Sygnum, kelompok perbankan kripto, berhasil meningkatkan permodalannya secara agresif pada tahun ini. Sygnum baru saja mendapatkan kucuran dana segar sebesar US$40 juta atau sekitar Rp628,4 miliar dari beberapa investor global.
Dalam sebuah pernyataan, dijelaskan bahwa Azimut Holding, grup manajemen aset global, masuk sebagai investor utama yang didukung oleh investor lainnya sebagai partisipan.
Pendanaan anyar ini sekaligus membuktikan bahwa kepercayaan investor terhadap sektor aset digital masih sangat tinggi. Terlebih lagi, penggalangan dana yang diperoleh Sygnum jauh lebih besar dari ekspektasi. Sebelumnya, perusahaan hanya menargetkan pendanaan sementara di angka US$35 juta.
Entitas yang menjalankan bank aset digital di Swiss dan menawarkan manajemen aset di Singapura itu berencana bakal menggunakan dana segarnya untuk mendorong ekspansi global, termasuk untuk memperluas jangkauan ke beberapa destinasi baru.
Salah satu pendiri sekaligus CEO Group Sygnum, Mathias Imbach, mengatakan putaran pendanaan ini diharapkan bisa menjadi alat untuk memberdayakan seluruh orang di berbagai belahan dunia untuk bisa memiliki aset digital dengan kepercayaan penuh.
“Perusahaan bermaksud mengakselerasi pengembangan produk yang teregulasi, seperti platform B2B yang kini mendukung penawaran kripto di lebih dari 15 bank dan lembaga keuangan.”
Mathias Imbach, CEO Group Sygnum
Valuasi Sygnum Terdongkrak hingga US$900 Juta
Masuknya dana segar ini juga membuat valuasi Sygnum melonjak menjadi US$900 juta atau lebih dari Rp14,14 triliun.
Sebelumnya, Sygnum juga pernah mendapatkan pendanaan Seri B senilai US$90 juta yang dipimpin oleh Sun Hung Kai & Co. Limited dan diikuti oleh Meta Investment, Anomica Brands, Wemade, SBI Holdings, serta SCB 10X.
Ketika itu, valuasi Sygnum sudah mencapai kisaran US$800 juta di 2022 lalu. Sejak saat itu, aset yang dikelola perusahaan diklaim berkembang dengan signifikan mencapai lebih dari US$4 miliar dengan basis klien lebih dari 1.700 di lebih dari 60 negara.
Salah satu pendiri dan CEO Sygnum Singapura, Gerald Goh, menambahkan putaran pendanaan anyar ini membuktikan posisi perusahaan yang kuat sebagai lembaga keuangan teregulasi di industri aset digital global. Menurutnya, setelah crypto winter yang panjang, investor menaruh kepercayaan besar bahwa industri ini tengah bangkit untuk kembali ke posisi yang jauh lebih baik.
“Bagi Sygnum, penggalangan dana ini akan memungkinkan kami mengembangkan solusi untuk mendukung investor seiring meningkatnya eksposur mereka terhadap kelas aset tertentu.”
Gerald Goh, CEO Sygnum Singapura
Memanfaatkan Momentum Kehancuran Perbankan Kripto di AS
Sejak kehancuran raksasa perbankan kripto di Amerika Serikat (AS); seperti Silvergate, Silicon Valley Bank (SVB), dan Signature Bank, harus diakui, sulit bagi entitas aset digital untuk menggandeng mitra keuangan tradisional guna memperlancar operasionalnya.
Walau belum disebutkan secara pasti wilayah mana saja yang akan menjadi sasaran pengembangan bisnisnya kelak, tetapi yang jelas Sygnum mengaku sudah melihat adanya lonjakan minat dari calon klien setelah krisis bank di AS. Dalam catatannya, Sygnum menyebutkan aset klien yang mencakup setoran kripto serta uang fiat, naik ke level tertinggi sepanjang masa ke level US$3,3 miliar di Mei tahun lalu.
Oleh karena itu, kuat dugaan, pendanaan baru yang diperoleh Sygnum ini juga akan digunakan untuk memperkuat penetrasi bisnis aset digital di tingkat global.
Beberapa ekspansi juga sudah dilakukan perusahaan di tahun lalu. Pada November 2023, Sygnum Singapura berhasil menandatangani kesepakatan dengan cabang bank swasta Bordier & Cie untuk memperluas kemitraan yang sudah dimulai sejak tahun 2021 di Jenewa. Lewat sinergitas tersebut, Sygnum bermaksud menghadirkan layanan aset digital di Singapura.
Mundur ke belakang, tepatnya pada April 2023 lalu, Sygnum juga sudah memperluas jaringannya dengan menjalin kolaborasi dengan PostFinance, yang merupakan salah satu bank ritel terbesar di Swiss. Dalam kolaborasi itu, Sygnum ingin menghadirkan rangkaian layanan aset digital bagi jutaan pelanggan PostFinance.
Di luar Swiss dan Singapura, Sygnum juga telah mengantongi izin operasi di wilayah Uni Emirat Arab (UEA) dan Luksemburg. Perolehan izin tersebut dipercaya mampu menjadi langkah strategis dalam mendongkrak sektor Web3.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.