Lihat lebih banyak

Penjualan VR Meta Dilaporkan Anjlok 40%, Bagaimana Nasib Metaverse ke Depanya?

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Data terkini menyebutkan bahwa sampai dengan 25 November kemarin, penjualan headset VR dan kacamata AR Meta Platforms anjlok hampir 40%.
  • Analis Teknologi Konsumen Circana, Ben Arnold, mengatakan kurangnya inovasi dalam teknologi headset VR Meta Platforms membuat konsumen di arus utama kurang memiliki ketertarikan untuk menjajalnya.
  • Kondisi tersebut sekaligus memperlihatkan bahwa pasar metaverse memang belum terbentuk secara sempurna, walau dana yang harus dikeluarkan untuk pengembangannya menguras kocek perusahaan secara hebat.
  • promo

Ambisi Meta Platforms untuk membangun industri metaverse sepertinya bakal semakin menantang. Meskipun miliaran dolar AS terus mengalir ke sektor baru tersebut, harus diakui bisnis metaverse yang tengah dilakoni Meta Platforms masih jauh dari kata untung. Laporan terbaru dari CNBC menyebutkan headset virtual reality (VR) yang selama ini dianggap sebagai alat utama untuk menjelajah metaverse belum bisa terserap sempurna.

Data dari perusahaan riset Circana menyebutkan bahwa sampai dengan 25 November kemarin, penjualan headset VR dan kacamata augmented reality (AR) Meta Platforms anjlok hampir 40% menjadi US$664 juta. Penjualan tersebut jauh lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai US$1,1 miliar.

Analis Teknologi Konsumen Circana, Ben Arnold, mengatakan kurangnya inovasi dalam teknologi headset VR Meta Platforms membuat konsumen di arus utama kurang memiliki ketertarikan untuk menjajalnya.

Padahal, sepanjang tahun ini, Meta sudah menyiapkan alokasi belanja modal yang tidak sedikit. Dalam laporan keuangan Meta Platforms, terungkap bahwa perusahaan menyiapkan dana sebesar US$27 miliar hingga US$29 miliar untuk menopang rencana bisnisnya secara keseluruhan, termasuk untuk pengembangan metaverse dan headset VR.

“Jika terdapat tantangan, terpenting adalah bagaimana Anda bisa mendapatkan konten yang menarik untuk perangkat keras ini, bagaimana memanfaatkan faktor yang memungkinkan pengembang untuk mengerahkan lebih banyak sumber daya dalam membangun game ataupun pengalaman,” jelas Arnold.

Kondisi tersebut sekaligus memperlihatkan bahwa pasar metaverse memang belum terbentuk secara sempurna, walau dana yang harus dikeluarkan untuk pengembangannya menguras kocek perusahaan secara hebat.

Meta Platforms Luncurkan VR Quest 3

Di bulan Oktober kemarin, Meta Platforms sudah merilis headset generasi terbarunya. Lewat perangkat bernama Quest 3 itu, perusahaan mencoba menarik minat konsumen dengan menawarkannya di harga yang ekonomis, yakni di kisaran US$499 per unit.

Dengan begitu, positioning Meta Platforms untuk bisa menghadirkan metaverse untuk semua orang bisa menjadi lebih tepat. Sebagai perbandingan, produk kompetitornya, yaitu headset VR Vision Pro besutan Apple, dibanderol di harga US$3.499 per unit.

Selain itu, melalui produk barunya, Meta Platforms berharap bisa mendorong pengembang untuk membuat aplikasi dan game yang memanfaatkan fitur dari perangkatnya.

Secara terpisah, Chief Technology Officer (CTO) Meta Platforms sekaligus Kepala Reality Labs, Andrew Bosworth, secarmengatakan dalam beberapa bulan setelah peluncuran Meta Quest 3, 7 dari 20 aplikasi teratas yang digunakan adalah aplikasi realitas campuran (mixed reality / MR).

“Kami melihat sinyal kuat bahwa orang-orang sangat menghargai pengalaman ini. Terdapat ratusan aplikasi MR di toko kami yang sebagian besar penggunanya telah mencoba aplikasi tersebut,” ungkap Bosworth.

Melihat hal itu, dirinya optimistis terhadap masa depan metaverse. Pasalnya, realitas campuran kini sudah menjadi inti dari headset pasar secara masal.

Tawarkan Alternatif Masuk Metaverse Melalui Kacamata Pintar

Kemudian, melalui pengembangan generative AI yang diintegrasikan ke kacamata pintarnya, Meta Platforms percaya diri bisa membuat teknologi tersebut melihat dunia dari sudut pandang manusia itu sendiri.

Kacamata pintar merupakan salah satu alat yang digunakan perusahaan sebagai alternatif untuk mewujudkan visi metaverse Meta Platforms.

Saat ini, Meta Platforms masih dalam proses uji coba kemampuan AI di kacamata Ray-Ban untuk membantu konsumen menerjemahkan bahasa asing atau membuat teks pada setiap foto yang diambil.

Meski demikian, Reality Labs, selaku unit bisnis yang menakhodai pengembangan bisnis metaverse Meta, diprediksi masih akan melanjutkan kerugian operasionalnya secara tahunan. Namun, hal itu dianggap sebagai hal yang normal. Menurut Meta Platforms, kerugian tersebut merupakan bagian dari upaya pengembangan AR/VR untuk membangun skala ekosistem lebih besar.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

BIC_userpic_sb-49-profil.jpg
Adalah seorang penulis dan editor yang pernah berkiprah di banyak media ekonomi dan bisnis. Memiliki pengalaman 7 tahun di bidang konten keuangan, bursa dan startup. Percaya bahwa blockchain dan Web3 akan menjadi peta jalan baru bagi semua sektor kehidupan
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori