Lihat lebih banyak

NYDFS Sebut Penutupan Signature Bank Tidak Terkait dengan Kripto

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Adrienne Harris, pengawas NYDFS mengungkapkan bahwa penutupan Signature Bank berkaitan dengan masalah likuiditas, bukan karena memiliki pelanggan kripto.
  • Harris bahkan juga menyebut kegagalan Signature Bank menggambarkan bank run model baru.
  • Meski begitu, Harris mengakui bahwa kondisi industri kripto memang saat ini belum menunjukkan kematangan dalam menjalankan operasional.
  • promo

Sudah lebih dari 1 bulan pasca penutupan salah satu bank ramah kripto Signature Bank. Beberapa pihak tampaknya masih belum puas terhadap alasan regulator saat mengambil langkah tersebut. Ada juga yang mengaitkan dengan operasi Choke Point 2.0, yang disebut bermaksud menghilangkan hubungan bank dengan aset kripto.

Menanggapi hal tersebut, Pengawas New York Department Financial Services (NYDFS), Adrienne Harris, mengungkapkan bahwa ditutupnya Signature Bank berkaitan dengan masalah likuiditas, melainkan karena memiliki pelanggan yang berkutat di bidang aset kripto.

Dia bahkan juga menyebut kegagalan Signature Bank menggambarkan bank run model baru. Pasalnya, jumlah simpanan yang tidak diasuransikan memiliki persentase yang sangat tinggi. Terlebih lagi, bank juga tidak memiliki manajemen likuiditas, protokol khusus untuk memenuhi tingginya permintaan terhadap penarikan.

“Gagasan yang menyebutkan bahwa kasus Signature adalah tentang kripto dan Choke Point 2.0 adalah benar-benar menggelikan,” jelasnya.

Seperti diketahui, pasca penutupan, lembaga yang ditunjuk untuk menjalankan pemulihan Signature Bank adalah Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC). Lembaga tersebut juga sudah mulai menawarkan bank tersebut ke pihak yang berminat untuk membelinya. Namun, salah seorang sumber menyebutkan setiap pembeli Signature Bank harus setuju untuk menyerahkan semua bisnis kripto di bank tersebut. Artinya, Signature tidak diperbolehkan untuk menjalankan bisnis kriptonya kembali.

Hal itulah yang dianggap bagi sebagian pihak sebagai bentuk regulator keuangan AS tengah menjalankan operasi Choke Point 2.0.

Sektor Kripto Masih Kurang Matang

Namun, menurut Harris, kondisi industri kripto memang saat ini belum menunjukkan kematangan dalam menjalankan operasional. Banyak program kepatuhan yang ditemukan NYDFS masih menggunakan software Microsoft Excel dan ratusan lembar kertas.

Harris mengatakan hal itu merupakan salah satu bentuk dari kurang dewasanya sektor kripto terhadap keamanan siber, prinsip kerahasiaan bank, serta Undang-Undang Anti Pencucian Uang (AML).

“Bagian dari program kepatuhan yang kuat di industri kripto adalah dengan memperoleh teknologi yang tepat. Mulai dari alat untuk melakukan analitik blockchain hingga merekrut kalangan profesional untuk menggunakannya,” tambah Harris.

Setelah kegagalan SVB, Signature Bank dan Silvergate Bank, beberapa pihak ada yang memanfaatkannya untuk semakin menyudutkan industri kripto. Akhir bulan lalu, Senator Amerika Serikat (AS), Elizabeth Warren, mengaku tengah membangun pasukan anti kripto (anti-crypto army). Selama ini, Senator Warren sendiri memang terkenal sebagai sosok yang kritis terhadap keberadaan industri kripto.

Dia menuduh bahwa kripto bakal menghancurkan ekonomi dan kongres AS harus mendukung lembaga penegak hukum dan regulator keuangan dengan lebih banyak dana. Warren mengklaim bahwa eksekutif kripto banyak memiliki pengacara, tim public relation dan dukungan selebritas untuk menjalankan kampanyenya.

“Mereka tampaknya berpikir dapat lolos dari Undang-Undang yang berlaku untuk semua orang,” tutur Senator Warren.

Benarkah Kejatuhan Signature Bank sudah Diprediksi sebelumnya?

Credit Suisse Bank Kripto Silvergate Signature SVB

Menyoal kejatuhan Signature Bank, laporan terbaru mengindikasikan bahwa orang dalam Signature Bank sudah memprediksi hal tersebut. Sejak bank berupaya menarik perusahaan kripto dan menjadi idola bagi pasar saham, orang dalam Signature Bank sudah menjual saham sebanyak lebih dari US$100 juta.

“Penjualan yang dilakukan selama 3 tahun terakhir dilakukan oleh ketua, mantan Chief Executive Officer (CEO) dan penggantinya. Ketiganya bertugas di dewan komite yang bertanggung jawab mengawasi profil risiko bank dalam setahun terakhir,” bunyi laporan tersebut.

Selain itu, para eksekutif banyak melego saham di tahun 2021 dengan harga berkisar di level US$220 per saham. Kemudian, harganya terus meroket naik hingga mencapai US$366 per saham di 2022 lalu.

Anggota Senat Komite Perbankan mengkritik langkah para eksekutif yang hanya duduk diam, sementara risiko bank semakin tidak terkendali.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori