Lihat lebih banyak

Meta Platforms: Pelaku Kejahatan Mulai Pakai ChatGPT dan AI dalam Lancarkan Aksinya

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Tim Keamanan Meta Platforms mengungkapkan sejak Maret 2023, ada 10 aktivitas malware yang menggunakan layanan ChatGPT dan platform AI lainnya.
  • Sebagai langkah preventif, Meta mengaku sudah menghapus sebagian besar jaringan yang ada sebelum mereka berhasil membangun audiens.
  • Komisi Perdagangan Federal (FTC) menyebutkan bahwa media sosial kerap menjadi tambang emas bagi para penipu.
  • promo

Laporan terbaru dari Tim Keamanan Meta Platforms mengungkapkan bahwa sejak Maret 2023, terdapat 10 aktivitas malware yang menggunakan layanan ChatGPT dan platform artificial intelligence (AI) lainnya sebagai cara untuk menarik minat calon korbannya.

Kemunculan artificial intelligence (AI), atau yang dikenal dengan kecerdasan buatan, rupanya dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk melaksanakan aksinya. Hal tersebut membuktikan bahwa pelaku kejahatan terus bertransformasi mengikuti perkembangan teknologi dan minat masyarakat, tanpa terkecuali AI.

Berdasarkan penelitian Meta Platforms, terlihat bahwa operator malware, seperti spammer, menggunakan isu yang sedang happening saat ini untuk menarik perhatian dan menangkap imajinasi serta kegembiraan masyarakat. Salah satu contohnya adalah ketika dulu banyak orang terbawa akan hype mata uang kripto, mereka ramai memanfaatkannya untuk melancarkan aksi kejahatannya. Lalu, sekarang, saat hype tentang artificial intelligence menguat, para pelaku kejahatan pun memanfaatkannya demi mendulang keuntungan tidak sah.

“Kami telah memblokir 1.000 uniform resource locator (URL) berbahaya supaya tidak dibagikan di dalam aplikasi perusahaan dan melaporkannya ke rekan di industri agar mereka bisa mengambil langkah yang sama,” jelas Meta Platforms dalam laporan.

Kripto Masih Menjadi Incaran

Dalam menjalankan operasinya, para pelaku kejahatan tetap mengincar kripto sebagai salah satu aset untuk dicuri. Meta menggolongkan beberapa jenis kejahatan berdasarkan tipenya, mulai dari perilaku yang tidak otentik terkoordinasi, atau penyebaran berita palsu secara sistematis, dan advanced persistent threat (APT).

Meta mendeteksi bahwa terdapat jaringan yang berasal dari Cina dan menyebarkan informasi ke banyak pihak. Target dari aktivitas tersebut adalah Taiwan, Afrika, Jepang, Asia, dan beberapa komunitas yang tersebar di seluruh dunia.

Operasi tersebut menggunakan beberapa layanan internet; seperti Facebook, Instagram, kripto, PayPal, Telegram, Blogspot, Reddit, dll. untuk menjalankan niat buruknya.

“Kami sudah menghapus 107 akun Facebook, 36 pages, 6 grup dan 35 akun Instagram yang melanggar kebijakan perusahaan, dan jaringan itu berasal dari Cina,” tambah Meta.

Selain itu, Meta juga mendeteksi adanya ancaman serupa yang berasal dari Amerika Serikat (AS), Venezuela, Iran, Georgia, Burkina Faso, dan Togo. Sebagai langkah preventif, Meta mengaku sudah menghapus sebagian besar jaringan yang ada sebelum mereka berhasil membangun audience. Sedangkan untuk aktivitas APT, aktor jahat yang berhasil dideteksi berasal dari Pakistan, India, dan Bahamut.

FTC Sebut Media Sosial sebagai Tambang Emas bagi Penipu

Perang terhadap aktivitas penipuan di media sosial terus digaungkan oleh banyak pihak. Komisi Perdagangan Federal (FTC) menyebutkan bahwa media sosial kerap menjadi tambang emas bagi para penipu. Pasalnya, mereka bisa dengan mudah melakukan publikasi secara hiperbola lewat iklan di media sosial yang pada akhirnya merugikan konsumen.

Oleh karena itu, FTC, selaku regulator yang bertanggung jawab terhadap aktivitas perdagangan, sudah mengeluarkan perintah pada delapan perushaan media sosial; termasuk Meta, Twitter, TikTok dan YouTube, untuk mendapatkan informasi bagaimana mereka melakukan penyaringan atas iklan yang menyesatkan.

Direktur Biro Perlindungan Konsumen FTC, Samuel Levine, mengatakan, “Studi ini akan membantu FTC memastikan bahwa media sosial dan perusahaan video streaming melakukan segala cara agar bisa mencegah scammers muncul di platform.”

Laporan lainnya dari FTC juga menyebutkan bahwa sejak awal tahun 2021 sampai dengan 2022, 46 ribu orang telah melapor adanya kehilangan kripto lebih dari US$1 miliar karena penipuan. Menariknya mayoritas dari jumlah kerugian yang ada berasal dari aktivitas media sosial, yang mana 4 dari setiap 10 dolar yang hilang karena penipuan berasal dari media sosial.

Platform teratas yang didentifikasi digunakan sebagai aktivitas penipuan, adalah Instagram (32%), Facebook (26%), WhatsApp (9%), dan Telegram (7%),” tulis FTC.

Bagaimana pendapat Anda tentang pemanfaatan teknologi AI untuk aksi kejahatan? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori