laporan dari PricewaterhouseCooper (PwC), sebanyak 60% eksekutif dari 1.000 entitas yang menjadi responden survei menyebutkan keterlibatannya secara aktif di metaverse.

Meskipun ada beberapa pihak yang berlaku skeptis terhadap aset digital, rupanya pelaku usaha di Amerika Serikat jauh lebih maju dalam memanfatkan Web3. Mereka bahkan sudah mulai membangun uji konsep, menerapkan uji kasus hingga menghasilkan pendapatan dari metaverse.

“Perusahaan mulai melihat tanda-tanda adanya efisiensi operasional yang lebih besar di bidang tertentu, seperti meningkatkan pekerjaan jarak jauh dan membuak replika virtual untuk optimalisasi proses fisik. Selain itu, perusahaan juga menggelar pelatihan karyawan untuk bisa menggunakan VR secara imersif,” tambah Sherman.

Indonesia, Thailand, dan India Potensi Jadi Pemimpin AR

Riset itu juga menyebutkan bahwa wilayah Asia Pasifik merupakan pemimpin dunia dalam hal pengembangan adopsi teknologi metaverse. Analsis dari Deloitte Center for the Edge memproyeksikan bahwa dampak metaverse terhadap PDB regional di 2035 akan mencapai US$0,8 triliun hingga US$1,4 triliun per tahun.

Beberapa negara seperti Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan juga sudah mengembangkan industri VR. Ketiga negara tersebut menciptakan wadah virtual untuk sarana sosialisasi, membeli barang, bermain game, dan mengakses layanan pemerintah secara virtual.

“Korea Selatan dan Jepang bahkan sudah memasukkan metaverse ke dalam rencana ekonomi negaranya,” tambah riset tersebut.

Sementara itu, menurut prediksi, untuk pasar negara berkembang; seperti Thailand, India, dan Indonesia, akan menjadi pemimpin dunia dengan teknologi AR. Prediksi itu berdasarkan pada tingginya pertumbuhan ekonomi kreator di sana. Sebagaimana kita ketahui, lewat metaverse, bisa tercipta pasar baru, jenis bisnis baru, peluang kerja baru, dan membuka cara bekerja baru pula.

Uni Emirat Arab dan Arab Saudi Terus Aktif di Metaverse

Ilustrasi Metaverse

Pengembangan teknologi virtual juga terjadi di wilayah Timur Tengah. Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi menjadi dua negara yang memelopori hadirnya teknologi anyar ini di wilayah tersebut.

Upaya pemanfaatan metaverse kedua negara ini merupakan bagian dari persaingannya dalam ambisi menjadi pusat dari kripto global. Arab Saudi sudah melakukan injeksi sebesar US$41 miliar dalam proyek metaverse. Sementara itu, Dubai sudah merilis strategi metaverse untuk bisa mengubah wilayahnya menjadi satu dari 10 ekonomi metaverse teratas dunia.

“Kontribusi metaverse terhadap PDB Arab Saudi diprediksi mencapai US$20,2 miliar hingga US$38,1 miliar, dan untuk UEA diprediksi mencapai US$8,8 miliar hingga US$16,7 miliar,” pungkas Meta Platforms.

Bagaimana pendapat Anda tentang laporan mengenai potensi metaverse dalam sektor ekonomi? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori